bc

Dinikahi Calon Adik Ipar

book_age18+
476
IKUTI
7.2K
BACA
HE
age gap
kicking
city
substitute
like
intro-logo
Uraian

Mayang Adinda Pramudya, seorang gadis 25 tahun gagal menikah dengan tunangannya karena calon suami ketahuan selingkuh dengan sekretaris pribadi padahal acara pernikahan tinggal menghitung hari. Mengetahui perselingkuhan Erland, Mayang berniat membatalkan acara pernikahan. Namun, tanpa diduga, Alex yang tak lain calon adik ipar Mayang, diam-diam mencintainya dan berniat menggantikan posisi Erland menjadi pengantin pria Mayang. Lalu, keputusan apa yang akan diambil Mayang? Tetap membatalkan acara pernikahan atau bersedia dinikahi calon adik ipar?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Kamar Hotel
"Pintunya gak dikunci. Mungkin mereka udah gak tahan." Dia, Alexander Putra Erlangga, adik calon suamiku berusia 20 tahun. Selama ini Alex yang sering memberitahu kelakukan Erland yang katanya suka berselingkuh. Kabar itu selalu aku tepis sebelum melihat dengan mata kepala sendiri. Sekarang Alex mengajakku ke salah satu kamar hotel yang katanya di dalam ada Erland dan wanita lain. Jujur saja, hati ini sangat takut jika dugaan Alex benar. "Buka pintunya, Lex." Pintu baru dibuka setengah, tapi sudah terdengar suara desahan. Kedua mataku membeliak tak percaya melihat dua manusia yang tengah b******u di atas ranjang hotel. "b******k!" teriakku lantang. Erland dan sekretarisnya menghentikan aktivitas dewasa. Erland terkejut, langsung beranjak turun dari ranjang, hanya mengenakan celana boxer. Sedangkan si wanita menarik selimut hingga sebatas d**a. Air mata tak dapat kutahan melihat perselingkuhan Erland. Aku tak menyangka Erland tega melakukan ini padaku saat acara pernikahan kami tinggal menghitung hari. "Sayang, kamu dengerin aku. Kamu jangan salah paham! Kami enggak---" "Stop! b******n kamu, Land!" Menepis kedua tangan Erland yang hendak menyentuh kedua bahuku. "Kamu salah paham." "Salah paham gimana, Kak? Udah jelas-jelas Kakak lagi di atas tubuh wanita itu." Alex menyela, sebelah tangannya merekam video. "Diam kamu, Lex!" sentak Erland pada adiknya. "Semua ini pasti gara-gara kamu. Kamu kan yang bilang ke Mayang kalau aku ada di sini? Ngaku kamu!" Lelaki b******k. Beraninya dia menyalahkan adik sendiri. Aku berusaha melepaskan cekalan tangan Erland pada kerah kemeja Alex. "Lepasin dia! Lepasin!" titahku berurai air mata. Hati ini terasa sangat sakit. Lelaki yang selama ini aku anggap setia ternyata pengkhianat. "May, kamu dengerin aku dulu. Aku bisa jelasin semuanya. Ingat, May! Sebentar lagi kita akan menikah." Tamparan keras kulayangkan di pipi Erland. Air mata semakin deras membasahi pipi. Napasku memburu menahan emosi yang ingin meluap. "Kamu menyuruhku ingat acara pernikahan kita sedangkan kamu? Justru melupakannya. Kalau kamu ingat, harusnya kamu gak berselingkuh, Erland." Tak sanggup lagi menahan isak tangis. Aku menjerit histeris. Pernikahanku dan Erland tinggal satu Minggu lagi. Undangan sudah tersebar luas. Sekarang aku harus menyaksikan pengkhianatan yang dilakukan calon suamiku. Haruskah rencana pernikahan kami dibatalkan? "Kalau begitu, lupakan kejadian malam ini. Kami juga baru pemanasan!" Dasar gila. Gak ada otak. Menatap nyalang Erland, dia sama sekali tidak merasa bersalah. Kulirik wanita yang masih di atas ranjang. Aku kenal betul siapa wanita itu, dia adalah Siska sekretaris pribadi Erland. "Lebih baik aku batalin pernikahan kita. Menjijikan," kataku tegas, menatap Erland tajam. Rasa cinta yang sebelumnya begitu besar kini kandas dalam waktu semalam. "Pernikahanmu gak akan batal, Yang. Aku yang akan menggantikan posisi dia." Aku dan Erland menoleh pada lelaki yang tengah berdiri di samping kami. "Kamu bilang apa, Lex?" tanya Erland dingin. Alex memandangku dan Erland bergantian. "Pernikahan Mayang gak akan batal. Dia akan tetap menikah tapi menikah denganku. Kamu mau kan, Yang?" Tersentak kaget mendengar ide gila Alex. Aku menggelengkan kepala berulang kali. "Oh jadi ini alasanmu kasih tau Mayang kalau aku ada di sini? Jadi kamu juga diam-diam cinta sama dia?" Pertanyaan Erland membuatku semakin kecewa. Sudah jelas dia yang bersalah, sekarang justru mencari kesalahan orang lain. "Sorry, Kak. Aku sama Mayang gak ada hubungan apa-apa. Aku cuma kasihan aja ama dia. Punya calon suami yang doyan jajan di luar. Sayang banget, cewek sebaik dan setia kayak Mayang harus punya suami b******k kayak lu, Kak!" Jari telunjuk Alex menekan d**a Erland. Aku menelan saliva mendengar penuturan yang disampaikan kakak beradik itu. Air mata kuseka dengan kasar. Berjalan cepat keluar kamar hotel. Hati ini sangat hancur. Hubungan yang telah kami bina dua tahun lamanya, harus kandas menjelang satu Minggu lagi acara pernikahan. "May! Mayang!" Samar-samar kudengar Erland memanggil. Aku tak peduli, terus berjalan dan masuk ke dalam lift. Aku yakin, Erland tidak akan mengejar, lelaki itu hanya mengenakan celana boxer. Dia pasti malu keluar kamar. "b******n! b******k!" Alex menahan pintu lift, ia masuk ke dalam. Di dalam lift, tubuhku luruh, menangis dan menjerit sejadi-jadinya. Tak peduli tatapan Alex yang menaruh iba. "Cowok b******k kayak dia jangan ditangisin, Yang." "Mayang! Panggil aku Mayang! Ma-yang!" kataku tegas, mendongak, menatap nyalang. Namaku Mayang Adinda Pramudya. Kalau si Alex memanggil cuma kata 'Yang', kesannya seperti memanggil Sayang. Aku tidak suka. Alex duduk di samping, kudengar helaan napas panjang darinya. "Aku bukan memanggilmu Mayang, tapi emang panggil kamu Sayang. Nyatanya aku emang sayang sama kamu." Menoleh, menatapnya kesal. Tidak kakaknya, tidak adiknya, sama-sama menyebalkan. Pintu lift terbuka. Aku berdiri, berjalan cepat meninggalkan Alex yang terus-menerus memanggil. Berdiri di sisi jalan, menunggu kendaraan umum yang lewat. Aku ke sini bersama Alex, mengendarai sepeda motornya. "Cepetan naik!" Beberapa menit kemudian, Alex tiba-tiba sudah berada di hadapan menaiki sepeda motor. Aku memalingkan wajah ke arah lain. Hatiku sedang tak menentu. Tak ingin diganggu siapa pun, ingin menyendiri. Air mata sedari tadi tak juga berhenti. Sesak di dalam d**a, masih terasa. Satu sisi bersyukur karena mengetahui kebejatan Erland sebelum pernikahan berlangsung. Sisi lain bingung, menyampaikan alasan tak mau menikah dengan Erland pada kedua orang tua. Alex turun dari motor, memakaikan helm di kepalaku, lalu menarik tubuh ini agar naik ke atas motor ninjanya. "Pegangan!" Alex menarik kedua tanganku agar melingkar di pinggangnya. Aku tak bisa berbuat banyak. Pikiran sekarang sedang kalut. Tak tahu harus mengambil keputusan apa. Sepeda motor yang kami tumpangi melesat, menembus pekatnya malam. Sepanjang jalan, aku terus menangis. Menyesal, kecewa, sakit hati, terluka semua menjadi satu. Di depan gerbang rumah, Alex menghentikan kendaraan. Aku segera turun, melepaskan helm. Namun, tiba-tiba Alex menarik lenganku. "Yang, jangan nangis. Percayalah, aku lebih baik dari Kak Erland. Aku bisa bahagiain kamu." Muak! Sangat muak mendengar ocehan bocah tengil itu. Aku berusaha melepaskan cekalan tangannya, tak ingin menanggapi ucapan Alex sedikit pun. "Yang, dengerin aku! Aku bener-bener cinta sama kamu, sayang sama kamu, mau nikahin kamu. Aku bisa nafkahin kamu lahir batin. Please, jangan batalin acara pernikahan itu. Biar aku yang menjadi pengganti pengantin prianya. Please, Yang.” "Lepasin tanganku! Kalau gak, aku bakal teriak. Lepasin!" "Enggak. Aku mau denger jawabanmu dulu. Kalau kamu mau aku nikahin, malam ini juga aku bilang ke mama papa kalau aku yang akan menikahimu bukan Kak Erland!" Kutatap mata Alex dengan lekat. Mencari kesungguhan dari kata-katanya. Tapi, dia justru mengedipkan sebelah mata, tersenyum. Sialan! Tanganku didekatkan pada dadanya. Kurasakan debaran jantung Alex. "Kamu bisa ngerasain debaran jantungku?" Aku tetap bergeming. Air mata kembali membasahi wajah. "Yang, menikahlah denganku! Aku akan membuatmu bahagia. Apa pun yang kamu minta, akan aku kabulkan asal jangan minta dibuatkan seribu candi." Menarik tangan dari genggamannya. Lelucon apapun yang keluar dari mulut Alex, tak akan membuat bibir ini tersenyum apalagi tertawa. Alex kembali menarik tanganku. Kemudian, ia turun dari sepeda motor, berlutut di bawah kedua kaki. "Yang, lupakan si b******n itu, menikahlah denganku!" "Tapi, aku enggak cinta kamu, Alex. Lepasin! Lepasin tanganku!" "Enggak!" Genggaman tangan Alex semakin erat. Aku menangis tersedu. Ya Allah, kenapa kakak beradik itu sangat menyebalkan? Kenapa aku harus bertemu dengan mereka? Kenapa? Aku ingin melupakan kakaknya tapi kenapa adiknya justru hadir? "Aku gak akan melepaskan tanganmu sebelum kamu mau aku nikahi. Kamu harus pikir panjang. Kalau kamu tiba-tiba membatalkan acara pernikahan yang sudah direncanakan, bukan cuma kamu yang malu, tapi kedua orang tuamu." Seketika aku tersentak. Alex benar, bagaimana nasib keluargaku jika pernikahan ini dibatalkan? Mereka pasti menanggung malu. "Aku gak cinta kamu, Alex. Aku gak cinta kamu. Apa kamu mau punya istri yang enggak cinta sama kamu?" "Mau. Aku mau punya istri kayak kamu. Sekarang kamu gak cinta, tapi aku akan membuatmu jatuh cinta padaku. Cepat atau lambat kamu akan cinta sama aku, Yang." Bocah gila! Kuliah saja belum kelar, sudah berani melamar anak orang. "Aku serius, Yang. Aku serius cinta sama kamu, mau nikahin kamu." "Kamu bilang bisa kasih nafkah lahir batin? Kamu mau kasih nafkah lahir apa? Angin? Kuliah belum selesai, kerja aja belum, sudah sok-sok-an mau ngajakin nikah." "Aku emang masih kuliah, aku juga belum kerja tapi aku udah punya penghasilan. Sudahlah, percaya sama aku. Aku akan memberimu nafkah lahir batin. Percaya sama aku, Yang!" "Musyrik percaya sama kamu. Lepasin tanganku! Lepasin, Alex!" "Aku gak akan melepaskan tanganmu sebelum kamu mau dinikahi calon adik iparmu ini."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
289.9K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
162.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
210.8K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.0K
bc

TERNODA

read
192.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
224.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook