Nadine kembali ke konter tetapi kartu itu juga tidak bisa digunakan begitu digesek. Nadine menjadi malu dan kembali mengeluh pada Rafael. Pria itu kemudian menyerahkan beberapa kartu yang lain miliknya.
“Maaf, Tuan. Semua kartu ini tidak bisa digunakan.” Ucap petugas kasir itu ketika dia mengembalikan semua kartu milik Rafael.
Semua barang sudah terlanjur diambil oleh Nadine dan dia merasa sangat terhina jika mengembalikan barang itu. Dia tidak bisa menahan ekpresi cemberutnya. Rafael merasakan kegelisahan Nadine saat ini dan dia memahami wanita itu.
Tidak ada yang bisa dia lakukan selain berbisik padanya, “Kamu mengembalikan barang itu atau kamu bisa menggunakan uangmu dulu.”
“Baiklah, aku akan menggunakan kartuku dulu.” Sahut Nadine cemberut. Kali ini niatnya untuk memeras Rafael menjadi gagal tetapi dia berjanji di dalam hatinya, lain kali dia akan berhasil.
Kemudian mereka kembali setelah selesai berbelanja.
Malam harinya, setelah selesai makan malam. Keluarga Leonard berkumpul di ruang keluarga saat ini. Willian berkata saat dia membuka pembicaraan, “Papa sudah menemukan sopir baru untuk Kevin dan Gisel. Dia akan bekerja besok.”
Kevin dan Gisel saling bertukar pandang sebelum mereka menatap ayahnya dengan serius, “Sopir baru? Siapa dia?”
Willian tersenyum sebelum dia menjawabnya, “Namanya Fiona. Keponaan Wilson.”
Sudut bibir Kevin dan Gisel terangkat membentuk senyuman saat mereka menunjukan ekpresinya yang gembira. “Oh, ya? Itu bagus.”
Ketika yang lain berbicara dengan ceria, Rafael justru memilih untuk tidak bicara. Dia sibuk bermain dengan ponselnya pada saat ini. Sheryn mengamati perbahan sikap Rafael dan mengerutkan keningnya ketika dia bertanya-tanya ada apa dengan putranya? Tidakah dia menyadari bahwa Rafael sedang bersedih karena desakan perjodohan oleh Tuan Besar Leonard.
Namun, tidak ada yang memahami kondisi Rafael saat ini. Mereka sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing jadi tidak tahu betapa tertekannya Rafael tentang perjodohan itu. Oleh karena itu, dia memilih diam saat ini.
Tiba-tiba Gisel teringat bahwa kartunya tidak bisa digunakan. Jadi dia bertanya pada ayahnya, “Papa, kartuku tidak bisa digunakan hari ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Apakah Papa mengetahui sesuatu?”
Gisel menatap ayahnya saat dia berbicara dengan serius. Willian mendongkak dan menatap putrinya. Dia tersenyum sebelum berkata, “Pihak bank mengatakan bahwa bangk sedang dalam proses pemuliharaan jadi kalian akan menggunakan uang cash dulu, oke?”
Gisel mengangguk saat mendengar penjelasan ayahnya. “Jadi begitu? Baiklah.”
Dengan begitu, Kevin juga mengetahui permasalahan yang terjadi pada kartunya. Dia mengangkat tangannya ketika matanya menatap arloji sambil berguma, “Aku ke kamar dulu ya.”
“Iya. Aku juga.” Gisel menimpalinya. Demikian juga dengan Rafael yang bangkit tanpa mengatakan sepatah katapun. Kemudian, Willian dan istrinya juga beranjak.
Sheryn mempertanyakan perkataan suaminya tentang kartu ATM yang diblokir milik ana-anak. Pria paruh baya itu menjelaskan tujuannya memblokir kartua ATM anak-anaknya adalah hanya dia ingin memberi Rafael pelajaran bagaimana hidup menjadi orang miskin.
Sheryn awalnya marah tetapi Willian menjelaskan detail rencananya, barulah dia mengerti. Jika seandainya, Nadine bukan anak musu suaminya maka dia mungkin akan mempertimbangkan tetapi mereka adalah musuh Carderyck Algio. Jadi dia hanya bisa mematuhi perintah suaminya.
Setelah terdiam, Willian tiba-tiba ingat tentang sesuatu. Dia berkata pada istrinya, “Ma, Papa sudah menemukan gadis untuk Rafael.”
Sheryn mengerutkan keningnya dan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, “Siapa?”
Willian tersenyum, “Dia adalah Fiona.” Suara acuh tak acuh itu terdengar tidak asing saat nama itu disebutkan.
“Fiona?” Sheryn tertegun dengan nama itu. Dia bertanya lagi, “Fiona itu Papa temukan di mana? Apakah dia berasal dari keluarga yang sama dengan kita?”
“Biar Papa beritahu siapa itu Fiona. Dia adalah sopir baru kita.” Willian memperjelas tentang calon menantunya.
“Hah?” Sheryn merasa tubuhnya bergetar dan langsung lemas. Dia menatap suaminya dengan datar saat dia bertanya dengan sikap tidak sabarnya, “Bagaimana ini bisa? Tidak! Apa kata teman-teman Mama.”
Willian langsung memeluk istrinya saat dia berbisik, “Ma, dengarkan Papa dulu. Pernikahan ini hanya sementara saja. Dengan cara ini, Papa bisa mencegah Rafael untuk menikahi putri Carderyck Algio. Ma, tolong bantuin Papa.”
Sheryn menggeleng ketika dia tidak setuju dengan wanita bernama Fiona. Bagaimana ini bisa terjadi, apa yang dia katakan pada temannya. Willian mendapati ekpresi murung dari istrinya, dia tahu bahwa Sheryn menginginkan menantu dari keluarga yang sepadan dengannya tetapi Willian merasa Fiona lebih cocok untuk Rafael kali ini. Bukankah dia tidak akan menuntut mereka suatu hari nanti jika terjadi perceraian.
Setelah membujuk istrinya untuk waktu yang lama, Sheryn akhirnya menyetujuinya meskin rasa enggan di dalam hatinya tetapi rasa cinta pada suaminya itu lebih besar. Jika bukan dia yang membantu, lalu siapa lagi yang membantu suaminya. Malam sudah larut, pasangan paruh baya itu pun beristirahat.
Di sisi lain, Rafael berdiri di balkon seorang diri dengan ekpresi sedih di wajahnya. Dia tidak tahu mengapa dia merasa sangat sedih saat ini. Bahkan dia tidak tahu mengapa Nadine menunda menikah dengannya. Rafael bertanya-tanya apakah dia tidak pantas untuk dicintai?
Angin berhembus kencang di malam yang dingin pada saat ini. Dia mengepalkan tinjunya sebelum berteriak kesal. “Aaa… Semuanya egois!”
Kevin dan Gisel mendengar teriakan itu, keduanya spontan memandangi Rafael melalui jendela kamarnya. Keduanya memasang ekpresi yang sama ketika mereka dilanda kebingungan. Keduanya menduga karena perjodohan itu, kakaknya menjadi putus asa tetapi mereka tidak bisa membantunya. Jadi mereka hanya membiarka Rafael menenangkan dirinya saat ini.
Keesokan harinya, Fiona telah datang ke rumah keluarga Leonard untuk bekerja. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja jadi dia tidak ingin terlambat.
Pada saat ini, Fiona sedang menunggu Kevin dan Gisel di depan mobil itu. Begitu melihat mereka, Fiona segera membukakan pintu untuk Kevin, “Silahkan, Tuan Kevin.”
Setelah itu menghampiri Gisel ketika dia melakukan hal yang sama. “Kamu tidak perlu membukan pintu kami.” Gisel berkata begitu dia berada di dalam mobil.
“Gisel benar.” Kevin menimpalinya.
“Tidak apa-apa, Tuan, Nona.” Ucap Fiona. Dia memasangkan seat beltnya sebelum menghidupkan mesin dan menjalankan mobil itu. Mobil mewah itu meluncur ketika membelah jalan raya. Suasana mobil menjadi hening ketika mereka sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.
Akhirnya, Kevin membuka suaranya, “Fiona, selamat datang di keluarga kami. Semoga kamu betah kerja di sini.”
Fiona tersenyum saat dia menatap Kevin sekilas sebelum suaranya terdengar, “Terima kasih.”
Setelah itu, suasana kembali hening. Fiona tidak tahu harus mengatakan apa saat ini. Dia datang ke keluarga Leonard hanya untuk bekerja jadi tidak pantas jika dia terlalu banyak bicara.