"Mak saya hamil," ucap Omar saat menghadap Pak Anton pada jam istirahat. "Apa? Ibu kamu ha-hamil?" Pak Anton kaget hampir tak percaya. "Tapi, bagaimana...?" "Jangan tanya bagaimana Pak, karena Bapak yang lebih tahu dan paham, kenapa ibu saya bisa hamil anak Bapak, suami yang tak menginginkannya?" potong Omar ketus sambil pergi meninggalkan Pak Anton yang masih terdiam di mejanya. Sudah tiga bulan, sejak Bulan dinyatakan hamil, dan selama itu pula Bulan melarang Omar untuk memberi tahukan pada Anton, karena Bulan tahu, Anton baru saja menikah lagi dengan Safira. Tentu Anton tak ingin mendengar hal-hal yang tidak mengenakan baginya. Namun pagi ini, lagi-lagi Omar mendapati ibunya yang menangis sehabis sholat shubuh masih dengan mukenanya, tersedu menengadahkan tangan. Hati Omar bagai