Dia berubah lagi menjadi Menik, dan sebagai Menik mau tak mau dia kembali berhadapan dengan Paman Apokat. “Siapa kamu? Sebutkan namamu!” titah Alfonzo. “Saya I ....” Inul berhenti berbicara. Dia tak ingin Alfonzo tahu itu adalah dirinya. Malu sekali. Lebih baik pria itu menganggap dirinya gadis yang dipakai raganya. “Saya I-itu Me ... Me ... siapa nama tubuh ini?” “Menik.” “Iya nama saya Menik. Masa Paman Ganteng ndak ingat?” “Paman Ganteng?” Alfonzo mengulangnya dengan curiga. “Saya ndak tahu nama paman, karena paman ganteng ... otomatis lidah saya keselip manggil begitu. Paman ndak suka dipanggil begitu?” “Nama saya Alfonzo de Aquera.” “Oh, Paman Apokat,” kata Inul sembari mengangguk paham. Alfonzo menatap heran pada gadis yang dirawatnya selama koma dua tahun. Dia tak menyan