Mulut Besar Nenek Tua

790 Kata
Beberapa hari berlalu, Rani berangsur pulih dan mencoba melupakan insiden di kolam renang. Beberapa hari pula Dani tak mengijinkan Rani untuk sekolah. Beruntung Dani tak menahan teman-temannya yang tak lain adalah fansnya untuk menjenguk Rani begitu juga Chinami. Rani merasa bosan seharian berada di rumah tersebut. Dia merasa terkurung di kamarnya sendiri. Smartphone Rani berdering, yang awalnya Rani tengah menggambar membuat gadis itu berhenti. Dia lalu mengangkat telepon tersebut setelah mengecek siapa yang menelponnya, tapi nomor tersebut tak terdaftar di ponselnya. Tentu saja awalnya Rani ragu, mungkin saja ini telpon iseng. "Halo," "Halo, kakak," "Sherly?" terka Rani karena sangat mengenal suara Sherly. "Iya kak, ini aku Sherly kata Daddy kakak sakit jadi tak bisa datang ke rumah bermain sama Sherly," ucap Sherly sendu. "Bagaimana kak, sudah baikan?" Rani tersenyum mendengar pertanyaan Sherly. "Baik," jawab Rani singkat. "Kalau begitu kita jemput ya, Daddy dan aku ingin menonton festival layang-layang," kata Sherly. "Festival layang-layang? Sepertinya menarik, kalian ada di mana?" "Diperjalanan kak, kakak mau ikut?" "Ikut dong, tunggu kakak siap-siap ya," pinta Rani. "Sip kak." Rani bergegas mengganti pakaiannya. Kebetulan karena Dani sedang tidak ada di rumah, ini saatnya untuk keluar. Beberapa menit kemudian, mobil Karma akhirnya terparkir di depan rumah Rani. Rani segera keluar dari rumahnya dan masuk ke dalam mobil Karma setelah mengunci rumah. Sherly tak bisa berhenti berdecak kagum dengan pemandangan yang di depannya begitu mereka sampai di festival tersebut. "Ayo kak kita masuk," ucap Sherly tak sabaran "Sabar Sherly, tunggu Daddy-mu beli tiket." Tak lama kemudian, Karma datang dengan membawa tiga tiket. Rani melihat sekilas dan diberi anggukan oleh Karma. "Ayo masuk Sherly," Sherly dengan girang menggandeng tangan Rani lalu berjalan masuk. "Kak lihat banyak layang-layang, bentuknya unik dan warnanya cantik ya kak," Rani tergelak mendengar perkataan Sherly. "Yah namanya juga Festival layang-layang," "Sherly, Sherly mau terbangkan layang-layang?" Sherly antusias mengangguk pada Karma yang bertanya. "Tunggu sebentar ya Daddy akan beli layangan dulu baru kita terbangkan bersama-sama." Sherly bersorak girang dan kembali melihat ke arah langit di mana banyak sekali layangan. Anak itu menunjuk pada layang-layang yang menurutnya bagus. Hanya butuh beberapa menit, Karma datang dengan membawa layangan ditangannya. Mereka pun menerbangkannya bersama-sama. Sherly kembali dibuat takjub melihat layangannya terbang. "Daddy hebat terbangin layang-layangannya." puji Sherly. "Terima kasih sweety." Saat mereka sedang asyiknya menerbangkan layang-layangannya, seorang wanita datang dengan berjalan angkuh pada ketiganya. "Karma." Karma menoleh dan menemukan Clarisha, Ibunya tengah menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan. "Oh jadi ini sebabnya kau selalu menolak ajakan Ibu untuk ke perjodohan, kau sibuk dengan anak perempuan ini begitu?!" tukas Ibu Karma sambil menunjuk pada Sherly yang kini menatap tak suka padanya. "Ibu, pelankan suara Ibu malu tahu." tegur Karma "Biarkan, supaya mereka tahu kalau kau..." "Ibu hentikan! Sherly anakku, dia lebih penting dari perjodohan Ibu itu. Bukankah aku sudah bilang berkali-kali bahwa aku tak akan mau Ibu membantuku mencari jodoh. Aku sudah besar, Ibu!" potong Karma kesal. "Justru karena kau tak becus dan selalu memanjakan anak ini mungkin kau sudah berkeluarga, tapi malah kau bersenang-senang ditambah dengan gadis SMP menyebalkan ini yang selalu mengikutimu," katanya sambil melirik tak suka pada Rani yang juga mendelik kesal padanya. Sungguh, Rani mau merobek-robek mulut si nenek tua ini. Kenapa dia selalu saja memaksa Karma agar melakukan apa yang dia mau, benar-benar menyebalkan. "Ayo Daddy, jangan urus wanita tua ini," kata Sherly sambil memegang tangan Karma. "Hei, lepaskan tanganmu dari anakku!?" "Ibu, jangan meneriakinya." kata Karma mencoba membela Sherly. Namun, Clarisha sepertinya tak menggubris dan menarik kasar Sherly. "Asal kau tahu ya, Karma itu bukan Ayah Kandungmu. Kau ini hanya anak adopsi!!" "IBU!?" Bentakan Karma mengejutkan Rani dan Ibunya sendiri. Sementara Sherly nampak tak percaya dengan kenyataan yang baru saja dia tahu. "Tidak, itu tidak mungkin Daddy itu Ayahku!" ujar Sherly berusaha meyakinkan dirinya bahwa Karma adalah Ayah biologisnya. "Daddy, itu tidak benar 'kan semua yang dikatakan oleh wanita tua itu tak benar 'kan?" tanya Sherly mengiba pada Karma yang menatap tajam pada Clarisha. Karma menyamakan tingginya dengan tinggi Sherly. Dia menatap lembut pada Sherly yang mata-matanya mulai berkaca-kaca. Dia menghembuskan napas berat dan mengelus kepala Sherly. Air mata keluar dari mata Sherly, dari sirat matanya Karma dia sekejap langsung tahu bahwa benar apa yang dikatakan oleh Clarisha. "Daddy jahat!" ucap Sherly sesegukan. "Sherly sayang, Daddy bisa jelaskan semua ini." kata Karma berusaha mencoba membuat Sherly mengerti. Tangannya yang terulur untuk menyentuh Sherly segera ditepis kasar oleh anak perempuan berumur 5 tahun itu. "Daddy jahat!" Sherly bergerak menjauh dari Karma dan berlari meninggalkan mereka. Rani segera mengikuti Sherly dari belakang namun anak kecil itu gesit sekali ditambah banyak sekali orang di festival itu sehingga Rani kesulitan menemukannya. "Sial." Rani mengumpat kasar. Jika Clarisha tak datang mungkin tak seperti ini kejadiannya dan karena mulut besarnya itu, Sherly mengetahui kenyataan pahit itu sebelum Karma mengatakannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN