Kuhela napasku, menatap sayu pada Ben. Aku sendiri tidak tahu, dianggap apa aku ini oleh Ben. Perawatnya atau hanya sekedar teman misalnya. Hei, teman? Bahkan selama ini aku dan dia tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Jika tidak karena Bara yang memulai semua kerumitan yang ada. "Ben!" Mendengar aku memanggilnya, Ben mendongak lalu menatapku. "Kenapa kau tak pernah mengatakan semuanya kepadaku?" Kening Ben mengernyit, "Maksudnya?" Oh, pura-pura tidak mengerti dia sekarang. Dengan pandangan masih tertuju kepadanya, aku menatapnya tajam. "Kau baru operasi lagi, kan? Kenapa kau tak bilang padaku?" Dan sepertinya aku baru menyadari sesuatu. Beberapa hari yang lalu Ben melarangku menemuinya, atau jangan-jangan karena hal ini. "Jadi ... selama beberapa waktu lalu kau melarangku mene