Rhea 22

1367 Kata
Saat dirinya sudah siap jiwa dan raga untuk dimarahi, bukannya semakin menundukkan kepala mendengar omelan Om Drian, Rhea malah menengadah dan melongo. “Kenapa ga bangunin aku, Rhe?” tanya Drian. “Lain kali bangunin. Aku pasti anterin kamu ke Bapak.” Ini lah kalimat yang membuat Rhea melongo. Apa di masa depan semua orang kalo pengen kabur itu ngasih tau orang rumah ya? Biar praktis gitu kali ya? ucap Rhea membatin. Tidak hanya itu Om Drian yang memang sudah berada di depannya maju selangkah agar mereka semakin dekat kemudian seolah Rhea ini adalah anak kucing, beliau mengelus kepala Rhea dari puncak kepala terus turun ke bawah. Ini sama sekali bukan reaksi yang Rhea harapkan kalau memang dirinya adalah istri Om Drian. Ini istri Om Drian kabur loh. Apa kaburnya kurang jauh kali ya. “Dokter bilang apa?” “Dokter mana?” Matanya membelalak, “Jangan bilang Om percaya aku hamil! Bapak nih dari tadi nyinyir banget pengen anter ke dokter. Aku ga hamil, enak aja.” “Siapa bilang kamu hamil?” Om Drian yang sedang berada dalam posisi mengelus-elus kepala sebutlah anak kucing, mengambil tangannya dan membawanya menjauh. Pria itu kemudian menggantung tangannya di udara sejajar dengan kepala, sambil mengatakan empat kata tersebut. Air mukanya seperti mengetahui bahwa kucing yang barusan ia elus dengan sayang ada taiinya. Rhea bersumpah sepanjang ia mengenal Om Drian, ini adalah ekspresi Papanya Ale yang melihatnya saja membuat Rhea ingin menendangnya. Seolah dia juga ga sudi gitu menghamili Rhea. Sama lah, ucap Rhea membatin. Karena enggan melihat bibir Om Drian yang dinaikkan sebelah itu, Rhea memutar matanya bosan dan tanpa sengaja mendapatkan Ale yang menatapnya antusias. Mungkin karena tidak bertemu dari pagi. Rhea mengambil ambil Ale yang sudah mengulurkan kedua tangan padanya. “Bapak sakit apa?” tanya Drian yang ikutan duduk di pinggir ranjang, memperhatikan bagaimana Ale yang tidak sekalipun pernah merasa bahwa Mamanya berubah. “Bapak sakit apa?” ulang Rhea. Ada kepanikan dalam kalimat tanya nya barusan. “Loh, bukannya kamu datang pagi-pagi kesini karna ditelponin Bapak yang lagi sakit?” “Aku-” “-Iya,” jawab Bapak yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu setelah terlebih dahulu membuka pintu kamar tersebut. Beliau berkata pada Om Drian bahwa asam uratnya naik sambil mengedipkan matanya pada Rhea. Persis bagaimana biasanya Bapak memberikan kode agar Rhea ikutan memuji masakan Ibuk yang jujurly kalah jauh sama masakan rumah makan Padang. “Bapak pengen kita nginap di sini beberapa hari ke depan, ga?” tanya Drian yang berhasil dibohongi oleh Ayah mertuanya. Drian jelas khawatir pada Bapak. Rumah Bapak terlalu jauh letaknya untuk pulang pergi ke kantor sehingga Drian memutuskan untuk memiliki apartemen yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja. Tapi setelah Ibuk dan Tante meninggal dan Bapak tinggal sendiri, Drian dan Rhea pernah mengajak beliau untuk tinggal bersama di apartemen. Agar Bapak tidak kesepian. Rhea dan Drian memang berencana untuk pindah ke apartemen yang lebih besar cepat atau lambat karena nanti Ale membutuhkan kamarnya sendiri. Tapi Bapak menolak. Bapak tidak ingin meninggalkan rumah yang di dalamnya beliau pernah hidup bersama almarhumah istri. Dan saat Rhea dan Drian setuju untuk pindah ke rumah Bapak, beliau menentang karena tau bagaimana menantunya akan kecapean dengan jarak yang harus ditempuhnya untuk pulang dan pergi bekerja. “Ngga. Bapak baik-baik aja. Dan akan semakin baik kalau kalian disini sampai makan malam,” Dito mengambil Ale dari gendongan putrinya kemudian membawa sang cucu keluar dari kamar. Meninggalkan Rhea dan Drian agar keduanya bisa bicara. Sayang sekali bukan bicara seperti yang Bapak inginkan, begitu pintu kamar terkunci, Rhea yang tau bahwa dirinya tidak jadi dimarahi seperti yang beberapa menit lalu ia pikirkan langsung berbaring di atas ranjang. Tiduran telungkup, Rhea kembali menonton Suga BTS di V LIVE. Sedangkan Drian yang melirik Rhea dengan ujung matanya menghela napas panjang sebelum berbaring di samping Rhea yang juga melakukan hal yang sama. Tapi tidak dengan cara yang kamu bayangkan. Maksudnya not in a romantic way dimana Drian berbaring menyamping menghadap ke arah Rhea dengan sebelah tangan yang menyangga kepalanya. Karena Drian justru membelakangi Rhea dan mulai memejamkan matanya. “Ga pernah ya Om tiduran di ranjang yang ada akunya,” ucap Rhea yang kebetulan sekali komentarnya dinotice oleh Suga. Mereka sudah tinggal bersama selama beberapa bulan dan Om Drian selalu yang sopan banget padanya selama ini. Rhea terlalu tidak suka dengan kenyataan bahwa Om Drian sedang berbaring di ranjang miliknya. Sayang sekali gadis itu melewatkan hal yang mungkin tidak bisa terulang untuk kedua kalinya. Dari sekian banyak fans yang menonton, Suga menyapa Rhea dan menyebut namanya. Sial bagi Rhea karena saat ia menegur Om Drian, saat itulah Suga mengucapkan tepat dua kata, ‘Hello Rhea.’ Ah, kalau ada siaran ulang bagaimana Rhea lebih fokus pada Om Drian alih-alih Suga, gadis itu pasti menangis sampai kejang. Sekali lagi, bukan siaran ulang V LIVE nya tapi lebih ke adegan bagaimana Rhea lebih memilih mengusir Om Drian dari ranjangnya saat Suga justru menyapanya. “Ini kamar istriku kalau kamu lupa, Rhe,” ucap Drian malas. Dia juga mengingatkan bahwa yang seharusnya Rhea khawatirkan itu bukan Drian yang tiduran di ranjangnya tapi bagaimana Rhea harus memasak makan malam. Karena selama ini Rhea selalu memasak makan malam untuk mereka semua saat mereka berada di rumah Bapak. “Rhea selalu masak?” ulang Rhea tidak percaya. “Rhea bisa masak?” tanya Rhea skeptis. Kali ini Drian berbalik dan menyangga kepalanya dengan satu tangan. “Rhea bisa masak. Karena apa Rhe?” “Mana kutau.” “Karena dia selalu pengen masakin aku yang sejak awal sudah dia tetapkan jadi calon suaminya.” Drian menunjuk wajahnya dengan satu tangan yang tidak digunakan untuk menyangga kepala. Menunjuk wajah tampannya dengan bangga. Sedangkan Rhea? Satu-satunya hal yang bisa keluar dari mulutnya adalah, “Iwh..” “Mantan calon suaminya Manda pede bener,” tambahnya kemudian sambil bangkit dari ranjang dan meninggalkan Om Drian sendirian. >>> Rhea tidak bisa memasak. Drian bahkan ragu apakah remaja itu pernah menyalakan kompor sebelumnya. Dia sempat ketiduran sebelum mengecek keadaan Rhea di dapur. “Baru mau mulai?” tanya Drian dengan Ale dalam gendongannya pada Rhea yang sedang menguncir rambutnya tinggi-tinggi. “Baru selesai nonton tutorial kali,” ucap Rhea kesal tapi kemudian remaja itu terdiam. Karena Om Drian mengambil pisau dari tangannya, menaruh benda yang paling sering digunakan Rhea untuk mengupas mangga kembali ke atas meja. “Aku aja. Nanti luka,” begitu ucap Om Drian sambil memberikan Ale pada Rhea. Rhea berdeham, “Main sama Bapak, yuk, Le,” ucapnya pada Ale. “Ale belum minum s**u,” ucap Drian yang sama sekali tidak menyadari Rhea yang dibuat gugup untuk pertama kali olehnya. Bukan karena ucapan pria itu tentang Rhea yang bisa luka, tapi karena pria itu memutuskan untuk menggantikannya memasak makan malam tanpa perlu diminta. “Eh, iyakah?” “Hm,” ucap Drian sambil menggangguk. Pria itu sudah tidak menatap Rhea lagi. Perhatiannya sudah teralih sepenuhnya pada daging ayam yang ada di atas meja. Mendapati menantunya yang memasak sementara Rhea mengurus Ale, Dito memutuskan untuk membantu Drian. Kedua pria dewasa tersebut sibuk dengan kompor, wajan dan teman-temannya. Mereka juga terlihat terlalu bersemangat, buktinya meja makan rumah tersebut bisa dikatakan penuh. Mereka juga membuatkan MPASI untuk Ale sehingga ke empat orang tersebut bisa benar-benar makan malam bersama. Sekarang Rhea sudah tidur dengan Ale yang memeluknya seperti bayi koala memeluk induknya dari depan. Di sebelah kanan keduanya ada Drian yang sedang menyetir. Sementara itu Sian dan Giam yang pagi tadi setida berada di sisi kanan dan kiri Rhea yang naik ojek online tampak duduk dengan nyaman di jok belakang. “Drian udah cerita semua tentang Manda. Apa kita biarin aja Rhea ketuker? Hitung-hitung hukuman buat Drian,” usul Sian. “Kamu siapa sampai berhak menghukum orang? Dan apa ga kasian sama anak orang? Rhea mungkin senang soalnya semua kebutuhan dia dipenuhi tapi dia punya orang tua. Hidup dia tuh bukan disini. Ale juga butuh Ibu kandungnya.” “Tapi kapan kita bisa cari Rhea, ya?” “Sampai Drian sadar kalau Rhea bukan Rhea.” “Emang dia bisa sadar?” “Orang kembar identik aja ada bedanya apalagi dua orang dari dunia berbeda. Pasti ada bedanya. Makanya siapa suruh belagak jadi pahlawan?” ucap Giam kesal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN