Aku berjalan mendekati Ben di mana lelaki itu menatapku tak berkedip. Senyum lebarnya tak lepas dari bibir Ben. Dan begitu aku berdiri di samping ranjang, dengan cepat tangan Ben menarik pinggangku. Hingga aku semakin mendekat padanya. Ben melingkarkan kedua lengannya di pinggangku dan menempelkan kepala di perutku. "Si ... Aku sangat merindukanmu," ucapnya. Aku tersenyum. Mengusap rambutnya yang lebat. "Aku mandi dulu, ya," ijinku. Ben mendongak menatapku. Seolah ia keberatan jika aku meninggalkannya. "Sebentar saja, Ben. Badanku sudah sangat lengket. Mana aku bau asem lagi." Aku mengangkat kedua tanganku ke atas dan mencium badanku sendiri. Dengan wajah cemberut Ben melepaskan pelukannya. "Jangan lama-lama," pintanya. Aku meninggalkan Ben menuju kamar mandi. Ingin segera membersihk