Bertengkar

1059 Kata
Sarena menundukkan kepala. Ia tidak berani menatap wajah kekasihnya yang saat ini sedang mondar-mandir di depannya seraya memijat kepalanya, Sarena paham betul bagaimana perasaan Jeffry, dia takut jika dipecat, karena pekerjaan Jeffry satu-satunya adalah menjadi asisten Rejal. Sarena akan mendengarkan apapun yang dia katakan, tapi ia hanya ingin memiliki kehidupan yang ia inginkan. Tidak mungkin selamanya harus seperti ini, diam seribu bahasa dan menjalin hubungan di luar tanpa sepengetahuan keluarga, semakin cepat mereka tahu semakin akan mudah bagi hubungan mereka itu yang Sarena pikirkan. “Ada Apa denganmu, Saren? Kenapa kamu bisa melakukan sesuatu yang ceroboh seperti ini? Apa kamu tidak mengasihaniku?” tanya Jeffry pada Sarena. Terjadi pertengkaran antara dia dan Sarena, mereka bertemu di salah satu hotel walaupun masih dalam pengawasan sang kakek. “Salah jika aku ingin hidup bersamamu? Salah jika aku melakukan itu? Aku tidak mau menjalin hubungan diam-diam terus, ini sudah 2 tahun. Bukankah hubungan kita seharusnya berada di tahap serius dan memikirkan masa depan?” “Serius? Jadi selama ini kamu menganggapku tidak serius?” Jeffry menatap Sarena. “Aku merasa heran, padahal sudah ku katakan jangan pernah memberitahu keluargamu tentang ini.” “Lalu kamu mau diam-diam selamanya? Apa sebenarnya yang kamu takutkan? Uang? Harta? Akan ku berikan semuanya. Aku punya saham di perusahaan keluargaku, aku bisa menjualnya jika aku mau, untuk biaya hidup kita.” “Semudah itu? Kamu mengatakannya dengan sangat enteng. Aku tidak menyangka semua hal bisa kamu mudahkan hanya dengan kamu berbicara. Kamu mengira yang aku takutkan adalah uang dan harta yang tidak aku punya? Aku tidak takut oleh hal itu yang aku takutkan adalah tujuanku tidak—” “Tujuan? Tujuan apa yang sedang kamu bicarakan? Bukankah tujuanmu adalah menikahiku?” “Kenapa kamu selalu saja seperti ini? Seolah kamu takut aku bisa lari pergi meninggalkan kamu.” “Bukan itu. Aku tidak mau menjalani hubungan diam-diam selamanya, kamu tenang saja Ayahku menyetujui hubungan kita.” “Tapi yang lebih berpengaruh dalam hal ini adalah Tuan besar.” “Aku tidak pernah perduli tentang pandangan Gepa, yang aku peduli itu adalah kamu dan hubungan kita. Kamu serius tidak sih, aku sudah mengorbankan banyak hal dari ketakutan dan keberanian untuk memberitahu Daddy dan syukurnya Daddy merestui kita itu sudah cukup kita tidak membutuhkan restu Gepa.” “Aku perduli. Aku perduli dengan restu dari kakekmu jadi aku tidak akan pernah bisa menikahimu jika kakekmu tidak memberikan restu. Menikah itu bukan hanya kedua belah pihak. Ya aku tahu kita yang jalani tapi jika direstui juga kita akan bahagia kan dan kamu tahu sekarang jika aku dipecat aku tidak punya pekerjaan lagi.” “Sayang,” lirih Sarena. “Aku kecewa dengan sikapmu.” Jeffry menggeleng tak percaya. “Sekarang kamu pulang lah.” “Jeff, kamu kenapa? Hanya karena ini … kamu mengusirku?” tanya Sarena dengan mata berkaca-kaca. “Aku mohon pergi lah dari sini, aku sedang tidak enak hati,” kata Jeffry menarik Sarena dan mengeluarkan Sarena dari kamar hotel dengan paksa, kekesalannya berujung menyakiti Sarena. Karena Jeffry sedang ditahap balas dendam, tapi kenapa Sarena menghancurkan semuanya? Jeffry tidak lagi melihat ibah pada Sarena, ia marah besar karena Sarena melakukan sesuatu tanpa dipikir dahulu. Semua