Lima

3100 Kata
Tuhan selalu memberikan harapan pada manusia. Harapan untuk hidup Harapan untuk cinta Harapan untuk bahagia.   Ketika kita berhenti berharap. Maka impian dan cita-cita kita akan sirna. Hidup gelap tanpa cahaya.   Ketika kita terus mengejar mimpi. Maka hidup kita akan terang. Meskipun harus terjatuh dan tertatih.   Aku yakin aku kuat.. Perempuan yang kuat seperti karang. Meskipun selalu di terjang ombak. Namun aku tak akan menyerah dan terjatuh.   -Michelle Octorina Andara-   Selesai menuliskan puisinya, Michelle menyipitkan mata. Menyadari di sampingnya sudah ada seseorang. “Kamu ngapain di sini?” “Ini kan bangku umum. Emang ga boleh gue duduk di sini?” Dimas malah mengeluarkan sebatang rokok. Kemudian menyalakan dan di hisapnya. Michelle menarik rokok itu dan membuangnya. “Ga baik ngerokok di lingkungan sekolah. Bukankah kamu pelajar? Lagian gerokok juga engga baik loh buat kesehatan kamu. Apa lagi buat orang lain. Perokok pasif juga akan lebih nahaya kalau terkena paparan asap rokok, ” nasihat Michelle. “Siapa yang bisa ngelarang gue sini?” memang tak ada sih yang bisa melarang Dimas kecuali Michelle. “Memang ga ada yang bisa ngelarang kamu. Tapi rokok tuh ga baik buat kesehatan,” ulang Michelle. “Oh ya? Orang yang ga ngerokok aja rupa-rupa kok penyakitnya. Kalo perokok tuh sakitnya cuma satu. Paling cuma paru paru,” kata Dimas sedikit lucu. “Ahhahaa ada-ada aja kamu,”   Hening Hening Hening.   “Emmhh.. Kebiasaan kamu ya, kalo habis marah terus main basket. Udah gitu ngerokok di sini?” tanya Michelle memecahkan ke heningan. “Kok lo tahu kebiasaan gue? Jangan-jangan lo naksir ya sama gue? Sampe tahu kebiasaan gue, ” Dimas kegeeran seperti biasa. “Hah? Ga salah? Mulai deh geernya,” “Emang, lo ga sama sekali suka sama gue?” Michelle menggeleng mantap, “Apa yang perlu aku suka dari kamu. Cowok angkuh, sombong, so cakep, so berkuasa,” cela Michellle pada Dimas abis-abisan. “Udah deh jangan mulai!! Mood gue lagi bagus nih,” “Terus masalah?” “Gue tuh pemilik sekolah ini. Harta bokap gue ga akan habis habis. Gue bisa menuhin semua impian lo dengan uang. Dan lo bisa jadi Queen Of Master di Vegasus, kalo elo jadi cewek gue. Masa engga tergiur sih?” ucapan Dimas memang menggiurkan. Tapi Michelle benar-benar tidak tertarik. “Dimas Dimas. Ga semua hal bisa di nilai sama uang. Uang bisa ilang, bisa habis, kalo Tuhan berkehendak. Kepopuleran juga bisa hilang. Sorry  aku bukan cewek yang haus akan popularitas. Dan ga tertarik sama harta orang tua kamu,” tolaknya. “So suci banget sih! Semua orang pengen kali kaya gitu,” Dimas mulai geregetan. “Emang aku akui, semua orang pengen kaya gitu. Kecuali aku. Aku cuma pengen sukses dengan keringat aku sendiri. Ga kaya kamu mengandalkan harta orang tua. Mengatas namakan orang tua buat kepopuleran  kamu, sok berkuasa padahal tanpa orang tua kamu. Kamu itu engga ada apa-apanya,” kali ini Michelle mengeluarkan unek-unek pada cowok tengil yang ada di hadapannya. “Maksud lo?” “Udah ga usah di bahas,” rasanya malas berdebat dengan cowok yang engga peka seperti Dimas. “Lo juga ngapain suka diem di sini? Ngelukis? Tapi gue lihat tadi lo bikin semacam puisi,” Dimas mengalihkan pembicaraan. Sepertinya Dimas mulai tertarik dengan kegiatan Michelle barusan. “Kepo banget sih!”   “Dimas!!” panggil Angela. Dimas menghampiri Angela yang tidak berbeda jauh dari tempatnya sekarang. “Angela, lo ngapain di sini?” “Meeting gank GHS!” Dimas menarik Angela menjauh dari Michelle.   Setelah jaraknya cukup jauh dari Michelle. Barulah ia berbisik pada Angela, ”Ngarang lo! Lo tahu kan gue lagi Pedekate sama Michelle,” “Tapi…” “Udah. Bilangin ke anak-anak gue lagi mulai missi status palsu,” Dimas  meninggalkan Angela dan kembali ke Michelle.   “Gaya ya kaya pejabat aja ada meeting dadakan. Hhii” sindir Michelle geli. “Ga usah ngejek ya!” “Bercanda keles. Kenapa sih kamu temprament banget? Jangan-jangan lo darah tinggi lagi,” Tanpa menghiraukan ucapan Michelle. Dimas mengeluarkan sebatang rokok lagi. Saat akan di nyalakan. Michelle mengambilnya dan membuangnya lagi. “Udah dua batang rokok ke buang sia-sia. Ngapain sih lo!” “Udah aku bilang ga baik ngerokok di lingkungan sekolah,” “Perduli apa sih lo sama gue! Gue sekaratpun kayanya ga ada yang perduli,” “Papah sama mama kamu pasti perduli kok,” Ups! Michelle malah keceplosan bilang mama. Kata Putri kan mamanya Dimas udah meninggal. Semoga Dimas engga marah. Dimas hanya tersenyum kecut. Syukurlah Dimas tidak berekspresi yang berlebihan. Michelle kemudian sibuk dengan buku gambar dan pensilnya. Sementara Dimas sibuk dengan ponselnya.  Selang bebrapa menit.   “Ngapain lo?” “Engga,” “Lo lukis siapa?” “Ngelukis orang yang angkuh dan sombong!” “Maksud lo gue?” “Kepo deh,” Dimas merebut buku gambar itu dari tangan Michelle. Dimas memperhatikan lukisan itu. “Detail banget lukisan lo!” mata Dimas terbelalak melihat keindahan lukisan hasil Michelle. Lukisannya sangat detail. Wajah Dimas di lukisan itu tampak seperti aslinya. “Udah sini sini.” Michelle merebut buku gambarnya. “Lukisanya buat gue!” “Enak aja aku yang lukis,” “Tar kalo lo yang nyimpen, lo melet gue lagi!” “Geer banget sih kamu!”   Dari jauh Liana memperhatikan Michelle dan Dimas. Liana cemburu dangan kedekatan Michelle dan Dimas. Aneh saja bebarapa hari belakangan ini Michelle tampak dekat dengan Dimas. Apa Dimas mulai mengincar Michelle. Atau Michellenya saja yang munafik, pura-pura benci padahal di belakang, Michelle suka lagi sama Dimas.   “Aku masuk kelas dulu,” ujar Michelle. “Ngapain pamit ke gue?” “Emang kamu ga mau masuk kelas?” “Ga! Mood gue jelek, karena ga ngerokok,” “Ckck masih aja kamu bahas itu rokok. Ya dah aku masuk kelas dulu,” Michelle pergi meninggalkan Dimas.   Sial kenapa gue ga nembak si Michelle pake bintang pink aja.  Cewek kaya dia pasti gampang banget buat nerima cinta gue, pikir Dimas.     ********   Keesokan harinya.   Michelle membuka tasnya kemudian ada bintang pink jatuh. “Bintang pink! Dan di sini di tulis Dimas GHS, waaahh lo mangsa berikutnya,” ucap Chanes saat melihat bintang pink itu jatuh. “What? No! Sampe kapan pun aku ga mau jadi pacar si tengil itu,” Michelle kukeh.  “Kan cuma sementara,” “Meskipun sementara tetep aja aku ga mau,” “Jangan muna deh. Kemaren gue lihat lo bercanda sama Dimas di taman deket lapangan basket,” hardik Liana sedikit kesal. “Ya ampun Li. Kemaren itu si Dimas yang gangguin aku,” “Tapi senengkan di ganggunin,” Liana terus mencecar Michelle. “Liana. Kalo lo jadi nuding Michelle gitu? Gue tahu Michelle kok. Michelle ga mudah buat jatuh cinta,” bela Ivha. “Sorry gue cuma ngerasa…” “Cemburu?” terus Chanes sebelum Liana menyelesaikan ucapannya. Liana mengangguk. “Terus gimana nasib lo?” “Aku ga akan terima dia!” Michelle tetap pada pendiriannya. “Nekat lu Chell. Kalo tiba-tiba gank GHS kasih bintang merah. Abis lo Chell,” ujar Chanes. “Aku ga takut. Mendingan dapet bintang merah dari pada bintang pink,” Berani sekali Michelle berbicara seperti itu. “By the way Putri mana?” Michelle Mengalihkan pembicaraan. “Katanya sih dia ke Jogya. Jenguk bokapnya yang lagi sakit, tadi pagi gue telepon Putri. Eh dia bilang ga akan masuk. Hhee sorry gue telat kasih tahu ke lo pada. Putri minta maaf karena ga sempet pamit,” jelas Ivha. “Oh gitu. Ya udah deh semoga bokap Putri cepet sembuh,” do’a Michelle. “Amin,”   “Michelle lo di panggil Dimas ke best camp GHS,” ucap Piu saat masuk ke kelas Michelle. “ Ngapain?” “Ga tahu. Gue cuma di suruh Dimas. Kayanya mengenai bintang pink itu,” “Bilang ke Dimas. Aku ga akan pernah mau jadi pacar sementara dia.  Cinta itu bukan permainan, sampe kapanpun aku engga akan mau,” ya betul cinta itu bukan permainan melainkan ketulusan hati. “Muna bangat sih jadi orang! Cewek-cewek di Vegasus itu nunggu-nunggu dapet bintang pink dari Dimas. Lo malah nolak,” ucap Piu. “Sorry aku buka cewek yang haus akan harta!” tegas Michelle. “Terserah. Lo jangan nyesel, kalo besok lo di kasih bintang merah,” Piu pergi. Piu adalah sepupu Dimas. Dimas mempunyai dua sepupu yang juga sekolah di Vegasus International High School ini. Piu dan Imah, jangan salah meskipun mereka berdua perempuan. Tapi sangar-sangar, mereka adalah mata-mata gank GHS. Mereka selalu menurut apa kata Dimas dan anggota gank GHS lainnya. Mereka mata-mata yang bisa di andalkan. Kebenaran dan keakuratan yang mereka laporkan di jamin seratus persen fakta.   ********   Pulang Sekolah.   Michelle, Liana, Ivha dan Chanes sedang berjalan menuju pintu gerbang keluar sekolah. Namun tiba-tiba Dimas menarik Michelle. “Eee eee eeh.. aku mau di bawa kemana?” Tanpa menjawab pertanyaan Michelle. Dimas terus menarik Michelle entah kemana.   Tiba di parkiran.   “Masuk!” “Masuk kemana?” Michelle bingung. “Lo pikir masuk ke mana. Ya ke mobil lah,” “Ogah!” “Masuk!” Dimas memaksa Michelle masuk ke mobilnya. Dan Michelle berhasil masuk ke mobil Dimas. Seketika Dimas mengunci mobilnya. “Kamu mau ngapain sih?” “Lo milik gue sekarang!!” “Hallo!! Sejak kapan?” “Sejak hari ini. Lo kan udah gue kasih bintang pink,” ujar Dimas enteng. “Ga ngeefek!! Sampai kapanpun aku ga mau punya pacar kaya kamu. Aku tuh pingin cinta suci. Cinta yang bener-bener tulus. Bukan kaya gini. Ini cinta paksaan namanya,” Michelle melipat tangannya didepan dadanya. Rasanya Dimas terlalu memaksakan Michelle. Sudah tahu Michelle tak mau, masih saja memaksakan. “So drama banget sih lo! Mana ada jaman sekarang cinta suci atau cinta tulus?” Dimas meremehkan. Padahal ia sendiri ingin merasakan yang namanya cinta sejati. “Ada kok. Aku yakin cinta itu ada. Kadang-kadang aku kasian sama kamu. Kayanya kamu itu haus cinta ya, sampe harus ngemis-ngemis cinta sama cewek-cewek Vegasus dengan berlandaskan bintang pink,” kata-kata Michelle berhasil menohok hati Dimas. “Apa? Lancang banget sih lo!” “Kamu ga pernah apa mikirin perasaan cewek-cewek yang kamu mainin dan kamu buang gitu aja? Mereka itu perempuan Dimas. Punya hati. Apa kamu ga punya ibu? Apa kamu nyakitin ibu kamu juga?” “Bawel!! Ibu gue udah meninggal!” Ups! Nampaknya Michelle salah nih udah nyinggung Dimas. “Maaf aku ga tahu!” tahu sih sebetulnya dari Putri. Cuma tadi keceplosan saja karena kesal. “Udah ga usah lebay! Sekarang lo mau ga jadi pacar gue?” tembak Dimas tanpa basa basi. “Engga!!” “Fine!! Keluar dari mobil gue!!” “Igghh saiko! Kamu sendiri kan yang nyuruh aku masuk! Kamu juga yang nyuruh aku keluar. Dasar aneh!” “KELUAR!!” bentak Dimas kasar. Michelle keluar dari mobil Lambroghini Reventon hitam Dimas. Michelle membating pintu mobilnya. Kemudian Dimas tancap gas dengan cepat meninggalkan Michelle.   Kenapa sih tuh orang? Kayanya hidupnya penuh amarah. Harta berlimpah tapi kayanya dia ga bahagia. Ya Allah untung aja aku ga kaya dia. Meskipun aku ga sekaya dulu. Tapi aku masih punya kakak, adik-adik dan sahabatsahabat aku yang selalu ada buat aku, batin Michelle   ********     Segumpal amarah tertanam dihati. Membucah lautan hitam yang mengerikan. Hidup terasa gelap di liputi awan hitam. Seperti musim dingin berkepanjangan dan entah kapan menemukan musim panas.   Mengigil dalam musim dingin yang curam. Hati menjadi beku dan tak bisa merasakan apapun. Namun ketika api datang untuk menghangatkan. Malah membesar dan membakar tubuhnya.   Air dan api seakan percuma. Amarah dan hati dingin tak akan membuahkan hasil yang sempurna.   Hanya cinta dan kebahagiaan yang bisa mengubah itu semua. :)   -Michelle Octorina Andara-     “Waaaahhh design bajunya bagus bagus kak,” Irma melihat tumpukan sketsa di meja belajar Michelle. “Hhee kamu suka?” “Ini gaun ya kak?” “Iya sayang. Nanti kalo kakak punya uang kakak pengen banget beli kain, terus kakak bikin sendiri gaun ini. Gaun ini buat kita semua?” sepertinya Irma belum mengerti apa yang di bicarakan Michelle “Maksud kakak?” “Kakak akan buat gaun. Buat kakak, kamu, kak Rini dan Rahmi,” terang Michelle. “Bagus banget kak. Jadi ga sabar,” puji Irma. “Ya udah tidur yuk!” ajak Michelle. Irma mengangguk.   Keesokan harinya.   Vegasus International High School.   Michelle berjalan memasuki gerbang Vegasus.  Namun rasanya ada yang aneh. Semua mata tertuju pada Michelle. Saat Michelle masuk. Michelle penasaran sama orang yang berkumpul di depan mading. Michelle menyeruak keramaian itu. Kemudian membaca pengumuman di mading itu.   ATTENTION!! *BINTANG MERAH* Michelle Octorina Andara Vegasus 3 IPA 1 Seraangg!!!   Michelle kaget melihat tulisan di mading itu.   BYUAR!!!   Tiba-tiba sesorang menyiramkan air pada Michelle. “Ahahhahaha.. Serang lagi!!!” Tepung, telor busuk, air solokan dan bau yang menjijikan mendarat di tubuh Michelle. Michelle di bully habis-habisan oleh anak-anak Vegasus. “Ahha ancur ancur deh muka lo! lagian so kecantikan so jual mahal, ga mau nerima jadi pacarnya Dimas!” celetuk salah seorang siswa yang juga sedang membully Michelle.   Oh jadi gara-gara itu aku di perlakukan kaya gini, tega banget sih mereka. Bener-bener ga punya hati,  rutuk Michelle dalam hati.   “Angkat!!!” Semua anak Vegasus mengangkat Michelle. Membawa Michelle entah kemana. Tiba di gudang belakang sekolah. Michelle di ikat di bangku seperti tawanan. Kemudian di masukan kedalam gudang yang penuh tikus dan di kunci. “Rasain lo! Aahhhaahaa” ejek mereka yang sedang membully Michelle. Michelle mencoba meronta dan mencoba melepas ikatanya. Namun percuma karena hanya dia seorang diri. Michelle melihat sekitarnya. Dia meringis karena banyak tikus menghampiri kakinya. Michelle menangis. Ingin rasanya teriak namun mulut Michelle di sumpal kain bekas. Sungguh ini sangat berlebihan. Apa ini semua perbuatan Dimas?   Kamu jahat banget Dimas. Aku bukan tahanan atau teroris yang kamu bisa perlakukan kaya gini. Ini keterlaluan Dimas. Aku bakalan bales kamu Dimas! Ya Allah tolong aku. Aku takut, batinya. Michelle menanggis.     ********     Bast Camp gank GHS.   “Ahhahaa rasain dia. So jual mahal sihh! Lagian jadi cewek King Of Master Vegasus ga mau b**o amet dia,” Angela tertawa puas. “Sekarang dia dimana?” tanya Anggie. “Gudang belakang yang banyak tikus?” ujar Ananda. “Ahahah.. Biar dia mati ketakutan atau kena serangan jantung dan mati seketika,” Angela sangat puas sekali.   Dimas dan Mario masuk ke best camp gank GHS. “Apa yang kalian lakuin? Kalian bully siapa?” tanya Dimas. “Michelle lah!” ceplos Anggie. Dimas terkejut, “Apa? Kalian ngasih bintang merah sama Michelle?” “Iya lah Dim. Dia kan udah nolak bintang pink buat lo!” ucap Ananda. “Astaga! Ga kaya gitu juga! Ini missi status palsu kan? Ini urusan gue! Kalian ga berhak ngasih bintang merah ke Michelle. Gue kan belum mengibarkan bendera putih tanda menyerah.” “Tapi kan dia nolak lo Dim!” ujar Angela. “Dia baru sekali nolak gue! Perjanjiannya, kalo dalam satu bulan Michelle ga jadi pacar gue berarti gue kalah. Kalo kalian ngasih bintang merah ke Michelle. Dia bakalan marah sama gue! Dan semakin tipis buat gue dapetin dia!! Siapa yang kasih bintang merah?” sepertinya Dimas sangat marah. Seharusnya apapun keputusan gank GHS harus di ketahui Dimas lebih dahulu. Semua bungkam. Mungkin karena takut pada Dimas. “JAWAB!!!” “Gu.. Gu.. Gue!” sahut Angela gemetaran. Dimas mendekati Angela. “Apa sih di pikiran lo! Lo mau gue kalah taruhan? Hah?!” “Gue kan cu.. cuma bantu lo!” “Sejak kapan gue minta bantuan lo! Gue ga perlu bantuan lo! Satu hal. Jangan ada yang ngasih bintang apapun sama Michelle. Kecuali gue!!”   ********   PLAK!!   Michelle menampar Dimas. “Dengar yaaa!! Aku ga pernah takut sama kamu!! Jangan kamu pikir dengan kaya gini aku takut dan pengen keluar dari sekolah ini!! Ini ga akan mengubah apapun Dimas!!,” dampart Michelle. Setlah terlepas dari bullyan. Michelle nekat mencari Dimas, dan langsung masuk ke best camp gank GHS.   “Eh siapa yang ngelepasin lo! Lo tuh bau! Pergi sana! Beraninya lo masuk kandang macan!” ucap Angela. “DIEM!!” bentak Dimas. Michelle mecoba tegar di depan mereka. Meskipun dia sebenernya sakit hati. “Chell, Bukan gue yang ngasih bintang merah itu tapi Angela,” “Ga perduli! Mau kamu atau temen kamu. Kalian semua manusia ga berhati, sama aja,” Angela akan  menampar Michelle. Namun ada tangan yang mencegahnya. “Lo siapa?” tanya Angela heran. Rasanya dia belum pernah melihat cowok itu. Berani sekali dia mencegah Angela menampar Michelle.   “Gue Davin Hirata. Gue murid baru di sekolah ini,” Davin memperkenalkan diri. “Berani-beraninya lo!” “Ngapain gue takut sama cewek macem lo! Tidakan kalian itu berlebihan!” “Jadi lo yang ngelepasin Michelle?” “Yaa!”   “Lo anak baru berani amet sama kita lo ga tau siapa kita? Mau kita kasih bintang merah dia,” Tanpa mengiraukan ucapan Mario, Davin pegi dan membawa Michelle.   ******** Tempat lain.   “Lo beneran ga apa-apa?” Michelle menggeleng. “Mendingan lo sekarang mandi. Bersih bersih. Biar tar gue beliin baju seragam yang baru di koprasi sekolah, buat gantiin baju yang kotor,” Tanpa berkata Michelle masuk kamar mandi. Mungkin Michelle masih shock dengan kejadian ini.   Selang beberapa menit, Michelle sudah bersih. Sekarang Michelle duduk bersama Davin. “Gue Davin Hirata. Murid baru di Vegasus. Lo siapa?” katanya memperkenalkan diri pada Michelle, tapi Michelle malah melamun. Davin melambaikan tangan di depan muka Michelle. “Halloo!! Lo masih shock ya?” “Hah? apa?” “Gue Davin. Lo siapa?” ulangnya. “Michelle,” singkat Michelle. “Kenapa sih lo bisa di bully mereka?” Davin penasaran. “Aku juga ga tahu. Yang jelas. Mereka itu gank  GHS. Galaxi Hiper Star's. Gank paling di takutin di Vegasus,” Michelle menjelaskan. “Lo buat masalah sama mereka sampe lo di bully abis-abisan kaya gini?” “Tadi kamu lihat cowok yang aku tampar?” Davin mengangguk. “Namanya Dimas Erlangga Smith. Dia anak pemilik Vegasus. Siapapun yang dapet bintang merah. Semua anak-anak Vegasus berhak membully orang yang kena bintang merah. Aku di kasih bintang merah karena aku nolak bintang pink dari Dimas,” jelas Michelle panjang lebar. “Bintang pink maksudnya apa?” “Kalo ada yang di kasih bintang pink. Orang itu wajib jadi pacar sementaranya, kalau engga mau. Ya, imbasnya dapet bintang merah kaya aku,” “Bener bener gila sekolah ini,” Davin menggeleng-gelengkan kepalanya heran.   Tiba tiba Dimas datang. Kemudian menarik Michelle. “Ikut gue!” paksa Dimas. “ENGGA!! LEPASIN!!” Michelle mencoba melepaskan tangannya yang di pegang erat Dimas. “LEPAS!!”   Davin maju kedepan kemudian melepaskan tangan Dimas dari Michelle. “Berani lo sama gue!!” bentak Dimas. Davin dan Dimas saling bertatapan sinis.          
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN