Setelah naik ojek kurang lebih sepuluh menit, akhirnya Bulan sampai di depan gerbang sekolah anaknya. Dia lalu membayar ongkos ojek lalu berjalan mendekati pintu gerbang sekolah yang dijaga oleh seorang security masih muda.
"Maaf Mas, permisi saya mau masuk boleh?" Emak mengucapkan pelan sambil menatap malu-malu wajah security di depannya, yang menurut Emak cukup manis. "Ya ampun ganjeeenn Bulaaaan!" umpatnya dalam hati.
Pak security menoleh dan tersenyum ramah kepada wanita setengah dewasa di depannya.
'Maaf Ibu mau ketemu siapa?" tanya pria itu dengan ramah.
"Ah ... jangan panggil Ibu, panggil aja Teteh, saya masih muda kok," jawab Emak benar-benar dengan rasa percaya diri yang haqiqi.
Pak security menyeringai begitu lebarnya.
"Iya teh, mau ketemu siapa?" Pak security mengulangi pertanyaannya.
"Mau ketemu jantung hati, ehh ... jantung ...(latah kambuh)maksudnya mau ketemu Pak guru Anton Yasin, Mas," kata emak lanjut.
"Oke sebentar ya Teh," jawabnya sopan lalu memencet telepon.
"Iya Teh, silahkan masuk ada di ruang guru ya teh, dari sini lurus di lorong kedua belok kanan, " jelasnya memberitahu Mak Bulan.
"Baik Mas, makasih atas pencerahannya." Emak tersenyum sangat manis.
Pak security mengangguk
"pencerahan?" akhirnya Pak security terkekeh.
Emak Bulan berjalan dengan sedikit gugup, emak memperhatikan sekeliling sekolah anaknya dengan tatapan takjub, gedung berbentuk huruf U dengan lapangan luas di depannya, serta perpaduan warna abu dan biru pada tembok gedung ini menampakkan gedung ini sangat keren dan bagus.
"Wah, bener-bener bagus sekolahan lu, Sep," gumam emak dalam hati.
Sesekali emak berpapasan dengan siswa-siswi yang berlalu lalang, emak pun takjub karena isinya cantik dan ganteng semua, sangat terlihat mereka anak-anak orang kaya. Emak tiba-tiba berdebar saat akan sampai di ruangan guru yang diarahkan tadi.
Sesaat sebelum masuk Emak ngaca tepat di jendela depan ruang guru, merapikan rambut dan bajunya. Bulan nyengir mengecek giginya apakah ada tersangkut sambel ijo saat makan tadi. Kemudian memonyongkan bibir seksinya, lalu meniup dan menggembungkan pipinya tanda bersiap-siap masuk, tanpa Emak sadari para guru begitu juga dengan Usep,Mala dan Rio sedang menyaksikan kegiatan Emak di depan kaca kantor. Mereka terkekeh geli melihat tingkah wanita itu. Usep geleng-geleng kepala.
Tok
Tok
"Permisi, apa saya boleh masuk?" ucap Emak sambil menyunggingkan senyum sangat manis.
"Maaf Bu, mau ketemu siapa?" tanya seorang guru wanita berkacamata.
"Panggil Teteh saja Bu, saya masih muda kok," sahut Emak dengan penuh totalitas.
Si guru wanita tersenyum. "Iya teteh mau ketemu siapa?"
"Calon suami saya Bu, ehhh alah ... calon ayahnya Usep. Aduh, maksudnya Pak Anton Yasin Bu," jawab Bulan merasa malu, lalu menepuk-nepuk mulut latahnya. Sontak beberapa guru yang ada di sana ikut terkekeh geli.
"Calon suami Teteh ada disana," tunjuk seorang guru lelaki yang berbadan tambun sambil tersenyum menggoda Pak Anton.
"Lha, Usep kamu kenapa, Nak?" Emak baru sadar ada Usep yang berdiri di depan depan meja seorang guru yang disebut sebagai Pak Anton.
"Maaf Bu, perkenalkan saya ..." Pak Anton mengulurkan tangan.
"Pak Anton Yasin'kan?Usep suka cerita tentang Bapak, ternyata bener Bapak sangat ganteng, saya suka," potong Emak dengan polosnya.
Pak Anton hanya tersenyum kecut sambil mengusap kasar rambutnya. Sedangkan penghuni ruang guru yang lain sudah tertawa dengar perkataan wanita aneh seperti ibunya Usep. Rio dan Mala pun tampak menahan tawa dengan menutup mulut mereka dengan tangan.
"Eh iya, kita belum kenalan ya Pak? Saya Terang Bulan, tapi panggil aja Teh Bulan, saya Emaknya Usep," jelas Emak sambil mengulurkan tangan.
"Omar Mak, Omaarr," bisik Omar.
"Usep, titik!" sahut Mak Bulan dengan sewot.
"Mari Bu, ehh ... Teh, silahkan duduk."
"Begini Bu, ehh ... Teteh maksudnya." Pak Anton tiba-tiba salah tingkah sendiri. lalu dengan detail menceritakan keadaan yang terjadi saat istirahat sekolah tadi.
"Ohh begitu ya Pak, boleh saya bicara dengan Usep, Pak?" Emak meminta izin dengan menahan malu dan resah, wajahnya yang sedari tadi ceria mendadak pucat.
"Silahkan, Teh," jawab Pak Anton.
"Usep, liat Emak sini!" perintah Bulan dengan tegas.
Usep menatap wajah Emak yang pias.
"Lu ke sekolah mau belajar apa mau berantem?"
"Sekolah, Mak."
"Trus kenapa lu berantem?"
"Ga sengaja Mak, ga berantem juga kok, kan tadi Emak udah denger."
"Sekarang lu minta maaf sama kakak kelas lu, demi Emak, lu sayang Emak kan Sep?" Kata Emak lirih.
Usep menoleh malas ke arah Rio dan Mala.
"Sama yang kakak kelas perempuan juga lu kudu minta maaf, "
"Lha kenapa Mak? Usep ga ngapa-ngapain Kak Mala."
"Mengganggu hubungan orang itu ga baik, Sep." Emak mengingatkan Usep.
"Iya udah iya ." Dengan gontai Usep mendekati Rio dan Mala.
"Maafkan Omar ya Kak Rio, maafkan Omar juga ya Kak Mala." Omar mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Rio berjabatan tangan dengan Omar, namun saat Omar hendak berjabat tangan dengan Mala. "Jangan sentuh cewek gue, paham!" Rio menepis tangan Omar.
Omar, Rio dan Mala lalu kembali ke kelas masing-masing. Tersisa Emak dan Pak Anton di ruang guru, karena guru yang lain sudah masuk ke kelas sesuai jadwalnya.
"Mmhh ... maafkan anak saya ya, Pak. Emang gitu Usep mah Pak, suka gak sabaran padahal dia ga maksud menyakiti Pak, percaya deh sama saya, meskipun Usep udah sabuk hitam tekwondonya Pak, tapi dia ga mau pamer, keren ga tuh anak saya." jelas Emak sekalian pamer.
"Mmmh ... begitu ya Teh. Baiklah, semoga dengan kejadian ini Usep Komarudin tambah dewasa dan dapat mengendalikan emosi," jawab Pak Anton penuh wibawa.
"Usep dari lahir gak ngerasain punya Bapak Pak, makanya anaknya gitu," bisik Bulan lagi.
"Mmhh ... maaf Teh, ayahnya Usep ke mana?" tanya Pak Anton.
"Udah meninggal Pak, saat saya hamil Usep 7 bulan." Emak mencoba tersenyum kecil.
"Ohhh ...." Pak Anton tampak kelihatan ikut bersimpati.
"Makanya saya lagi cari calon ayah buat Usep Pak, kali aja nemu di sekolah,"ujar Emak polos seakan tanpa beban sembari mengedap ngedipkan kedua matanya.
Pak Anton menelan kasar salivanya.
Sedangkan guru-guru yangnberada dalam ruang guru, sudah menutup mulutnya menahan tawa.
"Ehhh ... iya, Teh." Wanita yang sangat aneh, gumam Pak Anton sambil pura-pura melihat jam ditangannya.
"Baik kalau gitu Pak, saya permisi dulu, meskipun sebenarnya saya masih ingin kita berbicara dari hati ke hati, tapi saya harus kembali bekerja," ucap Emak lancar.
Pak Anton memperhatikan pakaian yang dikenakan orangtua muridnya ini. Kemeja ungu dipadu dengan rok plisket di bawah lutut. Jelas tergambar logo rumah adat minang dengan tulisan RM. Sederhana di sisi kanan kemeja ungu tersebut.
"Oh iya Pak, hampir lupa, ini Pak saya bawakan sekotak nasi padang lengkap dengan sayur dan lauknya, mohon diterima ya Pak," ucap Emak tulus.
"Saya ga bacain doa kok Pak, tenang aja, karena cinta akan tumbuh dengan sendirinya."
"Eh iya Teh, terimakasih maaf jadi merepotkan," ucap Pak Anton sedikit salah tingkah.
"Saya ikhlas kalau Bapak yang ngerepotin." Emak nyengir lagi.
"Permisi Pak, Assalamualaikum. " Emak pamit berjalan menuju pintu. Lalu tiba-tiba berbalik.
"Jangan rindu ya, Pak," serunya, lalu tersenyum bahagia melangkahkan kaki keluar sekolah anaknya.
"Ha ha ha ...," tawa Pak Anton yang sedari tadi tertahan akhirnya pecah juga. "Ya Allah ada apa hari ini, kenapa dengan wali muridku yang satu itu? Astaghfirulloh," gumamnya pelan sambil menggeleng gelengkan kepala.
Dengan tergesa Pak Anton mengambil hpnya lalu mengetik sesuatu.
"Sayaaang, hari ini aku ketemu wali murid yang super unik. Nanti aku ceritakan."
Isi pesan Wa Pak Anton kepada tunangannya.
Teet+
Bel sekolah berbunyi. Semua siswa berlari menuju gerbang sekolah. Begitu juga dengan Omar yang sudah siap di atas Melani sepedanya lengkap dengan helem motor dan masker. Sekilas tatapannya bertemu dengan Kak Mala yang hendak berjalan ke arah motor gede milik Rio kekasihnya.
Omar tersenyum kecil namun Mala cuek pura-pura tidak melihat.
"Perih ya Allah, periih, " gumamnya dalam hati.
Lalu dengan cepat mulai mengayuh pedal sepeda BMX-nya melewati pos security.
"Balik dulu, Pak," pamit Omar sambil mengangkat tangan.
"Ya, hati-hati," balas Pak security sambil tersenyum yang ternyata bernama Syaiful Anwar.
"Ternyata masih ada ABG yang mau berbasa-basi dengan security seperti saya," gumam Pak Syaiful.
Mala memperhatikan sikap Omar dari kejauhan. Garis melengkung itu tertarik ke atas. Entah apa yang ada di hati gadis itu, saat melihat Omar begitu sederhana.
Bersambung