bisa saja kacau, ia bisa saja dipecat dan ia tidak bisa melakukan apa yang ingin ia lakukan. Sarena terus mengetuk pintu kamar, namun Jeffry menolak membukanya, ia mendengarnya tapi ia enggan membukanya. Kekesalannya sudah mencapai batasnya. Karena tidak mendapatkan jawaban dari Jeffry yang saat ini di dalam sana, Sarena pun memilih pulang dengan airmata yang tumpah ruah. Sarena hanya memiliki Jeffry yang ia anggap mampu memberikannya kebahagiaan, ia punya keluarga yang lengkap tapi tak ada yang menyayanginya seperti Jeffry menyayanginya. Satu jam kemudian, ketika Sarena sudah meninggalkan hotel, Koris datang dan masuk ke kamar hotel. Koris menautkan alis melihat temannya itu tengah memijat kepalanya, Koris belum tahu apa yang terjadi. Ia kemari juga sangat hati-hati karena tidak mau ada yang melihatnya karena ia juga dalam pengawasan. “Ada apa lagi?” tanya Koris duduk dihadapan Jeffry. “Kacau semuanya,” kata Jeffry. “Apa yang kacau? Kamu memanggilmu mau apa?” “Saren mengacaukan semuanya.” “Apanya yang ia buat kacau?” “Dia memberitahu keluarganya tentang hubungan kami.” “Terus?” “Ayahnya setuju. Tapi … kakeknya tidak setuju.” “Yang penting kan ayahnya setuju.” “Bukan itu yang penting. Orangtua itu yang tidak setuju. Aku harus bagaimana? Bagaimana kalau dia memecatku?” “Jadi, kamu tadi kemari bersama Saren?” tanya Koris menautkan alis. “Iya.” “Terus mana dia?” “Sudah ku usir.” “Apa? Kamu bertengkar dengannya?” “Aku marah karena dia sudah mengacaukan semuanya.” “Jadi, kamu mengusir Saren karena menganggap yang mengacaukan segalanya adalah dia? Kamu seharusnya bersyukur.” “Apanya yang harus aku syukuri?” tanya Jeffry menggeleng tak percaya. “Kepalaku sudah sakit memikirkan semua ini.” “Kenapa kamu tidak pernah berpikir? Kenapa kamu selalu saja buntu di situ? Kan sudah aku katakan, dengan kamu menikahi Saren kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau. Balas dendam? Bukankah itu hal yang gampang? Jika kamu sudah mendapatkan hati keluarga Saren.” “Aku memang sempat memikirkan itu tapi tidak mungkin kan menikah tanpa restu Erang?” “Tak perlu memperdulikan hal yang tidak mau merestuimu. Yang penting kan sudah direstui Tuan Rejal. Apa lagi yang kamu ragukan? Masalahnya hanya ada pada Tuan Erang kan?” Sebenarnya Jeffry juga berpikiran yang sama dengan Koris, mungkin akan lebih mudah jika ia menikahi Sarena, tapi tidak semua hal bisa semudah itu bukan? Jeffry harus menghadapi Erang setiap hari. “Kenapa kamu memarahi Sarena? Seharusnya itu menjadi hal yang lebih mudah.” Jeffry terdiam, ia tidak tahu apakah ia harus melakukan itu? "Sebenarnya aku tidak mau menikah dengan Sarena. Aku tidak mau ada hubungan dengan keluarga Fandrana." "Tapi hanya dengan kamu bersama Saren, kamu bisa mendapatkan apa yang kamu mau. Kamu yakin mau seperti ini terus?" tanya Koris menatap Jeffry. "Jadi?" "Ya nikahi Saren. Kamu pasti akan mendapatkan apa yang kamu mau. Bergabung dengan keluarga itu akan membuatmu lebih mudah . Kamu bisa berbaur dengan mereka dan mengacaukan semuanya. Itu kan keinginanmu? walaupun kamu tidak ingin menikahi Saren." Koris melanjutkan dan memberitahu hal itu pada Jeffry. "Hanya dengan cara itu kamu bisa membuat keluarga FAndrana hancur." Jeffry mendesah napas halus, apakah harus menikah dengan anak dan cucu dari keluarga Fandrana?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN