"KALINA, PAGI-PAGI BUTA SUDAH BIKIN ONAR!" Sama seperti kemarin, kali ini suara Ayah menggelegar memenuhi dapur, tatapan marah terlihat di wajah beliau saat menatap ke arah putri haramnya tersebut. Sama seperti Ayah, Kalina pun membalas sama nyalangnya, bahkan kini adik tiriku tersebut berkacak pinggang menantang pada Ayah. "Apa? Papa mau marahin Kalin lagi hah demi membela si Udik anak mantan istri Papa yang kampungan itu?" Kedua tanganku terkepal, setiap kali mulut-mulut manusia jahat ini menghina Bunda, kemarahanku seketika menggelegak, sungguh aku benci dengan sikap mereka seolah mereka ini adalah korban sementara yang sebenarnya mereka adalah tersangka. "Tentu saja Papa akan bela Alleyah. Menurut kamu sikapmu pada Alleyah karena Dirgantara ini benar, Lin? Kamu kira Dirgantara bara