part 3
Sudah 5 menit berlalu, Elang berada di dapur, dan laki-laki itu sedikitpun belum memasak mie kuah yang ingin di makan istrinya. Karena laki-laki itu saat ini sedang berdiri di depan westafel, mencuci dan mengguyur wajahnya berkali-kali dengan air segar yang mengalir dari keran.
Nafasnya terlihat melaju dengan memburu, tubuhnya yang tinggi tegap terlihat sangat kaku, dan karena sudah mengguyur wajahnya sekian menit dengan air, membuat kedua mata Elang memerah dan terasa perih.
Dan sudah cukup, Elang juga merasa pegal tangan dan kakinya, terlalu lama berdiri agak membungkuk di depan westafel.
Dan detik ini, Elang yang hampir keluar dari area dapur, menegang kaku di saat Elang ingat, kalau ia ada di sini untuk memaasak mie kuah pesanan istrinya.
“Sial! Aku lupa….”Ucap Elang dingin sambil menjambak rambutnya kuat.
Dan dengan langkah lebar, Elang kembali memasuki area dapur. Dengan perasaan bersalah dan menyesal yang besar.
“Maaafkan aku, Inara….”Ucap Elang kali ini, terdengar sangat lirih dan sangat bersalah.
Dan Elang yang sudah memanaskan air, kini terlihat tengah membersihkan dan memotong sayuran, agar istrinya tak hanya makan mie. Tapi, baru setengah potong wortel ukuran sedang yang Elang bersihkan, tangan Elang yang membersihkan sayuran-sayuran itu terhenti telak di saat.
Sial! Sesuatu yang membuat Elang lupa kalau tujuannya datang ke dapur untuk membuat mie istrinya kembali menghampiri Elang lagi…
Yaitu…
Wajah Sabila menari bagai kaset rusak dalam otak, hati dan pikiran Elang…. Ah, lebih tepatnya wajah cantik dan seksi Sabila di saat mereka selesai melakukan kesalahan semalam di kantor menari bagai kaset rusak dalam otak Elang…
Dan Elang karena terus di bayangi wajah Sabila, brak… membuang begitu saja pisau dan wortel yang ada di tangannya dan Elang kembali berjalan cepat menuju westafel, mengguyur wajahnya berkali-kali di sana. Sampai wajah Sabila hilang dari pikiran dan bayangannya. Tapi, sudah 2 menit sampai air yang Elang panaskan mendidih, wajah Sabila masih menari bagai kaset rusak dalam pikiran Elang.
Elang yang saat ini, bahkan tubuhnya sudah jatuh meluruh di atas lantai. Dan Elang yang dengan wajah paniknya….
“Apa iya, aku… aku jatuh cinta juga pada Sabila. Calon ibu dari anakku? “
“dan kalau benar aku jatuh cinta pada Sabila… pasti karena Sabila sudah memberiku anak…”
“Dan ini bukan salahku, misal aku jatuh cinta sama, Sabila. ini salah Inara yang hingga detik ini masih belum bisa memberiku seorang anakpun dalam pernikahan kami. Ya, ini salah, Inara. Karena kekurangan, Inara lah yang membuatku jatuh cinta pada wanita lainnnya…”
****
Sssttt
Ringisan sakit, tak henti-hentinya keluar dari mulut Inara. Inara yang wajahnya terlihat basah saat ini, bukan… bukan basah oleh air mata, tapi basah oleh air karena dalam waktu 4 menit Inara gunakan untuk mandi, selagi suami bejatnya sedang membuat mie kuah yang tidak ingin di makan oleh Inara.
Dan Inara sudah selesai mandi, bahkan Inara juga sudah berpakaian lengkap saat ini. Dengan baju lengan pendek kedodoran, dan celana kain setumit kedodoran juga, yang setiap hari libur kecuali saat sakit, tak pernah Inara pakai. Di setiap hari libur, Inara selalu mengenakan pakaian seksi untuk memanjakan mata suaminya. Tapi, ya…. Kalian tahu, sejak Inara tahu, suaminya sudah b***t mengkhianatinya, Inara tak sudi memamerkan tubuhnya lagi di depan suaminya.
Tubuhnya saat ini, sudah kemerahan bahkan lecet karena Inara gosok kuat, berharap jejak bibir suami laknatnya bisa hilang.
Memang hilang, jejak bibir, jejak air liur suaminya yang menempel dengan kulitnya. Tapi, adegan demi adegan yang terjadi tadi, tidak bisa hilang dari otak Inara. Inara yang sudah duduk dengan wajah penuh amarah di pinggiran ranjang.
Inara yang dengan gila. Ya, gila. Memikirkan yang akan membuat ia sakit hati. Pasti, suaminya… juga melakukan hal yang sama pada tubuh murahan Sabila. Sabila yang terlihat baik, alim, ternyata…. Ternyata diam-diam busuk dan menusuknya dari belakang.
Mengingat sifat baik Sabila terhadap dirinya selama ini, membuat kedua mata Inara dalam sekejap berkaca-kaca. Inara juga hampir meneteskan air matanya. Tapi, untung saja, Inara bisa menguasai dirinya dengan cepat.
“Jangan sedih, jangan nangis, Inara…. Kamu menangis, akan membuat sedih anakmu di dalam sana, akan membuat mood anakmu hancur, akan membuat pertumbuhan dan perkembangan anakkmu jelek….”
“Anak yang selalu kamu harapkan kehadirannya sudah lama, anak yang selalu kamu doakan hampir 24 jam dalam hati dan mulut, agar sosoknya segera hadir dalam perut dan rahimmu…”
“Jangan nangis. Kuatlah… jangan nangis, please. Kamu bukan perempuan lemah…” Ucap Inara dengan nada suara yang sudah terdengar geram.
Dan Inara dengan senyun penuh arti, bangun dengan elegan dari dudukannya. Sepertinya, sedikit main-main dengan suami bejatnya menyenangkan. Menarik ulur perasaan laki-laki b***t itu…..
Dan hampir saja, Inara melangkah meninggalkan kamarnya. Tapi, langkah Inara terheti telak di saat ponsel suaminya yang di simpan di atas nakas berdering, dan sumpah… mendengar deringan panggilan dari ponsel suaminya, entah kenapa membuat debar jantung Inara mulai tidak normal di dalam sana.
Sial!
Bahkan hati Inara juga terasa sesak, dan hampir saja tangan Inara meraih ponsel suami bejatnya, tapi tangan Inara hanya melayang di udara di saat… panggilan sudah di akhiri oleh entah siapa di seberang sana.
Tapi, dalam waktu 3 detik…. Ada dua pesan masuk bertubi ke dalam ponsel suaminya. Dan Inara langsung mengambil cepat ponsel suaminya dengan jantung yang rasanya ingin meledak di dalam sana.
Dan Inara menahan nafas kuat di saat Inara membaca pop up pesan yang masuk via wa barusan berisi….
Maaf, Mas El. Aku ketiduran. Semingguan ini, aku suka tidur. Sekali lagi, maaf papa anakku. Aku lama balas chatnya….
Iya, Mas El. Aku mual-mual, Mas. Bawaan anak kita. Dan aku senang, dan aku juga akan nurut sama, Mas El…. Nggak akan masuk kerja demi kesehatan anak kita.
Tapi, mas El, janji, ya? Besok datang jenguk, saya. Saya mabuk parah, Mas El. Anak kita nakal. Hehehe
Brak
Bukan… bukan suara ponsel yang Inara banting yang berbunyi barusan, tapi suara tubuh Inara yang jatuh meluruh dengan lemas di atas lantai. Tidak ada air mata yang jatuh di pipi Inara saat ini, yang ada malah… senyum sinis dan penuh kebencian. Muak dan merasa jijik membaca pesan dari perempuan gatal untuk laki-laki gatal model Elang Mahendra Suteja….
Dan bahkan Inara saat ini, dengan tangan kaku. Kembali meletakan jijik ponsel suaminya di atas nakas dengan tangannya yang sudah ada di depan perutnya yang masih sangat datar….
“Hay, Nak. Hay anak, mama. Anak yang hadir dari hasil doa mama di setiap detik berlalu. Mama mohon, terbentuk lah menjadi janin dengan jenis kelamin laki-laki. Jadi lah seorang laki-laki yang kuat dan tangguh ya, untuk mama. Jadi lah janin yang akan keluar dengan jenis kelamin laki-laki. Biar kamu berdaya melindungi mama di saat kamu sudah besar nanti, biar kamu juga bisa dan kuat melawan dan membalaskan dendam mama pada ayahmu yang pengkhianat. Biar hanya kamu juga berhak atas semua apa yang ayah kamu milikki, bukan anak yang lahir dari pelakor itu…. Dan kalau bisa, dan semoga mama hamil kembar 3 dengan jenis kelamin laki-laki semua. Walau tanpa laki-laki b***t atau ayah b***t kalian, mama mampu membesarkan kalian dengan asset, harta dan emas yang mama dapatkan dari ayah b***t kalian selama 6 tahun mama menjadi istrinya, istri yang awalnya sangat di puja, tapi di akhir… mengkhianati mama dengan sangat kejam seperti saat ini…. Jadilah anak laki-laki yang kuat, please….”
tbc