Begitu sampai di rumah, Omar langsung mengganti seragam sekolahnya dengan baju kaos oblong gambar bola dan celana boxer selutut gambar doraemon. Lalu Omar menuju dapur dan mencuci piring, dilanjutkan merapikan dapur, setelah rapi Omar mengambil sapu lalu menyapu kamarnya juga kamar emak. Tak lupa seluruh ruangan di rumah kontrakannya.
Adzan Ashar pun berkumandang, Omar mandi lalu bersiap, memasukkan seragam taekwondonya, sisir dan gel rambut ke dalam ransel sekolahnya. Tak lupa empat rakaat sebelum memulai aktifitasnya.
Omar berangkat mengayuh Melani menuju alamat yang sudah diberikan Bang Dio.
Drrtt!
Drrtt!
Ponsel Omar bergetar
Bang Dio, memanggil.
Omar menepikan Melani. Lalu mengangkat telepon.
"Hallo Assalamualaikum, Bang,"
"Ya Bang, Usep otewe nih udah deket kok, iya Bang makasih ya Bang."
"Wa'alaykumussalam."
Akhirnya Usep sampai di rumah berpagar tinggi. Usep mendekati pagar.
"Misi...Assalamualaikum," panggil Usep aga kencang.
"Misii.....Assalamualaikum," panggilnya lagi.
Karena tak ada jawaban Usep bersandar di pagar tinggi tersebut, bermaksud menunggu dan akan memanggil kembali nanti.
Sreeeengg!
Suara pagar terbuka.
"Assalamualaikum, Pak," Usep menyapa lalu tersenyum, sekalian mencium punggung tangan lelaki paruh baya gagah tersebut.
"Wa'alaykumussalam, cari siapa, De?" tanya Pak Security.
"Saya Usep Komarudin Pak, yang menggantikan Bang Dio untuk mengajar latihan taekwondo Randy hari ini," jelas Usep.
"Tunggu di sini, saya tanya nyonya dulu," ucap Pak Security.
"Silahkan masuk De, sudah ditunggu tuan muda Randy di halaman belakang," kata pak security masih dengan wajah datar.
Usep memasuki area rumah tersebut.
"Masya allah...ini rumah apa istana bogor, Pak? Baguuuuuss sekaaalee." Usep terpesona.
"Silahkan di sebelah sana, nanti belok kiri di situ halaman yang biasa dipakai untuk latihan." Security mengarahkan.
Usep memarkirkan sepedanya di samping pos security lalu berjalan masih sambil memperhatikan sekeliling.
"Subhanallah...," pujinya.
"Gue kerja seumur hidup juga ga bakal kebeli ini rumah...kecuali jadi menantu yang punya rumah," gumam Usep dalam hati sambil terkekeh.
Usep melihat ada seorang anak laki-laki berusia kurang lebih sepuluh tahun sedang duduk di kursi kayu minimalis bewarna putih.
Usep menghampiri.
"Hallo De, saya Usep Komarudin, panggil aja Bang Omar atau Bang Usep juga boleh, saya yang menggantikan Bang Dio latihan hari ini." Usep menyapa lalu mengulurkan tangan.
Randy menoleh lalu mencium punggung tangan Omar.
"Hallo Bang, saya Randy Firmansyah panggil aja Randy," balas Randy mengenalkan diri.
"Kita mulai sekarang ya," kata Omar sambil membuka kaos oblongnya, kemudian menggantinya dengan baju taekwondo.
Ciiaatt...ciaatt...
"Kakinya ga gitu De, liat abang nih!" kata Omar mengarahkan.
"Mamaaaa...Mala izin ngemall sama Rio, boleh ga?" ucap Mala saat menghampiri Mamanya yang sedang memperhatikan ke bawah tepatnya di halaman tempat Randy adiknya Mala latihan.
"Ini udah kesorean sayang, besok aja kalau weekend," jawab sang mama.
"Mala mau cari kado untuk Kartika Mah, besokkan ultah." Mala beralasan.
"Sudah jam empat sore sayang." Sang mama berat memberikan izin walau pun perginya bersama Rio yang memang mama Mala sangat berhubungan baik dengan keluarga Rio.
"Ayolah Mah, plisss, gak lama kok Mah." Mala memohon.
"Mm..., sebelum magrib kamu harus sudah kembali, bisa?"
"Baiklah mama sayang, jam enam sore Mala usahakan sudah di rumah." senyum sumringahnya mekar.
"Mala...liat deh, itu guru pengganti taekwondo Randy lucu badannya kecil tapi gerakannya kereen." Mata mama Mala mengarah ke bawah tempat Randy dan Omar latihan.
"Seru kalau punya menantu jago taekwondo," ucap mama takjub menatap ke halaman.
"Ihh mama, kan Rio ga bisa takewondo mah, dia jagonya basket." Mata Mala berbinar tatkala membayangkan Rio yang menjadi bintang basket di sekolahnya.
"Mana sih?" Mala ikut melihat ke bawah di halaman adiknya Randy sedang latihan private taekwondo bersama seseorang.
"Kok kayak kenal, ya," gumam Mala.
"Masa?" tanya Mama heran.
"Aahhh...diaaa si bocah kecil."
"Siapa Mal? Bocah kecil?" Mama Mala bertanya kebingungan.
"Itu ade kelas Mala di sekolah, Mah. itu lhoo yang Mala cerita pada saat MPLS nembak Mala dengan rayuan alay." Mala bercerita dengan nada datar.
"Apa? He he he ...lucu dong, kok bisa ya? Jangan-jangan jodoh nih." Mama tersenyum menggoda Mala.
"Ish, Mama apaan sih? Ya gak tipe Mala banget Mah." Mala menjawab dengan malas. Tapi masih memperhatikan Omar dan Randy yang masih seru latihan.
"Kita istirahat dulu, yuk," ajak Omar pada Randy yang peluhnya sudah menetes nafasnya juga sudah tersengal-sengal setelah diajak tanding oleh Omar.
"Hai, Mah." sapa Randy melambaikan tangan ke atas tempat Mama dan Mala berada.
Omar mengikuti arah mata Randy, Omar tersenyum manis dan menundukkan kepala tanda menyapa dan disambut senyuman juga oleh mama Randy.
Mata Mala dan mata Omar bertemu.
Deg....
Mala lalu berbalik badan dan berjalan menuju kamar.
"Isshh, kenapa jadi aku deg-degan, " gerutu Mala
"Ehh..tunggu..tunggu..
Kenapa di mana-mana seakan aku melihat bidadari surgaku ya?" gumam Omar dalam hati, sambil mengusap kasar rambutnya. Mirip banget, seperti nyata. Gumamnya lagi.
"Kenapa, Bang?" tanya Randy keheranan melihat ekspresi Omar.
"Ehh, ngga papa Ran, ayo latihan lagi kalau sudah selesai istirahatnya."
Randy mengangguk mereka pun melanjutkan latihannya. Rio masuk pekarangan rumah Mala dengan mengendarai mobil sport milik orangtuanya. Di usia yang sudah tujuh belas tahun Rio sudah memiliki SIM mobil begitu juga Mala.
"Assalamualaikum, Tante," sapa Rio ramah saat melihat Tante Fatimah yaitu mamanya Mala yang sedang memainkan ponselnya duduk di teras.
"Eh gantengnya tante sudah datang, duduk sini." Mama Mala mempersilakan, Rio pun menghampiri lalu mencium punggung tangan Mama Mala.
"Tunggu sebentar yaa, nanti juga Mala turun."
"Oh iya jangan kemaleman ya pulangnya sebelum magrib sudah harus di rumah ya Io"
"Iya Tante, siap." Rio mengangguk paham.
Mala turun lalu menghampiri mamanya dan Rio yang sedang mengobrol di teras.
"Udah siap, yang?" tanya Rio saat terpesona melihat pacarnya yang sangat cantik.
"Udah dong, yuk!" ajak Mala
"Mamah kami jalan dulu ya," pamit Mala sambil mencium punggung tangan mamanya.
Omar pun telah selesai mengajar Randy dan bersiap pulang diantar Randy sampai ke depan rumah.
"Omaaar...," panggil Rio kaget melihat Omar berjalan bersama Randy lengkap dengan seragam taekwondonya. Mama Mala dan Mala juga melihat ke arah Omar dan Randy.
"Eh, Kak Rio dan Kak Mala..." Omar menyapa sambil tersenyum, sedikit kaget juga bertemu dengan mereka disini.
"Ngapain lu di sini?" tanya Rio sinis.
"Saya ngajar taekwondo Randy, Kak," jawab Omar ramah.
"Akal lu ya, biar deket-deket cewe gue!" Rio mulai emosi.
"Saya ga tau Kak, kalau ini rumah dari bidadari saya, sumpah," jawab Omar polos lalu menutup mulutnya saat sadar telah salah bicara.
"Maaf, Tante." Omar menunduk meminta maaf kepada wanita dewasa yang dipastikan Omar adalah orang tua dari Mala dan Randy.
Sedangkan Mama Mala hanya tersenyum melihat kepolosan Omar.
"Cih, udah sana pergi kalau urusan lu dah selesai!" usir Rio. Sedangkan Mala masih diam saja melihat Rio yang kesal dengan hadirnya Omar.
"Ehh, Rio ga boleh gitu dong, ini Omar menggantikan Dio guru private taekwondo Randy," terang Bu Fatimah, mama dari Mala.
"Udah sana berangkat nanti kalian kesorean," ucap Bu Fayimah lagi.
Rio dan Mala akhirnya masuk ke dalam mobil kemudian menghilang dari balik pagar.
"Tante saya permisi dulu ya,"pamit Omar pada mama Randy.
"Bang Omar, besok latihan lagi ya?" kata Randy memohon.
"Besok abang ga bisa de, harus ngantor," jawab Omar
"Emang kamu udah kerja, Mar?" tanya Mama Mala.
"Udah Tante, alhamdulillah, "
"Ohh yaa...kerja di mana Mar?"
"Di minimarket sejuta umat, Tante."
"Ohh gitu, kamu freelance ya? atau kasirnya?" tanya Mama Mala ingin tahu.
"Bukan Tante, saya di bagian depan, ngurusin mobil sama motor yang mau parkir," jelas Omar lagi.
"Maksudnya?" Randy sekarang yang penasaran.
"Tukang parkir tepatnya," jawab Omar sambil nyengir kuda.
"Ooohh...." Bu Fatimah dan Randy membuka mulutnya, membentuk huruf O, dengan serempak.
"Mari Randy, Tante, saya pulang dulu ya Assalamualaikum. " Omar pamit lalu mendekati sepedanya lalu berpamitan juga dengan Pak Security.
****
Omar sedang mengerjakan tugas IPA malam itu, Bulan baru pulang dari restoran tempat ia bekerja.
"Assalamualaikum," sapa Bulan lalu masuk ke dalam rumah.
"Wa'alaykumussalam, eh Emak cantik Usep udah pulang."
"Bawa apa tuh, Mak?" Usep melihat emak masuk ke dapur lalu memasukkan sekantong kresek hitam ke dalam baskom.
"Ini ikan mujaer, Sep."
"Emak beli atau dikasih bos Emak?"
"Dikasih Bang Jawir."
"Bang Jawir tukang ikan di pasar pagi, Mak?"
"Iya, katanya nih buat yayang sama calon anak gue." Bulan menirukan perkataan Bang Jawir. Membuat Omar tertawa.
"Emak udah tolak, tapi dia maksa ya udah Emak ambil aja dari pada diliatin orang," kata Bulan lagi
"Ckckck, kemaren bapaknya Usep demen mancing ikan, sekarang yang demen sama Emak tukang ikan. Duh, kayaknya Emak ga bisa jauh-jauh dari ikan, Mak," goda Usep sambil terkekeh.
"Mak pasti hapal nih, nama-nama ikan. Ya'kan?"
****