POV - HANS WIJAYA

1019 Kata
Awal aku bertemu Tatiana yang aku lihat adalah, dia gadis yang begitu cantik, sedang ranum- ranumnya. Gadis yang begitu menarik, dan menurut mami Velentina dia masih bersegel. Ah, tentu saja aku bersedia membayar mahal. Hahaha, aku bisa membeli wanita manapun yang aku mau. Wihelmina, atau biasa aku panggil Mina, istriku dia tidak dapat memberiku keturunan. Tapi, aku tidak bisa menceraikan dia. Karena ayahnya adalah konglomerat yang sudah memberikan kehidupan yang mewah. Yang saat ini aku nikmati. Dan, lagi pesaingku sekarang sudah tidak ada lagi. Ya, memang usahaku tidak hanya di bidang kontraktor , property dan semacam itu. Aku mewarisi sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor. Jadi, soal uang aku tidak perlu khawatir. Uangku tidak berseri. Dan juga, aku memiliki bisnis lain. Dan ini adalah bisnis yang kotor. Apalagi kalau bukan narkoba? Jangan salah, aku menguasai pasaran Narkoba internasional. Barang aku peroleh dari luar yang diselundupkan ke Indonesia. Tidak ada satupun pengedar yang tau namaku. Aku bersembunyi di belakang layar. Dan ada banyak orang-orang kepercayaan ku yang bergerak. Jika salah satu tertangkap , namaku tetap bersih. Dan hukum yang utama bagi seorang pengedar adalah, jangan buka mulut. Jika buka mulut jaringan akan mengancam nyawamu di penjara bahkan keluargamu. Tapi, untuk mereka yang tertangkap tanpa buka mulut, jaringan akan membebaskan dengan cara membayar polisi. Atau istilahnya 86, damai. Namun, setelah hampir setaun aku selalu memesan Tatiana aku baru tau, bahwa ayahnya adalah salah seorang saingan bisnisku yang aku hancurkan. Ya, akulah yang menghancurkan perusahaan Darmawan melalui tangan orang lain yang aku bayar mahal. Dan orang itu aku fasilitasi untuk lari ke luar negeri tentu saja. Aku merasa sangat puas. Selama bertahun-tahun aku melihat Darmawan menguasai bisnis properti, semua yang ia bangun selalu baik dan memuaskan. Bahkan sempat beberapa kali kami bekerja sama. Tentu saja ,dia tidak pernah berhadapan langsung denganku. Aku tidak pernah mau bertemu dengan klien secara langsung. Itu sudah menjadi kebiasaanku. Terkecuali klien yang benar- benar kelas kakap. Sebetulnya, perusahaan milik Darmawan belum ada apa- apanya dengan perusahaan milikku ,tapi aku paling tidak suka jika ada yang menyaingi atau menyamai kesuksesanku. Aku lah yang harus menjadi Rajanya. Dan, saat aku tau Tatiana adalah putrinya Darmawan. Aku mempunyai rencana yang lain. Istriku tau, jika aku sering bermalam dengan gadis- gadis untuk memuaskan hasratku. Dia tau, bahwa dia tidak akan pernah bisa memberiku keturunan. Jadi, dia tidak pernah melarangku. Bahkan, dia memberiku izin jika aku mau menikah lagi, dengan salah satu wanita- wanita panggilan itu. Asalkan bisa memberi kami keturunan. Dan, tanpa di sangka saat aku bercerita tentang Tatiana dan Darmawan ia langsung menyetujui untuk mengambil Tatiana sebagai madunya. Tentu saja aku gembira, artinya aku bisa sambil menjalankan rencanaku. Selain itu, aku juga bisa memiliki keturunan dari Tatiana. Aku yakin, keturunan ku nanti anak yang sangat cantik dan tampan. Tatiana itu wanita yang sangat cantik dan menarik. Dia sempurna, dan aku sendiri meski usiaku sudah kepala 4, aku masih gagah dan tampan. Orang akan mengira aku baru berusia 32 tahun. Tentu saja, aku selalu menjaga pola makan sehat. Meski aku sendiri adalah mafia besar narkoba, aku tidak pernah menyentuh barang haram itu. Merokok pun aku tidak. Aku rajin ke Gym juga untuk menjaga penampilanku tentu. Jika aku menikahi Tatiana tidak akan terlihat juga perbedaan usia kami yang cukup jauh. Tapi, tentu jika aku mendapatkan anak, anak itu akan menjadi anakku dan anak Wihelmina. Dia itu hanya alat, hanya boneka untuk aku pelihara dan melakukan apa yang aku kehendaki. Soal Darmawan akan terima atau tidak putrinya nanti akan aku perlakukan seperti apa aku tidak mau peduli. Dia saja sudah rela dan tega menjual anak gadisnya sendiri demi uang. Aku memang akan membantunya untuk menjadi pengusaha yang sukses seperti dulu, tapi kali ini dia yang harus berada di bawah kakiku. Dia yang harus bergantung padaku. Menjadi bawahan seorang maharaja sepertiku. Dalam bisnis semua di halalkan. Asalkan ada uang, semua bisa di lakukan . Itu yang selalu ayah mertuaku ajarkan. Aku dulu hanyalah seorang anak yatim piatu yang miskin. Tidak sekolah, tidak punya tempat tinggal. Ayah dan Ibuku meninggal di hakimi warga karena kedapatan mencuri makanan. Dan makanan itu untukku. Kami tinggal hanya di kolong jembatan , beralaskan tanah beratapkan langit. Sejak ayah ibu meninggal, aku menjalani hidup yang keras. Aku mengamen setiap hari di lampu merah, di dalam bus kota. Dimana saja aku bisa mengamen. Kadang aku menjajakan koran, menyemir sepatu. Semua aku lakukan untuk menyambung hidup. Sampai pada hari itu aku bertemu dengan ayah mertuaku, Aji Saputra Utama. Waktu itu, beliau sedang berada di keramaian, dan seorang pencopet mengambil tas yang beliau bawa. Sebetulnya , pencopet itu sudah dikejar oleh anak buah beliau. Namun, pencopet itu lebih lihai dan aku berhasil mendapatkan tas itu lewat sebuah perkelahian. Cerita yang klise sebenarnya, tapi dari situlah titik balik kehidupanku. Karena kasian dan merasa berhutang budi, Pak Aji membawaku pulang. Aku di rawat dengan baik bahkan di sekolahkan di sekolah yang sama dengan putri tunggalnya Wihelmina. Setelah lulus SMU dengan nilai yang baik, beliau juga membiayai kuliahku ke luar negeri bersama Wihelmina. Dan setelah lulus beliau mengangkatku sebagai tangan kanannya. Dan aku mempelajari semua bisnis beliau baik yang halal maupun haram. Dan, karena Wihelmina ternyata jatuh cinta kepadaku. Beliau menikahkan aku. Dan yaa aku menjadi pewaris semua usahanya. Dan sebelum beliau pensiun, akulah yang meneruskan segala bisnisnya,tentu setiap bulan aku selalu melaporkan semua bisnisnya. Sementara kedua mertuaku memilih tinggal di Thailand untuk menghabiskan masa tua mereka. Aku tidak berniat untuk menceraikan Wihelmina, karena aku banyak berhutang pada ayahnya. Dan lagi, Wihelmina adalah seorang istri yang baik. Dia selalu melayaniku dengan baik. Sebetulnya tanpa menikah lagi pun kami bisa mengadopsi anak seperti yang dulu ayah mertuaku lakukan kepadaku. Tapi, Wihelmina berkeras ingin anak dari benihku. Sehingga ia menyuruhku untuk mencari madu yang bisa melahirkan anak bagi kami. Rahim Wihelmina harus di angkat karena kanker yang dia derita. Untungnya baru stadium awal, sehingga ia bisa kembali sembuh. Namun, ia harus kehilangan rahimnya dan mengubur dalam-dalam impian kami untuk memiliki keturunan. Dan, saat ini Tatiana cocok sekali buatku . Dia akan aku kuliahkan, tapi tentu dia dan ayahnya akan membayar banyak sekali. Dan juga Tatiana harus memberiku keturunan. Supaya aku bisa melihat kebahagiaan di wajah Wihelmina.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN