Lukisan Sepasang Sepatu

1579 Kata
Saphira sudah mengganti baju dengan baju yang dibawakan oleh Romeo. Dia merasa sangat gugup. Dia memikirkan alasan apa yang akan dia katakan nanti pada orang tuanya. “Ada masalah?’ tanya Romeo padanya. “Tidak usah sok peduli denganku!” ucap Saphira ketus. “Kau tidak perlu marah, tidak masalah jika kamu tidak mau menjawabnya,” balas Romeo. “Mari, kita segera pergi,” lanjutnya. Saphira mengekor padanya. Dia masih larut dalam pikirannya sendiri. Memikirkan alasan-alasan yang mungkin masuk akal, yang akan dia sampaikan pada orang tuanya. Mereka sudah berada di dalam mobil. Saphira masih saja diam. Sesekali dia memijit keningnya sendiri. Dia merasa begitu pusing dengan keadaanya. “Kalau kamu memikirkan alasan yang bisa diterima oleh orang tuamu, katakan saja kamu menginap di tempatku.” Romeo mengusulkan ide padanya. Saphira melengos. “Menginap di tempatmu? Nanti orang tuaku mengira aku tidur denganmu!” jawab Saphira. “Bilang saja, kalau Bosmu menyuruh kamu bekerja di tempatku. Orang tuamu pasti percaya,” ucapnya dengan percaya diri. “Memangnya siapa kamu? Kenapa kamu bisa sangat percaya diri mengatakannya?” Saphira mencoba menggali informasi tentang Romeo. “Seperti yang kamu lihat, aku orang kepercayaan Kaisar. Kamu sudah tahu siapa dia kan?” ucap Romeo. “Iya, dia sudah mengatakannya. Loh, kita mau kemana? Ini bukan ara ke rumahku. Kau juga mau memperkosaku ya?” ucap Saphira. Dia mulai ketakutan. “Tidak, aku tidak seburuk itu. Kaisar memerintahkan aku membelikanmu ponsel baru, kita akan membeli ponsel terlebih dulu,” jawab Romeo. “Aku tidak memerlukannya,” jawab Saphira. “Walaupun kamu menolak. Aku tetap akan memberikannya padamu, karena ini adalah perintah Kai. Aku hanya menuruti perintahnya, bukan perintah darimu!” jawabnya. Dia turun dari mobil dan mengambil sebuah tas dari seorang pria, yang sudah menunggu mereka di depan toko ponsel besar. Dia langsung masuk kembali ke dalam mobil. Dia memberikan tas itu pada Saphira. Saphira melihat isinya, sebuah ponsel keluaran terbaru. Ponsel yang bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya. Ini benar-benar sebuah keberuntungan setelah kesialan yang terjadi dalam hidupnya. “Di dalamnya sudah ada uang yang tertera dalam surat perjanjian. Kau bisa menghitung jumlahnya. Jika kamu tidak percaya denganku,” ucap Romeo. Dia menjalankan mobilnya lagi. Kali ini dia menuju rumah Saphira. “Tidak perlu, bukan uang itu yang aku cemaskan. Aku hanya tidak ingin orang tuaku tahu apa yang terjadi semalam. Kemudian dia mempercayai alasan yang aku berikan pada mereka. Hanya itu keinginanku. Aku tahu, aku hanyalah orang miskin. Aku tidak bisa menuntutnya. Karena semua hanya akan buruk untukku. Aku akan di cap sebagai perempuan penggoda. Orang tuaku akan malu. Sementara Kaisar, tetap bisa hidup nyaman dengan segala yang dia miliki,” ucap Saphira panjang lebar. “Tidak semua ucapanmu benar. Jika hal ini sampai terekspos media. Harga saham perusahaan Kaisar bisa menurun. Itu adalah kerugian yang sangat besar. Bahkan kamu tidak akan sanggup menghitung kerugian yang dia alami. Jika itu sampai terjadi,” jawab Romeo. Dia mencoba menjelaskan pada Saphira, bahwa kedua pihak tetap akan saling merugi, jika hal itu sampai diketahui media. “Benarkah?" tanya Saphira. Pikirannya tidak berpikir sejauh itu. Dia hanyalah seorang gadis yang baru saja lulus SMA. Pikirannya hanya tentang kerja dan mendapatkan uang. Sehingga dia bisa melanjutkan kuliah, dan bisa bekerja di perusahan besar. “Tentu saja benar, di ponsel itu sudah tertera nomer ponselku. Jika kamu membutuhkan sesuatu, aku akan mengusahakan membantumu,” ucapnya pada Saphira. “Kamu memang baik, atau berlagak baik?” tanya Saphira menyelidik. “Semua terserah dengan apa yang kamu pikirkan. Aku hanya mengatakan hal yang perlu aku katakan padamu. Baik kamu mempercayaiku atau tidak. Semua itu, terserah padamu,” jawab Romeo. Mereka sampai di persimpangan dekat rumah Saphira. Dia tinggal di kawasan rumah kontrakan. Tempatnya berada di atas, jadi harus menaiki tangga untuk mencapai tempatnya. “Turun di sini saja,” sergah Saphira. Sebelum mereka terlalu dekat dengan posisi gang rumahnya. “Baiklah, ingat pesanku tadi. Kamu bisa menggunakannya sebagai alasan pada orang tuamu. Ini surat perjanjiannya,” ucap Romeo. Dia memberikan map berisi surat perjanjiannya dengan Kaisar. “Aku tidak memerlukan map ini, bawa saja. Aku turun sekarang,” jawab Saphira. Dia melipat surat perjanjian itu dan memasukkannya ke dalam sakunya. Dia pun segera turun dari mobil. Dia menghela napas dalam-dalam. Sebelum akhirnya dia menaiki satu per satu tangga menuju rumahnya. Romeo melihat punggung Saphira dari dalam mobil. Dia menggelengkan kepalanya pelan. “Gadis semuda dia harus menerima sebuah kenyataan pahit,” ucapnya lirih. Kemudian dia menjalankan mobil dan beranjak pergi dari sana.   ***   Saphira membuka pintu rumahnya dengan hati-hati. Dia mencoba untuk tidak membuat suara sedikitpun. “Kamu sudah pulang?” ucap Ibunya saat melihat dia berdiri di ambang pintu. Sia-sia sudah usahanya untuk masuk ke rumah secara diam-diam. “Iya Bu,” jawabnya. Dia masuk dan menutup pintu rumahnya. ‘”Dari mana saja kamu? Aku menelpon ke club, kamu tidak ada di sana,” sahut Ayahnya. “Kamu tidak bermain dengan laki-laki kan?” lanjut Ayahnya. “Tidak Ayah, aku tidak bermain dengan laki-laki manapun,” jawab Saphira. “Lalu, semalam kamu pergi kemana?” tanya Ayahnya. Saphira bingung harus menjawab apa. Satu-satunya hal yang bisa dia sampaikan adalah saran dari Romeo. Selain itu, semua alasan terasa mustahil baginya. Dia pun akhirnya mengatakan seperti yang dikatakan oleh Romeo. “Bos memintaku bekerja di tempat kliennya. Ada pesta dan mau tidak mau aku arus menurutinya. Kalau tidak, aku bisa di pecat,” jawab Saphira. “Di tempat siapa?” tanya Ayahnya lagi. Dia melipat kedua tangannya di depan d**a. Dia memperhatikan wajah Saphira yang mulai menjawab dengan gugup.   “Di tempat Pak Romeo, kalau tidak salah Bos menyebut nama Romeo saat itu,” jawab Saphira. Dia meremas jemarinya, dia mencoba mengucapkannya dengan tenang. Agar kebohongannya tidak terbongkar. “Romeo? Dia bukannya yang bekerja di perusahaan air minum itu?” tanya Ibunya pada Ayahnya. “Kamu benar sayang, itu dia. Tidak ada Romeo yang mampu membuat pesta pribadi selain dia,” jawab Ayahnya pada Ibunya. Saphira tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Benar kata Romeo, orang tuanya langsung percaya dengan apa yang dikatakan olehnya. Saphira mengerjap-ngerjapkan matanya. “Ya sudah, kamu istirahat saja. Kamu pasti kelelahan,” ucap Ibunya. Saphira masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari kedua orang tuanya. Dia hanya diam dan melongo di tempatnya berdiri. “Kamu benar-benar kelelahan ya? Sampai tidak kuat berjalan ke kamar?” sindir Ibunya. “Ah, iya Bu. Aku akan segera ke kamar,” jawab Saphira. Dia berjalan menuju kamarnya. Kemudian segera menutup dan menguncinya. Dia merasa lega, karena alasannya diterima dengan baik oleh orang tuanya. Rahasianya aman. Dia kemudian teringat dengan surat perjanjiannya dengan Kaisar. Dia mengeluarkannya dan memasukkannya ke dalam sebuah plastik kecil. Memasukkannya ke dalam sebuah kotak rahasianya. Sebuah kotak yang selalu berisikan hal-hal penting untuknya. Orang tuanya pun tidak pernah bertanya tentang kotak itu. Jadi semuanya akan aman jika dia simpan di sana. Begitu menurutnya.   ***   Di sebuah rungan besar Kai duduk di kursi kerjanya. Romeo mengetuk pintu kacaya dan segera masuk ke dalam. Dia memberi hormat pada Kaisar. Kaisar membalasnya dengan anggukan. “Kamu sudah mengantarnya?” tanya Kaisar padanya. “Sudah Tuan. Saya sudah memberikan uang dan ponsel, seperti yang telah Tuan perintahkan pada saya,” jawabnya. “Baguslah, semoga masalah ini tidak terungkap selamanya,” ucap Kaisar. Dia berdiri dari tempat duduknya. Mempersilahkan Romeo untuk duduk di sofa bersamanya. “Apa dia menanyakan aku?” tanya Kaisar. “Tidak Tuan. Untuk apa pula dia menanyakan Anda?” jawab Romeo. “Eh, tidak. Bukan begitu, maksudku apa dia memakiku atau menyumpahiku?” ucap Kaisar. Dia mencoba membuat alasan atas pertanyaannya tadi. Dia tidak ingin Romeo menjadi curiga dengan apa yang dia tanyakan barusan. “Tidak Tuan, dia hanya menerimanya dan kembali pulang. Saya juga sudah memberikannya alasan yang masuk akal agar kedua orang tuanya percaya dengan alasannya,” jawab Romeo. Mendengar jawaban dari Romeo, raut wajah Kai terlihat kecewa. Entah kenapa dia merasa kecewa dengan hal tersebut. padahal dia tidak ada hubungan apa pun dengan Saphira, dia sudah melakukan kesalahan padanya. Lalu, kenapa dia harus merasa kecewa? Itu adalah sikap yang memang sudah sewajarnya Saphira lakukan. Karena bagaimana pun, dia adalah pihak yang menjadi korban. Dia harus menanggung bahwa kesuciannya telah terenggut. Bagaimana jika nanti suaminya malah tidak terima dengan kenyataan bahwa dia sudah tidak virgin lagi? apa yang sedang dia pikirkan, kenapa dia harus peduli dengan masa depan Saphira. Itu tidak ada gunanya. Kai  mengusap wajahnya perlahan, kemudian dia menyadari bahwa Romeo masih ada di sana. Dia masih berdiri di depan meja kerja Kai. Dia memperhatikan Kai dengan seksama. Dia bisa melihat ada emosi yang berbeda di wajah Tuannya itu. “Kenapa kamu masih di sini?” “Jika sudah tidak ada lagi yang ada butuhkan, saya akan segera pergi ke ruangan saya,” jawab Romeo. Kemudian dia menunduk sebentar dan berjalan keluar dari ruangan Kai. Setelah Romeo keluar dari ruangannya. Kai memutar kursi kerjanya. Dia melihat ke lukisan yang ada di dinding ruangannya. Itu adalah sebuah lukisan yang selalu bisa membuatnya merasa nyaman. Lukisan seorang anak sekolah dasar di sebuah pameran yang dia dapatkan karena telah ditinggalkan pemiliknya. Padahal itu hanyalah sebuah lukisan tentang sepasang sepatu. Bahkan bentuknya tidak terlalu bagus. Tapi sepasang sepatu itu mengingatkannya dengan sepatu yang diberikan oleh kakeknya. Sepasang sepatu yang dia miliki, hanya itu yang bisa dia pakai saat pergi ke sekolah. Dia memakainya hingga berlubang di ujungnya. Itu adalah masa-masa lelahnya. Masa-masa sulit yang dia jalani. Tapi, kini semuanya telah berubah. Dia telah memiliki semuanya. Dia bahkan bisa berganti sepatu setiap hari.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN