Bab -14-

2076 Kata
Hubungan Jihoon dan Soora kian baik, keduanya sudah mulai terlihat akrab satu sama lain meski masih berlabel teman. Pagi yang cerah saat Jihoon menyeruput kopi paginya ditemani Taeoh yang tengah sibuk bermain di atas karpet berbulu. Jihoon tersenyum saat Taeoh tertawa karena berhasil menabrak beberapa dinosaurus mainan dengan mobil mainannya. Sementara dari arah dapur suara alat memasak beradu seperti irama khas pagi hari. Soora sedang berkutat dengan bahan masakan untuk semuanya. Beruntung akhir pekan Jihoon habiskan di rumah, setidaknya pria itu bisa membantu mengawasi Taeoh selagi ia membereskan beberapa pekerjaan. Kemarin, setelah semua hal yang terjadi keduanya sudah sepakat untuk benar-benar menerima perjodohan dan memulai menjadi seorang teman. Memulai tahap pertama sebelum menuju jalur yang sesungguhnya. Bagi Soora sendiri kali ini adalah perjalan yang jauh lebih sulit, maka ia sempat meminta pada Jihoon agar tidak memaksakan kehendak. Ia harus mau berhenti saat salah satu diantara mereka merasa kurang nyaman ataupun menemukan sesuatu yang kiranya bisa membatalkan perjodohan. Dan Jihoon mengiyakan hal itu. Tidak sampai tiga puluh menit sarapan telah siap. Jihoon membawa Taeoh ke meja makan dan mendudukan anak itu pada kursinya. Ia sempat mengamati Soora yang masih beberapa kali bolak-balik dapur meja makan untuk menyiapkan makanan dan keperluan lainnya. Lagi-lagi Jihoon merasakan desiran aneh dalam dirinya, otaknya bekerja mendadak membayangkan jika ia dan Soora benar-benar satu keluarga utuh dan ini adalah kegiatan pagi hari mereka. Saat bayangan samar itu melintas entah sadar atau tidak Jihoon tersenyum. Hal itu membuat Soora yang baru saja kembali dari dapur mengernyit heran. "Ada yang lucu?" tanya-nya memeriksa diri sendiri. Jaga-jaga jika ada sesuatu pada dirinya yang membuat Jihoon tersenyum sendiri. Jihoon tergagap lantas menggeleng. Ia segera memimpin sarapan setelah semuanya siap. Sarapan telah selesai, Jihoon juga Taeoh tengah bersantai di ruang keluarga ditemani Ben, anjing peliharaan Jihoon. Pria itu menatap gemas ke arah sang putra yang tengah belajar mewarnai, dengan pelan ia mulai menuntun Taeoh untuk mewarnai dengan benar. Saat Jihoon tengah mengajari Taeoh mengucapkan kata lain, Soora datang dengan satu keranjang berukuran sedang. Gadis itu terus tersenyum dan menatap ke arah Jihoon antusias. "Apa itu?" Jihoon menunjuk keranjang. Jika ia tidak salah tebak bentuknya seperti keranjang piknik. "Kita akan pergi piknik!" seru Soora antusias. Ia terlihat seperti gadis remaja yang bersemangat. "Piknik? Bukankah sudah terlalu siang, lagipula tidak ada persiapan apapun," timpal Jihoon heran. Soora mengeleng, ia mendekat ke arah Taeoh dan meminta anak itu untuk berdiri. "Taeoh-ah, mau ikut piknik bersama Eomma?" "Nik. Maa nik," lagi-lagi Taeoh mengejutkan semua orang. Jihoon mendekat ke arah Taeoh dan menatap anak itu lekat. "Katakan sekali lagi Taeoh-ah," pintanya. Dan seolah mengerti Taeoh mengulanginya lagi, bahkan kini ia menambah kata Pa di belakangnya. Ekspresi senang terlihat jelas pada wajah Jihoon, maka dengan semangat empat lima ia akan beranjak untuk mempersiapkan hal lain yang diperlukan saat berpiknik. Baru saja Jihoo mengambil dua langkah, Soora lebih dulu menghentikannya. "Mau ke mana?" ia bertanya heran. "Menyiapkan hal lain untuk dibawa piknik," sahut Jihoon. Soora tertawa kecil mendengar perkataan Jihoon, hal itu tentu saja membuatnya kebingungan. "Ada apa? Ada yang lucu?" Soora mengangguk. Ia mengambil alih keranjang piknik yanh sebelumnya telah di tenteng Jihoon, ia meminta pria itu untuk mengikutinya dan Taeoh. Ketiganya sudah sampai di taman belakang yang telah dirubah Soora sedemikian rupa. Terdapat satu karpet yang membentang di rerumputan dengan beberapa makanan juga camilan di sana. "Kapan kau menyiapkan semua ini?" Jihoon bertanya masih dengan pandangan menyapu tiap sudut. Taman belakang yang semula hanya ada rerumputan biasa  juga beberapa pohon seketika disulap menjadi tempat menarik dengan lampu-lampu kecil juga beberapa hiasan lainnya. Memang tidak banyak tapi cukup untuk membuat Jihoon terkejut saat tahu Soora menyiapkannya seorang diri. "Belum lama. Maaf jika tidak terlalu bagus, aku hanya memakai barang-barang yang ku temukan di gudang," jawabnya sambil menata beberapa kimbab. Jihoon mengerti, jadi ini alasan mengapa gadis itu memakan waktu yang cukup lama untuk membuat sarapan. Jihoon paham sekarang. "Taeoh perlu lebih sering diajak ke luar rumah, tidak perlu jauh-jauh. Kegiatan seperti ini bisa melatih saraf motorik anak agar lebih berkembang, dan itu bagus untuk tumbuh kembang anak," ujar Soora menyuapi potongan kecil kimbab gulung ke pada Taeoh. Jihoon masih saja diam sampai Soora menyodorkan satu potong kimbab ke arahnya. Dengan ragu Jihoon menerima suapan gadis itu, ia mengunyah dan mengakui jika rasa kimbab buatan Soora memang enak. Tidak banyak hal yang mereka lakukan, hanya duduk santai sambil mengobrol dan makan siang. Bermain permainan sederhana dan bersenang-senang dengan alat seadanya. Meski sederhana tapi entah kenapa hal itu bisa membuat d**a Jihoon menghangat. Melihat putranya tersenyum cerah dan mengalami perkembangan bagus sudah cukup membuatnya merasa amat bahagia. "Papa," Taeoh berkata sambil berjalan mendekati Jihoon, di tangan anak itu ada sebuah bunga dandelion yang ia arahkan ke hadapan sang Ayah. Senyum cerah masih setia tersemat indah di wajah Jihoon. Demi alam semesta hari ini adalah salah satu dari sekian hari paling membahagiakan dalam hidupnya, ia tidak tahu harus bagaimana mengekspresikan kebahagiaan yang dialaminya hari ini. Gemas, Jihoon meniup bunga dandelion yang Taeoh pegang hingga berterbangan. Jihoon masih tersenyum saat Taeoh terlihat kagum dengan apa yang terjadi sebelum kemudian anak itu menangis saat menyadari bunga miliknya telah gundul karena ulah sang Ayah. Sambil meminta maaf Jihoon memeluk Taeoh dan tertawa kecil. Apa ia sudah mengatakan jika Taeoh sangat imut saat menangis? Soora yang memperhatikan interaksi keduanya hanya tersenyum, ia kembali ke rumah dengan diam berniat membuat satu minuman segar untuk keduanya. Belum sampai Soora selesai membuat minuman, Jihoon dan Taeoh sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah. Taeoh segera berjalan ke arah Soora dan meminta untuk digendong. "Merajuk?" tebak Soora yang diangguki Jihoon. Gadis itu tertawa lantas menepuk-nepuk pelan punggung Taeoh serta membisikan sesuatu pada telinga anak itu. Di sisi lain Jihoon terhanyut melihat interaksi sang anak bersama Soora. Lagi-lagi dadanya terasa menghangat dan tanpa sadar ia tersenyum lebar, ia masih saja membayangkan jika mereka adalah keluarga utuh yang harmonis. Jihoon memegangi d**a sebelah kirinya yang berdegub cepat saat Soora tertawa. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari tawa gadis itu, tapi entah kenapa hal itu mampu membuat Jihoon gugup bukan main. Merasa tidak aman jika ia terus berdiri di sana maka Jihoon memutuskan untuk kembali ke kamar miliknya dengan alasan ingin membersihkan badan. Sebenarnya itu hanya alasan agar ia bisa menghindari Soora dan membuat hatinya merasa sedikit tenang. Sementara Soora, gadis itu tersenyum kecil saat tanpa sengaja ia melihat rona merah sama di pipi Jihoon. Entah sejak kapan tapi ia mulai mengakui jika Jihoon bisa terlihat lucu di beberapa kesempatan. Ia juga sedikit demi sedikit mulai menarik kata-katanya soal Jihoon yang memiliki kepribadian kaku layaknya triplek. Jika dilihat dengan seksama dan dari berbagai sisi pria itu tidak terlalu buruk. Pikirnya. "Mama." Fokus Soora kembali pada Taeoh, anak itu menatapnya dengan mata berbinar juga senyum merekah seolah bisa merasakan suasana hati Soora yang tengah baik. Di lain tempat Hunjae tengah duduk diam mengawasi para pekerja yang sedang menyiapkan pernikahannya. Memang Tuan Oh sempat mengatakan jika akan menggelar pesta sederhana, tapi itu bukan seperti apa yang ada dalam bayangan orang-orang kebanyakan. Definisi sederhana bagi kalangan pengusaha sukses seperti Oh Jungwoon bukanlah sederhana seperti orang biasanya, itu lebih terkesan seperti cukup mewah juga berkelas bagi orang biasanya. Belum lagi calon istri Hunjae juga bukanlah seseorang yang bisa dianggap remeh. Zizi Huang bukanlah gadis yang berasal dari keluarga sembarangan. Jika kau bertanya pada sekelompok orang siapa itu Huang Jun maka bisa dipastikan sembilan puluh persen dari mereka akan tahu. Seorang konglomerat sekaligus pengusaha sukses yang sudah tidak perlu diragukan lagi eksistensinya di dunia perbisnisan. Huang Jun juga termasuk salah satu tokoh pengusaha paling berpengaruh di negara asalnya, negara tirai bambu. Dan membuatnya disegani banyak orang. Selain karena sang Ayah, tingkat keberkelasan Zizi Huang kain melejit saat sang kakak Kris Huang tercantum sebagai salah satu pengusaha muda sukses yang patut diperhitungkan. Menjadi satu-satunya anggota keluarga wanita setelah sang Ibu tiada membuat Zizi selalu diawasi dan dijaga ketat. Ia akan diberi jadwal soal apa-apa saja yang harus dilakukan, ia juga di pilihkan dengan siapa ia boleh bermain. Hal itu terus berlanjut sampai Zizi menginjak usia dewasa, ia tidak bisa merasa bebas dan selalu terkekang dengan aturan ini dan itu sampai pada puncaknya ia bertemu Hunjae. Sedikit canggung pada mulanya sampai akhirnya keduanya menjadi dekat dan menjalin satu hubungan yang sebenarya terlarang. Kursi samping Hunjae berderit, ia menoleh dan mendapati sang Ibu duduk di sampingnya dengan diam. Wanita yang masih tampak anggun di usianya itu tersenyum ke arah Hunjae dan mengelus surai sang putra, ia tahu ada sesuatu yang tengah menganggu perasaan putranya. Ikatan batin seorang Ibu dan anak. "Ingin bercerita sesuatu?" berbeda dari sang Ayah yang agak sedikit otoriter, Nyonya Oh cenderung lembut terhadap anak-anaknya. Ia akan sabar menunggu sampai sang anak mau dengan sendirinya bercerita soal apa yang dirasakan. "Sepertinya Hunjae telah menghancurkan hati seseorang," buka Hunjae lemah. Ia memang paling dekat dengan sang Ibu, ia bisa menceritakan apa yang ia rasakan dengan bebas hanya dengan Ibunya. "Apa itu, Soora?" tebak Nyonya Oh lirih. Hunjae tidak menjawab tapi tatapan matanya cukup menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang ia ajukan. "Dia terlalu baik untuk merasakan penghianatan, Bu. Harusnya Hunjae bisa menjaga hatinya dengan lebih baik, harusnya Hunjae bisa menjaga kepercayaan dan tidak lagi membuatnya hancur seperti sekarang," sesal Hunjae menunduk. Sang Ibu mengusap bahu putranya lembut. Ia tentu tahu siapa itu Kang Soora, ia adalah gadis yang bisa membuat Hunjae kembali menjadi dirinya sendiri setelah dua tahun lamanya ia berubah. Nyonya Oh juga ingat bagaimana bahagianya Hunjae sewaktu menceritakan bagaimana akhirnya Soora mau menerima perasaanya setelah beberapa waktu gadis itu tidak memperdulikannya. Hunjae juga menceritakan soal masa lalu Soora, bagaimana gadis itu dikhianati dan berakhir membuatnya sulit untuk kembali mempercayai. "Sudah menjelaskan semuanya?" tanya Nyonya Oh pelan. Hunjae menggeleng, ia menunduk menyembunyikan matanya yang sudah menggembun. Mungkin terkesan cengeng. Tapi itulah salah satu bentuk perasaan tulus seorang Oh Hunjae. Ia adalah tipe orang yang sulit untuk benar-benar menjatuhkan hati pada orang lain, tapi sekalinya ia sudah memantapkan hati maka ia akan menyerahkan semuanya. Posisi soora baginya tidak kalah penting dengan posisi sang Ibu. Ia jadi teringat bagaimana gadis itu tersenyum ramah padanya sewaktu tanpa sengaja bertemu di bazar buku, sampai keduanya kembali di pertemukan sewaktu Soora melakukan presentasi mewakili perusahaan yang akan bekerja sama dengan Hunjae. Perasaan Hunjae yang semula hanya sekadar kagum akan senyum cerah milik Soora berubah menjadi perasaan yang kian dalam, meski ia terus ditolak bahkan diabaikan ia tidak peduli. Hunjae tetap berusaha sampai Soora menceritakan apa penyebab ia sulit mempercayai seseorang. Oleh sebab itu Hunjae pernah bertekad dalam hatinya untuk menjaga Soora, ia tidak ingin gadis itu kembali terluka atau kecewa. Lalu bagaimana bisa Hunjae memiliki hubungan dengan Zizi jika ia begitu mencintai Soora? Sederhana, alasan dibalik itu semua adalah bosan. Ada kalanya dalam hubungan merasa bosan. Entah seberapa besar rasa cinta yang dirasa untuk pasangan pasti pernah pada satu titik merasakan kebosanan. Hal itu juga yang dialami Hunjae. Semua berawal saat Soora diminta untuk bekerja di kantor cabang, Busan. Tepatnya di saat hubungan keduanya menginjak lima bulan. Jarak Seoul dan Busan tidak bisa dibilang dekat, dan keduanya tidak bisa lagi setiap hari bertemu karena keadaan. Saat Hunjae merasa jenuh dengan hubungan jarak jauhnya dengan Soora, di saat itulah ia bertemu dengan Zizi yang kebetulan menjadi assisten sang kakak yang akan menjalin kerja sama perusahaan. Pertemuan tidak sengaja yang bisa membuat Hunjae lupa sejenak dengan Soora yang berstatus kekasihnya. Keduanya berteman sampai pada akhirnya terjalin hubungan terlarang. "Harusnya dijelaskan, pelan-pelan saja. Soora pasti akan mengerti, dia gadis yang baik," nasihat Nyonya Oh. "Tapi aku sudah melukainya, Bu. Bahkan saat itu Soora melihatku dan Zizi, dia menangis. Dia terluka." Nyonya Oh tersenyum kecil, ia menggengam tangan Hunjae erat dan membuat Hunjae menatap Ibunya lekat. "Seorang pria harus berani bertanggung jawab dengan apa yang ia perbuat. Karena itulah Ibu selalu mengatakan pikirkan dulu apa yang akan dilakukan, jika sudah begini hanya ada satu cara," "jelaskan semuanya pada Soora. Bicarakan dengan kepala dingin, pasti Soora mau mengerti. Ibu tahu kau anak laki-laki Ibu yang bertanggung jawab, dan Soora bukanlah gadis yang akan memendam dendam. Ia pasti mengerti," perkataan Nyonya Oh membuat Hunjae diam. Ia berpikir apa yang sekiranya harus dilakukan, apa ia harus menjelaskan semuanya seperti apa yang sang ibu sarankan atau mencari jalan lain. "Tapi apa Soora mau memaafkan ku, Bu. Apa yang ku lakukan sudah benar-benar menghancurkan perasaanya." "Sehancur apapun perasaan seorang wanita, rasa kasih sayang pada orang yang pernah ia cintai akan jauh lebih besar. Jika kau menjelaskan alasan yang sejujurnya Soora pasti akan mengerti." Hunjae menghela napas. Ia menatap ponselnya dalam genggaman dengan lekat, haruskah ia menghubungi Soora dan melakukannya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN