Rhea 29

1534 Kata
Giam sudah berjongkok kurang lebih dua setengah jam di depan kucing yang selalu ia temui setiap hari. Sebenarnya, Giam tidak jauh berbeda dengan Sian. Jika Sian selalu menolong manusia, Giam justru lebih suka menolong hewan. Alasannya simpel, karena manusia dibekali akal oleh penciptanya. Dan kebanyakan dari mereka berada dalam masalah karena ulah mereka sendiri. Giam sedang pamit pada makhluk yang paling banyak mendapatkan perhatiannya. Giam yakin bahwa ia tidak akan pergi lama tapi waktu yang akan ia lalui dan kucing ini lalui pasti berbeda. Giam takut jika saat ia pulang nanti, dia tidak bisa menemukan kucing yang sudah dirawatnya sejak kecil tersebut. Dan sejujurnya ia juga mengkhawatirkan satu hal. Jika ia butuh waktu terlalu lama untuk menemukan Rhea, hal yan sama seperti yang bisa terjadi pada kucing ini juga bisa menimpa mereka. Karena Giam akan menjelajahi ruang dengan tujuan yang tidak pasti. Giam tidak tau dimana tepatnya Ibunya Alesha Zaneta Russel berada. Dan hal tersebut juga berarti ia tidak tau seberapa lama ia akan pergi. Sedangkan waktu yang akan ia lalui tentu berbeda dengan yang akan Rhea dan Rhea lalui. Satu harapan Giam adalah semoga waktu di salah satu tempat Rhea berada tidak terlalu cepat sehingga saat nanti Giam menemukannya, salah satu dari mereka tidak dalam wujud nenek-nenek. “Untuk kamu, aku harap kalau ada yang ingin memeliharamu lagi, kamu tidak kabur seperti biasa kucing tua,” ucap Giam sebelum berbalik dan menjauh dengan langkah yang berat. >>> “Mamaaaa,” teriak Rhea kesal. “Apa lagi, Rhea?” tanya seorang wanita yang terlihat sudah bosan dengan kedua anaknya. “Apa lagi, Rhea?! Apa lagi Shaqeel, Mama,” ucap Rhea mengkoreksi. Wanita yang sedang berbaring itu menunjuk ponselnya yang udah tidak berdanya di atas lantai. Rhea juga menjelaskan ulah Abangnya yang terbaru. Shaqeel membuka pintu kamarnya, berdiri bersandar di bingkai pintu yang tentu saja seperti biasa diberi dengusan oleh Rhea. Pria itu awalnya hanya berdiri saja di sana sambil memperhatikannya kemudian tiba-tiba saja dia berlari dengan cepat, mengambil ponsel Rhea untuk kemudian melemparnya ke lantai bersamaan dengan dia yang kabur. Wanita bernama Sonia tersebut menepuk jidatnya kemudian keluar dari kamar anak perempuannya untuk masuk ke kamar sang Abang. “Apa lagi ini, Bang?” tanya Sonia pada Shaqeel yang posisi tidurannya di atas ranjang sama persis dengan posisi tidurannya Rhea. Jika Sonia pikir putranya bisa mengetahui seberapa kesal wanita itu dengan menggunakan kata sapaan abang, si abang justru semakin bersemangat untuk menjahili adiknya. “Kamu merusak ponsel Rhea.” Sonia menunjukkan layar ponsel si bungsu yang pecah gara-gara si sulung. “Nangis ga, Ma?” “Shaqeel!” “Oke, oke, aku janji ga jailin anak kesayangan Mama lagi.” Shaqeel mengucapkan janjinya sambil mendorong sang ibu keluar dari kamar. Setelahnya ia memastikan kamarnya terkunci sebelum menyambar kamera yang sengaja di letakkan di meja nakas. Yang Shaqeel harapkan adalah Rhea yang datang ke kamarnya dan mengamuk tapi ternyata Mamanya lah yang datang. “Karena Rhea ga langsung datangin gue, kayaknya gue bakal terus bikin dia marah dulu. Pokoknya kita buat adek gue marah sampe mau minggat dari rumah baru kita kasih hadiahnya. Ikutin terus, ya, guys!” Setelahnya youtuber satu itu mematikan kameranya. Cukup untuk hari ini. Sedangkan Rhea, dia tidak bisa berbuat banyak hal saat menjahili dirinya adalah bagaimana sang Abang bisa mendapatkan uang. Youtuber sialan dan penontonnya yang lebih sialan lagi karena terus saja meminta Shaqeel untuk mengerjai Rhea. Makanya saat ia tidak bisa berbuat banyak, Rhea menangis terlalu banyak. >>> Sonia hanya akan melihat wajah anaknya saat jam makan malam atau sarapan saja. Bukan hanya karena dirinya yang sibuk di rumah sakit, tapi karena keduanya juga hanya akan keluar dari kamar saat jam makan. Sedangkan si sulung, jika tidak berada di kamarnya, dia pasti berada diluar dan sudah bukan hal aneh jika anaknya itu tidak pulang berhari-hari. Anak muda zaman sekarang sungguh berbeda dengan generasinya. Saat Sonia dan yang lainnya harus banting tulang untuk menghasilkan uang, anak muda zaman ini justru bisa melakukannya sambil bersenang-senang. “Sudah empat kali loh, ya, Mama panggil,” sindir Sonia pada Rhea yang baru turun. Rhea, masih dengan muka cemberutnya melirik ke meja makan. Pada seseorang yang sangat ia benci lengkap dengan kamera yang selalu menyertainya. Meskipun punya abang terkenal, Rhea tidak munafik. Melalui unggahan instagramnya, acap kali Rhea menghasut semua orang yang mengikutinya karena mereka mengetahui Rhea adalah adiknya Shaqeel untuk berhenti berlangganan channel sang Abang. Buang-buang waktu! Kontennya ga bermanfaat! Buang-buang uang juga membeli merch bodohnya Shaqeel. Tapi tidak ada yang mendengarkannya. Dan sejak saat itu lah pengikut aliran sesatnya Shaqeel mulai menyerangnya dengan bantuan pujaan hati mereka. Rhea pernah sengaja membaca komentar pada salah satu video unggahan Shaqeel dan dia tau dari mana kejahilan demi kejahilan yang ia terima berasal. Makanya saat mendapati kamera bersama sang Abang, Rhea sengaja memberikan tatapan datarnya pada kamera tersebut setelah terlebih dahulu memberikannya pada Shaqeel. “Harusnya Mama ga ajak content creator ini makan sama kita.” “Shaqeel ajak Rhea main, ya, Ma, malam ini.” “Ga! Ga mau. Kapok aku dikerjain mulu sama Shaqeel, Ma!” “Ikut aja dulu!” “Ogah!” “Aku jamin kamu bakalan suka. Aku bersumpah bakal berhenti ngonten kalau kamu ikut dan ternyata kamu ga suka.” “Mama!” “Ikut aja dulu, sekalian kalian berdua bisa baikan. Mama pusing tiap hari dengar teriakan Rhea.” Dan Rhea tidak bisa berkutik jika seorang Sonia lah yang memintanya melakukan sesuatu. Selanjutnya mereka makan malam dengan Rhea yang mengabaikan tiap kali Shaqeel mengajaknya bicara. Satu setengah jam kemudian setelah Rhea berhasil mengulur-ulur waktu untuk berdandan, akhirnya Rhea turun dan mendekati abangnya yang sudah bersandari di mobil. “Tutup dulu matanya,” ucap Shaqeel dengan seringaian yang paling ingin Rhea musnahkan di muka bumi. Seringaiannya aja saja yang musnah, orangnya jangan. Rhea tidak benar-benar membenci Shaqeel, dia hanya membenci tingkah konyol sudaranya ini. Rhea kembali masuk ke dalam rumah ketika melihat penutup mata yang diulurkan oleh Shaqeel dan mengadu pada Mamanya. Bahwa ia tidak jadi pergi karena sejak awal tingkah sang Abang sudah mencurigakan. “Ayolah, Rhe.. Aku, ‘kan, udah janji ga akan macam-macam? Aku bahkan mempertaruhkan yutub ku yang udah tujuh belas juta subscriber ini loh demi kamu.” Sonia memeluk putrinya dengan sayang, mengecup puncak kepalanya kemudian memohon agar mereka berdua memberi Shaqeel satu kesempatan terakhir. Kalau misalkan dia masih mengerjai Rhea, mereka bisa mengusir sang Abang dari rumah. Dan lagi-lagi Rhea tidak bisa untuk tidak mengabulkan permintaan Mama. Padahal jauh di dalam hatinya Rhea berucap, “Mama mana di dunia ini yang mau mengusir anak kandungnya karena menghasilkan begitu banyak uang?” Dan iya, Rhea terpaksa menggunakan penutup mata itu dengan tidak mencoba mengintip, mencari tau dimana mereka berada dan kemana tujuan akhir mereka. Saat sampai di tempat tujuan, Rhea disuruh keluar oleh Shaqeel. “Kita ga punya banyak waktu. Kamu harus dipulangin dibawah jam sepuluh malam atau Mama bakal mikir aku macem-macemin kamu.” Ada alasan kenapa Shaqeel tidak pernah menyebut dirinya sendiri Abang. Namun begitu ia tidak merasa perlu untuk menjelaskannya pada para penonton. “Mataku ketutup, loh ini. Gimana cara cepat-cepat?!” bentak Rhea yang membuatnya mendengar tawa renyah Shaqeel. Ia tau bahwa saat ini pun Shaqeel masih memegang kameranya. Dan dalam beberapa hari ke depan wajah konyolnya akan kembali muncul di saluran yutub Shaqeel. Shaqeel keluar, memutari mobil dan kemudian menuntun Rhea menuju tempat yang adalah salah satu kejutan untuknya hari ini. Padahal harusnya Shaqeel memberikan ponsel baru dulu pada Rhea kemudian membuatnya lebih kesal lagi agar pada akhirnya ia bisa menunjukkan tempat ini pada Rhea. Shaqeel memegangi kedua lengan atas Rhea dan tidak melepaskannya meskipun saat ini mereka berdua berada di dalam lift. Ia baru akan melepaskan wanita ini saat keduanya sudah berada di tempat tujuan. “Bukannya ini terlalu tinggi?” tanya Rhea yang menyadari bahwa mereka berada terlalu lama di dalam lift. “Aku bakal nyekik kamu sampai mati kalau kamu aneh-aneh, ya, Qeel! Terserah sama pengikut sekte sesat kamu itu.” “Ga aneh-aneh,” ucap Shaqeel bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. TIdak menunggu lebih lama, Shaqeel menarik Rhea ke dalam setelah memberikan jempolnya pada sang editor yang sudah menunggu lebih dulu sehingga dia tidak perlu memasukkan kode akses yang hanya akan menyebabkan kejutannya gagal. “Tunggu disitu! Jangan gerak atau kamu bakal jatuh. Ini tinggi banget Rhea,” ucapnya yang pindah ke tengah-tengah ruangan. “Oke, sekarang boleh buka,” ucap Shaqeel. Rhea menyentuh penutup matanya dan menarik benda tersebut dengan kasar hanya untuk kesulitan berkata-kata setelahnya. “Apa ini, Qeel?” tanya Rhea melihat sekeliling ruangan yang sangat dikenalnya dengan baik. Hanya dengan menambahkan beberapa furnitur maka tempat ini akan terlihat seperti aslinya. Shaqeel mengedikkan bahunya, “Kejutan,” ucapnya dengan seringai yang kali ini tidak bisa Rhea sebut menyebalkan. “Tapi Mama ga bolehin.” “Mama udah tau ini dan beliau bolehin dengan catatan kamu tetap tinggal di rumah kita. Eeh? Tumben banget meluk-meluk,” ucap Shaqeel yang dipeluk dengan erat oleh adik angkatnya. Mau tidak mau pria itu mengelus kepala Rhea sayang. “Kata Mama kita ga boleh dekat-dekat, nanti cinlok.” “Kamu ngomong begitu didepan kamera?” pekik Rhea tidak terima. “Kan nanti aku edit, Rhe.. tenang aja,” kekeh Shaqeel yang kini membalas pelukan Rhea Davina.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN