4 - Aula Pelajaran

1135 Kata
Xiao Tiankong, tuan muda pertama Xiao Klan, salah satu Klan yang terpandang diwilayah Tang Empire. Tang Empire sendiri, merupakan satu dari dua kerajaan besar di wilayah South Region, Land of Wild Wolves. Sebuah dunia yang menjadi bagian dari 100 realm utama. Pada satu pagi yang cerah di kediaman Klan Xiao, tepatnya di aula pelajaran, Xiao Tiankong yang merupakan Tuan Muda Pertama dari Klan-nya, calon pemimpin klan generasi selanjutnya, tampak sedang serius mendengarkan sebuah ceramah bersama beberapa keturunan penting Xiao Klan lain. Dimana kebanyakan adalah sepupu serta anak-anak dari para Tetua. Sudah menjadi kewajiban bagi seorang tuan muda dari Klan ternama untuk belajar dan mendapat segala macam pengetahuan dasar tentang kehidupan. Dihadapan Tiankong sendiri, seorang Tetua sedang menjelaskan dalam ceramah yang mendetail, tentang dasar-dasar seorang knight. Istilah Knight, merujuk pada seorang yang memutuskan untuk menapaki jalan kultivasi. Orang-orang yang menari bersama energi alam, menjadikannya energi alam tersebut, sebagai bagian dari dirinya sendiri. Kekuatan untuk mencapai atau melindungi apapun itu yang menurutnya berharga. "Kalian semua, dengarkan ini baik-baik!" Ucap Tetua yang sedang memberi ceramah. Tiba-tiba menghentikan kalimat panjang yang sempat ia jabarkan. Mendengar intruksi dari sang Tetua, dimana saat ini memasang raut wajah begitu serius, setiap generasi muda yang hadir dalam aula pelajaran pagi ini, segera mengerutkan kening. Menambah konsentrasi masing-masing. Menajamkan telinga. Karena jelas Tetua yang memimpin pelajaran, akan menyampaikan sesuatu yang begitu penting. Hanya ada satu orang yang justru memasang ekspresi wajah berkebalikan. Tak lain adalah Tiankong. Mendengar sang Tetua memberi intruksi khusus, ia malah memasang wajah malas. "Hmmmm… Tiankong!" Tetua yang sempat memandang dalam sapuan cepat ke seluruh aula, dengan segera melihat raut wajah Tiankong. "Apakah intruksi yang kuberikan kurang jelas?" Dengus sang Tetua, memasang raut wajah tegas. "Cukup jelas!" Jawab Tiankong singkat. "Hanya saja, kenapa pula kau justru memberi intruksi dan memutus ceramah ditengah jalan?" "Padahal tinggal melanjutkan saja apa adanya! Sejujurnya, aku tak suka ada orang yang mengatur apapun itu yang ingin kulakukan!" Tutup Tiankong, memasang wajah sombong. 'B*ajingan kecil ini!' Umpat Tetua dalam hati. Benar-benar kesal dengan sikap tak hormat yang ditunjukkan oleh Tiankong. Sementara disisi lain, para generasi muda yang ada di aula pelajaran, dimana kini hampir seluruhnya menatap kearah Tiankong, memberi reaksi yang beragam. Sebagian memandang Tiankong dengan raut wajah antusias. Merasa bahwa sikap Tiankong yang tak kenal takut cenderung pemberontak, adalah sebuah hal yang keren. Namun, sebagian lainnya yang berjumlah lebih banyak, memberi tatapan mata tak senang kepada Tiankong. Menganggap Tiankong adalah Tuan Muda sombong yang bertindak seenaknya sendiri. Beberapa orang tersisa, seorang wanita diujung terdepan aula pelajaran, serta satu orang pemuda bermuka malas di pojok bagian belakang aula, menanggapi sikap Tiankong dengan raut wajah tak peduli. "Tiankong! Sudah cukup! Meskipun kau adalah Tuan Muda Klan! Namun di dalam ruangan ini, status tersebut sepenuhnya tak relevan! Kau sama dengan generasi muda lain! Seorang murid yang mencoba untuk menimba pengetahuan!" Dengus Sang Tetua. "Kalian semua yang ada di aula pelajaran, merupakan harapan besar Klan kita!" "Dan tahun ini, usia sebagian besar dari kalian akan genap 10 tahun!" "Usia yang menjadi salah satu periode terpenting dari calon Knight! Karena pada usia 10 tahun, Element Seed dalam Ranah Jiwa, akan muncul!" "Kalian akan menjadi generasi Knight selanjutnya di Klan kita! Oleh karena itu, perlu bagi kalian untuk paham dasar-dasar dari seorang knight, serta pentingnya peran knight di Klan kita!" Ucap Tetua, tiba-tiba berbicara panjang lebar dengan intonasi nada membentak. Raut kesal, tampak jelas menghiasi rona wajahnya. Bagaimanapun juga, sang Tetua pantas menjadi marah. Karena sikap yang ditunjukkan oleh Tiankong sebelumnya, merupakan sikap tak hormat yang tidak bisa diterima dalam aula pelajaran. "Tetua, tak bisakah kau hanya melanjutkan ceramah? Hal-hal lain yang tak berhubungan, sejujurnya membuatku bosan!" Jawab Tiankong. Seolah sama sekali tak mendengar kalimat panjang yang sempat disampaikan oleh Tetua. *Baaaammmm….!!! Namun, tepat ketika Tiankong menyelesaikan kalimatnya, bertepatan pula dengan sang Tetua tak lagi bisa menahan amarah, sebuah pukulan keras, mendarat telak pada kepala Tiankong. Cukup keras hingga membuat wajah Tiankong jatuh terbenam pada meja kayu aula pelajaran dihadapannya. Dimana telah hancur berantakan. "Sialan! Siapa itu!" Bentak Tiankong marah. Segera mengangkat wajah untuk melihat siapa sosok yang telah dengan sangat berani memukul kepalanya hingga sedemikian rupa. Namun, ketika Tiankong mendongak, hal pertama yang menyambutnya adalah sebuah wajah dengan satu senyum tipis sederhana. Wajah dan senyum tipis yang segera membuat bulu kuduk Tiankong berdiri. Menjadi dingin punggungnya. "I-ibu….!" Gumam Tiankong. Memasang raut wajah ngeri begitu melihat sosok wanita yang kini sedang menatap kearahnya. *Baaammmm…!!! Balasan Sang Ibu terhadap sapaan ngeri Tiankong, adalah sebuah pukulan lain yang kembali mendarat telak pada kepala. Untuk kedua kalinya menghujamkan wajah Tiankong. Kali ini pada lantai kayu aula pelajaran. "Ibu…! Apa yang kau lakukan disini! Kenapa kau memukul…." *Baaammmm….!!! Tiankong yang telah mengangkat wajah, segera akan bertanya. Hanya saja, sebelum ia sempat menyelesaikan kalimat, sebuah pukulan keras, kembali mendarat. Sang Ibu, semakin melebarkan senyum tipis di wajahnya. Wanita yang terus memukul kepala Tiankong, tak lain adalah Xiao Ling. Nyonya Besar Xiao Klan. Istri dari Patriarch Xiao Song sekaligus adalah ibu kandung Tiankong. Kehadiran sosok ini, segera membuat Aula pelajaran menjadi hening. Baik itu Tetua maupun para generasi muda, menundukkan kepala. Memasang sikap hormat. "Kau dan mulut licinmu itu!" Ucap Xiao Ling. Memecah keheningan. Menatap tajam kearah Tiankong yang kini tak berani membuka mulut sembari memegang kepala bagian atas. Seolah bersiap agar tak kembali menerima pukulan. "Jika saja aku tak menganggap serius laporan dari beberapa Tetua yang menyampaikan bahwa kau kerap kali bertindak tak hormat saat menerima ceramah di Aula pelajaran, laporan yang membuatku harus membuang waktu berharga hanya untuk mengamati Aula pelajaran secara tersembunyi, maka aku tak akan melihat dengan mata kepala serta mendengar dengan telinga sendiri bahwa kau ternyata memang anak bermuka dua!" "Rubah licik yang akan bersikap sopan di depanku dan ayahmu! Namun begitu sombong dan tak tau aturan di depan yang lain!" Punggung Tiankong, semakin bertambah dingin, terakhir kali ia berhadapan dengan sang ibu yang sedang marah, itu adalah saat dimana beberapa tulang tubuhnya patah. Berkebalikan dengan Xiao Song yang memiliki sikap bijaksana nan lembut. Sang ibunda, Xiao Ling, terkenal karena memiliki sikap yang keras. Salah satu Knight paling di segani dalam Klan Xiao. Xiao Ling, mempertahankan tatapan kearah Tiankong untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya kembali membuka mulut. "Teruskan seperti ini, maka akan kita lihat bersama, meskipun kau terlahir dengan garis Meridan tak biasa, memiliki tubuh fisik lebih kuat dari anak lain, sampai berapa lama tubuh fisikmu itu mampu bertahan dari pukulan-pukulanku!" Dengus Xiao Ling. Dengan intonasi nada dingin yang ditekan. Mendengar kata-kata terakhir dari Sang Ibu, Tiankong yang punggungnya sudah basah, segera memasang wajah serius. Seserius mungkin yang bisa dia buat. Melihat perubahan sikap tiba-tiba Tiankong, sudut mata Xiao Ling berkedut, entah kenapa malah merasa kesal dengan perubahan sikap mendadak yang ditunjukkan oleh putranya tersebut. 'Anak ini benar-benar mewarisi sifat Xiao Song! Rubah licik sialan!' Dengus Xiao Ling dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN