“Kamu mampu dengan mahar seperti yang dikatakan Alvindo?” tanya Erang, sengaja mempermainkan Syafana. “Mobil dengan harga 150juta dollar? Mampu?”
“Gepa, apa susahnya sih mengatakan iya. Kenapa harus memintanya dengan mahar yang tidak masuk akal. Gepa mau menjualku?” tanya Sarena dengan nada ketus. Ia mulai kesal dengan sikap sang Kakek. Dan, ia paham bahwa Jeffry tidak mungkin bisa mendapatkan uang sebanyak itu, walaupun Jeffry bekerja sebagai asisten dengan gaji yang besar, tidak akan pernah cukup walaupun bekerja puluhan tahun.
“Gepa ingin melihat keseriusannya, kalau serius ya diusahakan,” kata Erang masih dengan gelak tawa. “Kalau tidak, ya sudah.”
“Oke. Saya akan membelinya,” jawab Jeffry.
Sarena menoleh menatap kekasihnya. Mampu kah Jeffry memenuhi permintaan keluarga ini? Rejal pun tidak bisa berkata apa-apa, karena semua ini diluar kuasanya. Ia yang ingin menjodohkan putrinya dengan Giozan atau Willy, namun Erang yang seolah keukeuh untuk menjodohkan Sarena.
Sarena menarik lengan baju Jeffry, Sarena tidak butuh mobil mahal, yang ia butuhkan hanya pendamping hidup. Semua yang ia miliki sudah lebih dari cukup, jadi ia tidak memerlukan semua hal yang berkaitan dengan uang.
“Jika saya membawa mobil mewah itu. Apakah Tuan Besar menerima saya jadi cucu menantu?” tanya Jeffry.
“Buktikan saja dulu.”
“Saya harus menerima perjanjian.”
“Oke. Saya akan merestui hubungan kalian dan kalian akan menikah dalam waktu dekat. Jika kamu membawa yang saya minta.” Erang semakin mengusik Jeffry. Semua hal bisa ia beli, tapi akan menimbulkan kecurigaan keluarga Fandrana.
“Sayang, kamu akan membawa mobilnya? Kalau berat katakan saja.”
“Tidak berat kok,” jawab Jeffry.
“Apa kamu yakin?”
“Yakin. Aku masih punya tabungan dan beberapa aset yang bisa dijual.”
“Demi apa kamu begini?”
“Demi kamu. Aku tidak takut miskin jika gantinya memiliki kamu,” jawab Jeffry dengan tatapan penuh cinta, walaupun semua itu hanya sandiwara. Jeffry harus melancarkan plan B, karena plan A sudah gagal. Harus sekali melakukan ini.
***
Jeffry dan Sarena tengah duduk didekat kolam renang, semua orang sudah tidur, sementara Jeffry akan menginap di sini karena hari sudah larut. Sarena bersandar dibahu Jeffry dengan helaan napas halus. Terlalu banyak rintangan untuk bersama.
Sarena tidak yakin jika Jeffry akan mendapatkan mobil itu, karena harganya yang cukup mahal, sementara Jeffry hanya seorang pengawal dan asisten pribadi.
“Kenapa sejak tadi kamu hela napasmu?” tanya Jeffry.
“Jeff, kamu yakin kah?”
“Melamarmu?”
“Bukan. Membawa mobil yang diinginkan Gepa.”
“Tentu. Aku sudah bilang kan, apa pun akan aku dapatkan demi melamarmu.”
“Terus apa rencanamu?”
“Ya memesan mobilnya.”
“Atau begini saja, bagaimana kalau pakai uang yang aku punya dulu. Uang debit aku cukup besar. Nanti aku ke bank dan menariknya semua. Nanti kalau kamu ada uang, kamu bisa ganti, sebenarnya tak perlu diganti karena memilikimu saja sudah lebih dari cukup. Tapi, kan kamu pasti tidak mau menggunakan uangku secara gratis. Tapi, kamu masih harus menambah sedikit, kecuali aku jual mobilku.”
“Sayang, kenapa kamu begini? Kamu tidak perlu melakukan itu semua untuk bersamaku. Aku sudah bilang, aku akan usahakan semuanya. Kamu jangan khawatir.”
“Aku takut kamu tidak bisa memenuhinya.”
“Aku akan memenuhinya. Demi kamu,” kata Jeffry berusaha meyakinkan Sarena. “Semua hal akan aku dapatkan jika kamu menginginkannya.”
“Sayang, aku hanya tidak mau membebani kamu. Aku tidak mau kamu sampai melakukan banyak hal hanya mendapatkan mobil itu.”
“Sudah ku katakan, semua akan ku dapatkan,” kata Jeffry menatap Sarena.
“Kenapa tidak kamu gunakan uang yang saya punya?” Sebuah suara terdengar, Sarena dan Jeffry menoleh, mereka melihat Rejal tengah berjalan mendekati mereka.
“Daddy?”
“Saya hanya minta kamu bahagiakan anak saya, masalah mobil akan saya urus.” Rejal melanjutkan.
“Tidak perlu, Tuan. Saya akan mendapatkannya sendiri.”
“Uang darimana? Kamu bekerja pada saya baru 5 tahun.”
“Akan saya dapatkan sendiri, untuk membuktikan bahwa saya bisa dan mampu memberikan mahar yang dikatakan Tuan Besar.” Jeffry masih keukeuh akan membelinya sendiri. Bahkan Jeffry punya mobil yang didesign khusus untuknya. Dan itu hanya satu di dunia. Jadi, tidak masalah untuk membeli mobil yang ada dua di dunia. Semua bisa ia dapatkan dengan mudah.
“Apa kamu punya uang?” tanya Rejal. “Saya hanya tidak mau kamu permalukan diri didepan keluarga kami. Kamu harus mendapatkannya demi mendapatkan Saren.”
“Tentu saya akan mendapatkannya.”
“Konglomerat saja sulit mendapatkannya, lalu kamu mau mendapatkannya dengan mudah?” tanya Rejal.
“Saya sudah minta bantuan pada teman saya. Dan, saya juga diberi waktu satu Minggu kan?” kata Jeffry menatap Sarena dan Rejal secara bergantian. “Saya punya rumah yang diberikan keluarga saya untuk saya, saya akan menjualnya. Dan, sebelum bekerja di sini juga saya sudah punya uang.”
“Jadi, kamu mampu?” tanya Rejal.
“Iya, Tuan.”
“Oke,” kata Rejal.
“Saya pasti akan mendapatkan mobil itu.”
“Baiklah. Setelah mendapatkannya, kamu bisa langsung menikah dengan Saren.”
“Baik,” jawab Jeffry dengan senyum diwajahnya, walaupun dalam hati ia senang dan merasa menang karena akhirnya ia bisa meraih hati Rejal untuk merestuinya.
Sarena bahagia sekali melihat keinginan Jeffry menikahinya sangat besar, Sarena sempat mengira bahwa Jeffry tidak serius menjalin hubungan dengannya melihat bagaimana sikapnya ketika Sarena mengatakan bahwa ingin memberitahu keluarganya. Ketika mereka berpisah di hotel dan Jeffry mengusir Sarena pun, Sarena mengira Jeffry akan memutuskan hubungan dengannya. Semua itu membuat hati Sarena membuncah hebat. Seolah dunianya hancur seketika.
Sarena menatap wajah Jeffry. Tatapannya sangat senduh, ia berharap ia bahagia selamanya.
“Daddy tidak akan ke luar kota, ‘kan?” tanya Sarena.
“Tidak akan. Kenapa memangnya?”
“Daddy jangan membawa Jeff pergi.”
Rejal tertawa dan menggelengkan kepala. Rejal mendesah napas halus dan berusaha tenang, walaupun jauh dari lubuk hatinya, ia tidak bisa merestui putrinya dengan seorang asisten pribadi. Tapi, ini demi Sarena dan demi keinginannya. Rejal juga mengakui sekompeten apa Jeffry.
Mereka terdiam dan tidak lagi mengatakan sesuatu.
Sarena yakin akan bahagia dan Jeffry akan melakukan aksinya, masuk ke keluarga Fandrana adalah rencananya dari dulu, ketika mendapatkan kabar bahwa keluarga Fandrana mencari orang yang kompeten, semua dilakukan untuk masuk ke rumah itu. Namun, sayangnya ia masih mengumpulkan bukti tentang pembunuhan yang dilakukan keluarga Fandrana pada semua keluarganya.