2. Gagal bercinta

1114 Kata
Inara…. Inara menutup kedua matanya pelan sekali, di saat ada sepasang tangan kekar dan keras yang sudah melingkari pinggangnya saat ini dari arah belakang, dan Inara yang ingin menghapus sedikit jejak air matanya yang masih tersisa, tidak bisa, tangannya bahkan sudah di kunci oleh lengan kekar suaminya. Suaminya yang saat ini, detik ini, tidak hanya memeluk tubuh mungilnya, tapi suami yang dulunya sangat di cintai oleh Inara…. Sialan! Sudah dan sedang mengecup bahunya, dan tak hanya bahu, tapi mulut laknat dan menjijikkam suaminya, sudah merambat kearah tengkuknya, mengecup-mengecup di sana, membuat Inara menegang kaku, dan andai dua hari yang lalu, sebelum Inara tahu tentang kebejatan suaminya. Maka di saat suaminnya yang mengecup tengkuknya hingga saat ini, desahan akan lolos dari mulutnya. Tapi, saat ini, sedikitpun tidak ada desahan yang keluar dari mulut Inara. Inara yang menahan rasa jijik yang amat besar, karena mulut sampah dan bekas perempuan lain suaminya, sedang menjamah tubuhnya…. “Sayang, kenapa lama sekali, hmm?” “Aku takut kamu kenapa-napa dalam sini,” “dan untungnya kamu terlihat baik-baik saja, dan terlihat seksi… menggoda….” Shit! Umpat Inara jijik dalam hati, mendegar suara manja sekaligus suara suaminya yang serak-serak basah, menandakan kalau suami laknatnya sudah dan sedang b*******h saat ini, dan sumpah demi langit dan bumi, jijik Inara untuk melayani suaminya…. Bahkan sampai Inara mati. Inara jijik…. “Mas!”Pekik Inara tak suka, tapi Elang yang sudah kepalang di liputi oleh gaiarah yang besar, suara sedikit bentakan Inara barusan, malah membuat Elang semakin b*******h, karena dalam waktu seperkian detik, tangan Elang sudah menyusup masuk ke dalam celana dalam Inara. Membuat Inara memejamkan kedua matanya pahit. Tak bisa mengelak atau menolak. Ia menolak maka, suaminya akan curiga, dan semua yang sudah ia rencanakan dalam otaknya akan hancur. Dan tidak ada pilihan lain, Inara… untuk sekali ini saja, dengan menahan rasa jijik akan melayani kemauan nafsu b***t suaminya. Suaminya yang bahkan saat ini sudah menanggalkan dress yang di pakai Inara dan detik ini, suaminya juga dengan tergesa, sudah menurunkan… ah, bukan menurunkan, tapi sudah merobek dengan mudah cd yang di kenakan oleh Inara… dan bahkan dalam waktu seperkiaan detik, tubuh Inara yang membelakangi suami nya sedari tadi, kini sudah saling berhadapan kearah suaminya. Suaminya yang menatapnya dengan tatapan b*******h dan penuh cinta. “Aku mau kamu, sayang…..”Ucap Elang serak. Dan Inara? Mengangguk dengan senyum palsu yang di ukir seindah mungkin, membuat Elang dalam sekejap… sudah menenggelamkan wajahnya di tengah-tengah kedua p******a Inara yang tanpa Elang sadari sudah membengkak sejak 1 minggu yang lalu. Dan dalam waktu 5 menit, Elang melakukan pemanasan romantic agar istrinya tidak kesakitan. Padahal, tanpa Elang tahu. Fisik istrinya tidak lah sakit. Tapi, hati istrinya yang sakit, dan bahkan di lihat dari raut wajahnya…. Inara yang ada di bawah tubuh tinggi tegap suaminya, terlihat menahan rasa jijik dan muntah…. Di setiap detik, suaminya melakukan gerakan yang kadang lembut dan kasar dalam dirinya. Dan di saat ingatan tentang… Apakah suaminya bercinta dengan kasar atau lembut denga Sabila ? Teriakan sakit hati, lolos begitu saja dari mulutnya, membuat suaminya yang bergerak semangat di atas tubuhnya dan hampir mencapai puncak kenikmatan, terhenti telak… Dan suaminya yang menatapnya dengan tatapan penuh tanya dan takut… dengan wajah keduanya yang nyaris menempel…. “Kamu kenapa, Nara, Sayang? Apa ada yang sakit?” ***** Inara yang sedang membuat wajahnya terlihat tersiksa dan sakit saat ini, merutuk dirinya dalam hati, bisa-bisanya ia kelepasan. Kelepasan teriak untuk meluapkan rasa sakit hatinya, dan puji Tuhan… syukur suaminya percaya…. Ia teriak barusan, karena Inara merasa sakit kepala secara tiba-tiba. “Jangan melamun, Sayang. Mas takut lihatnya…”Ucap suara itu panic, suara siapa lagi kalau bukan suara milik suami bejatnya. Yang menatapnya dengan tatapan kahwatir. Entah khawatir sungguhan atau hanya khawatir yang di buat-buat. Dan Inara membuang cepat pandangannya kearah lain, jijik melihat milik suaminya yang belum di bungkus apapun melayang kemana-mana, milik kotor dan laknat suaminya yang pernah masuk ke dalam lubang laknat milik pelakor. “Sayang… apakah sangat sakit. Ayo kita ke rumah sakit…” “Mas…”Panggil Inara dengan suara merengek seperti biasa. Agar suaminya tak curiga. Walau Inara menahna rasa jijik dalam hati saat ini. Jijik untuk berbicara baik-baik dan dengan suara manja serta lembut pada penjahat yang berdiri dengan tubuh telanjang bulat di depannya saat ini. “Apa, sayang? Mas pijitin… ya kepala kamu…”Ucap Elang masih dengan nada lembutnya, Elang sudah mendudukkan dirinya di pinggir ranjang, memegang lembut kedua bahu hangat dan lembut istrinya yang sudah Elang pakaikan baju tidur lengan pendek terusannya. “aku mau makan yang pedas, mie instan dengan cabe 3 biji, kepalaku yang pusing sepertinya akan sembuh…”Ucap Inara bohong, agar suaminya ke dapur dan Inara ya… ada waktunya untuk menyendiri walau hanya sekitar 10 atau 15 menit saja… “nggak sehat, Sayang…” “Sesekali, Mas. Please, dan aku mau mas yang buatkan untukku…”Ucap Inara dengan nada suara yang di buat semakin merengek. Dan Elang…. Yang sangat mencintai istrinya terpaksa mengangguk. Setuju, istrinya makan mie instan. Cup Elang juga bahkan melabuhkan kecupan yang sangat manis dan hangat pada kening Inara. Inara yang lagi-lagi, sebisa mungkin menahan rasa jijiiknya, karena keningnya barusan, di sentuh oleh bibir haram dan kotor suaminya. Suaminya yang sudah berdiri dari dudukannya. Dan memakai pakaiannya, ah, hanya memakai celana pendeknya. Dan hampir saja, Elang pergi, keluar kamar dan turun ke dapur… tapi, langkah Elang tertahan di saat Inara…. “Mas… aku minta maaf. Aku … pasti mas akan sakit kepala…. Mas belum mendapatkan o*****e,Mas. Semuanya karena salah…” Bruk Ucapan Inara terhenti telak, di saat dalam sekejap, Elang sudah naik di atas ranjang. Bahkan Elang saat ini sudah dan sedang menenggelamkan wajahnya di depan perut datar istrinya. Istrinya yang sangat Elang cintai dan sayangi…. Dan Elang…. “Aku lah yang harus minta maaf. Mengajak kamu ibadah, tanpa melihat kalau kamu sedang tidak baik-baik saja tadi…aku nggak peka… ”Ucap Elang dengan suara yang terdengar sangat…sangat lirih dan juga terdengar sangat menyesal, tapi terdengar merasa bersalah lebih mendominasi… membuat Inara menegang kaku mendengarnya. Membuat Inara bahkan rerflek menutup kedua matanya lelah dan lemah. Tanpa sadar, kalau suaminya Elang saat ini, diam-diam menatap dengan air mata yang sudah jatuh pada wajah sedikit pucat istrinya Inara… Istrinya Inara yang barusan hampir Elang sakiti…. Ya, sakiti tanpa Inara tahu…. Dan Elang berterimah kasih dalam hati pada istrinya yang tiba-tiba teriak karena sakit kepala, karena andai istrinya tidak teriak tadi… Elang yang hampir o*****e, akan meneriakan nama Sabila…. Sabila sekertarisnya yang entah kenapa wajahnya di saat menit ke 6 Elang bercinta dengan istrinya… wajah cantik Sabila selalu terbayang dan menari dalam otak dan pikirannya. Dan Elang detik ini… Nggak mungkin kan aku jatuh cinta sama, Sabila? Atau ini bawaan bayi kita, Inara? tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN