Sepertinya mereka salah waktu untuk membuli Rani. Karma segera melepas jasnya dan menolong Rani yang hampir saja tenggelam di kolam renang.
Guru olahraga dengan cekatan memberikan handuk bagi Rani setelah dia dibawa ke tempat yang aman oleh Karma. "Kau baik-baik saja?"
Rani mengangguk walau dia terbatuk-batuk karena banyaknya air yang ditelannya. Kepala Sekolah menatap tajam pada beberapa gadis yang mencelakai Rani.
"Kenapa kalian melakukan tindakan yang tak terpuji seperti ini?! Apa kalian sadar kalian hampir membunuh Rani?!"
"Tapi pak,"
"Tidak ada tapi-tapian, kalian semua di skors satu minggu. Wataru-sensei," Wataru segera berjalan menghampiri Kepala Sekolah.
"Surati orang tua mereka tentang tindakan mereka yang buruk,"
"Ini tak adil pak!" seru salah seorang dari mereka. Kepala Sekolahnya menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.
"Apa yang kau maksud dengan tidak adil?"
"Ini tak adil, Rani selalu berkelahi setiap saat tapi dia sama sekali tak pernah dihukum berat sementara kami baru melakukan pelanggaran berat sekali kami sudah di skors satu minggu." belanya sambil menatap lurus pada Kepala Sekolah
"Ya, mungkin Rani memang selalu berkelahi tapi dia tak akan melayangkan nyawa seseorang." Perkataan Kepala Sekolah tampak tenang tapi sudah jelas dia menyinggung semua gadis itu.
Rani masih lemas segera digendong oleh Karma. Inginnya memprotes tapi Rani tak bertenaga sekarang dan pasrah dibawa oleh Karma yang juga basah kuyup karena menyelamatkannya, menghindari tatapan cemburu para gadis.
"Rani-chan!" Rani terkejut dengan suara cemprang Chinami yang segera berlari memeluknya.
"Aku khawatir sekali saat mendengar kau didorong oleh beberapa siswi di kolam renang, secara 'kan kau tak tahu berenang. Aku minta maaf ya Rani."
"Iya tak apa-apa, kau tak perlu minta maaf kau tak ada salah kok." Chinami melepaskan pelukan tersebut dan memberi gadis itu senyuman manis.
"Eh katanya kau digendong ya sama Donatur kita yang tampan itu, bagaimana rasanya?"
"Bagaimana apanya?" Suara itu bukanlah berasal dari Rani melainkan Karma yang tiba-tiba berada di samping mereka.
"E-eh, Wynne-san." ucap Chinami gelagapan. Dia tak menyangka pria itu berada didekat mereka. Apa dia mendengar pertanyaan Chinami ya?
"Wynne-san, sejak kapan kau berada di sini?" tanya Chinami pelan. Dia ingin menyelidiki apakah Karma dengar atau tidak.
"Baru saja, kenapa? Apa yang kalian bicarakan?"
"Ah sesuatu yang tak penting." Saat ketiganya asyik berbincang, seorang pria datang dan berdiri di depan pintu UKS memandang mereka.
"Rani," ucap orang itu. Rani menoleh dan terkejut menemukan Dani yang menatapnya penuh intimidasi. "Abang,"
Sejak kapan Abangnya datang ke sini? Apa dia tahu insiden yang menimpanya? Astaga, perasaan Rani tiba-tiba saja menjadi buruk dalam sekejap melihat tatapan Dani.
"Abang, ka-kapan datang ke sini? Kenapa Abang ada di sini siapa yang..."
"Kepala Sekolah yang menelpon Abang, sekarang katakan padaku siapa yang menindasmu?" dari nada Dani dia terlihat sedang menahan amarahnya.
"Abang, sebaiknya kau tak usah..." pukulan keras di meja membungkam Rani. Rahang Dani mengeras saat mendengar perkataan Rani yang jelas-jelas membela orang yang menindasnya.
"Kau terlalu naif Rani. Kenapa kau membiarkan dirimu ditindas hah?!" Bentakan Dani menggema di ruangan UKS. Chinami ketakutan dan mendekati Rani yang tampak tenang.
"Inilah sebabnya aku selalu menganggapmu sebagai anak kecil dan tak ingin kau terluka, karena kau terlalu baik."
"Sudahlah Abang, jangan turuti amarahmu. Aku tak apa-apa 'kan lagi pula mereka sudah di skors. Mereka sudah mendapatkan hukuman mereka Abang."
"Heh, baiklah. Aku akan membiarkan mereka kali ini, jika kau kembali dibuli oleh mereka, Abang tak akan segan-segan membuat perhitungan pada mereka dan yang lebih menyakitkan lagi, mengerti?!"
Dani keluar dari ruang UKS dengan perasaan amarah yang masih meledak-meledak. Beruntung dia tak kalap, jika tidak mungkin dia sudah merusak porandakan sekolah ini.
"Rani-chan, kakakmu menyeramkan sekali," komentar Chinami setelah Dani keluar dari UKS.
"Maaf kalau dia membuatmu takut, dia memang seperti itu selalu menjagaku. Jika seseorang menyakitiku dia akan melakukan segala hal agar mereka mau meminta maaf padaku tapi dia baik kok. Aku bersyukur dia masih menahan amarahnya."
Dani mendekati Kepala Sekolah yang merendahkan kepalanya. "Terima kasih sudah mau mengatakan masalah ini padaku. Jika terjadi sesuatu pada Rani, silakan lapor padaku dulu dan aku yang akan menghukum mereka.
"Ta-tapi..." Kepala Sekolah menunjukan raut wajah ketakutan saat matanya bertimbung dengan mata hitam Dani yang pekat.
"Ba-baiklah, saya akan menuruti perintah anda Dani-san." Dani tersenyum mendengar ucapan Kepala Sekolah.
"Bagus sekali. Aku permisi dulu ada yang harus kuurus." Dani lalu keluar dari sekolah tersebut sambil mengenakan kaca mata hitamnya dia berjalan menuju mobil sport dan pergi dari tempat itu.