Bab 2. Pria Itu Dosenku

1186 Kata
Happy Reading. Clara membuka matanya perlahan, kepalanya terasa sangat berat dan sedikit pusing. Wanita itu mencoba untuk menggerakkan tubuhnya tetapi tidak bisa. Dia merasakan sebuah tangan yang melingkar diperutnya dan mendekapnya erat. Karena penasaran akhirnya Clara membuka selimutnya dan dia bisa melihat sebuah lengan kekar yang tengah memeluknya. Clara tersenyum sendiri, dia masih ingat semalam telah menghabiskan malam panas dengan pria asing yang menurutnya sangat tampan. Sebelumnya dia sudah berniat untuk mencari pria yang mau tidur dengannya, maka dari itu dia pergi ke bar sendirian. Clara memang pernah beberapa kali ke bar bersama teman-temannya, tetapi dia hanya minum soda dan berdansa. Malam tadi adalah puncak di mana dia ingin merasakan sebuah hubungan intim hanya karena lelah hati dan jiwa karena cintanya tidak terbalas dan dikhianati oleh tunangannya sendiri. Seorang pria yang telah dijodohkan dengannya tetapi pria itu tidak pernah mencintainya. "Kamu sudah bangun?" Clara tersentak kaget mendengar suara khas pria bangun tidur. Wanita itu langsung menoleh ke belakang dan terkejut melihat siapa pria yang tidur di sampingnya. "Pak Arka? Kenapa Bapak di sini?!" Clara berteriak dan langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang sempat terekspos. Arka membuka matanya perlahan dan menatap wajah cantik Clara saat baru bangun tidur. "Apa kamu tidak ingat apa yang kamu lakukan semalam?" tanya Arka. Clara tentu saja ingat, dia sendiri yang menginginkan hal itu dan akhirnya bisa melepaskan kesuciannya pada pria asing semalam. Akan tetapi, kenapa dosennya itu malah ada di tempat ini. "Ya, tapi kenapa Anda bisa di sini? Bapak memata-matai saya?" Arka bangun dari tidurnya dan menatap Clara dengan kening yang mengkerut. "Kita semalam sudah melakukan hubungan intim, apa kamu benar-benar lupa?" "Tapi semalam bukan Bapak yang tidur sama saya," ujar Clara berusaha mengingatnya. "Kamu mabuk di bar dan memintaku untuk tidur denganmu," jawab Arka. Clara membelalakkan matanya, dia benar-benar tidak menyangka jika pria yang telah mengambil kesuciannya adalah dosennya sendiri, Arka Wiguna. Pria yang terkenal dingin dan galak di kampusnya. "Ti-tidak mungkin, saya tidak percaya jika tadi malam kita telah melakukan hal itu, saya ingat jika pria itu bukan Anda." Clara gugup setengah mati, dia berusaha agar terlihat baik-baik saja meskipun saat ini dadanya bergemuruh hebat. Apakah benar jika semalam Arka yang dia ajak tidur? "Clara!" desis Arka menatap wajah cantik yang sudah dia rasakan setiap jengkal tubuhnya itu. "Jangan berpura-pura lupa, kau sendiri yang telah memaksaku semalam, ingat?!" "Hahahaha, Anda jangan bercanda, saya tidak mungkin meminta Anda untuk meniduri saya," kilah wanita itu Tentu saja Clara hanya berusaha meyakinkan dirinya sendiri, meskipun sudah jelas bahwa Arka yang ada di sampingnya saat bangun tidur dan itu artinya dia adalah pria tadi malam yang mengambil keperawanannya. Arka tersenyum miring. "Kamu seperti w*************a saat di bar malam tadi, bahkan mengancam akan mencari pria lain kalau aku tidak mau tidur denganmu," ujar Arka. Clara langsung menutup mulutnya mendengar perkataan dosennya itu. Antara ingat dan tidak ingat jika tadi malam dia meminta Arka. Kesalahannya di sini adalah Clara tidak tahu jika pria itu adalah dosennya sendiri karena dirinya cukup mabuk semalam. "Tidak mungkin, pak Arka. Saya tidak mungkin mengajak anda untuk ...." Clara tidak meneruskan ucapannya, sepertinya kalau dia terus berdebat seperti ini akan semakin lama untuk sampai ke rumah dan Daffin sudah bisa dipastikan akan memarahinya habis-habisan. "Baiklah Pak Arka, saya akui saya memang salah, jadi anggap saja malam tadi adalah malam yang pertama dan terakhir untuk kita dan tolong anggap bahwa kita tidak pernah melakukan hal itu, apalagi saat di kampus tolong berpura-pura tidak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Jadi, anggaplah bahwa semalam kita hanya melakukan one night stand dan lupakan semuanya setelah ini." Clara langsung mengambil bajunya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk memakai pakaiannya. Setelah beberapa saat dia keluar melangkah melewati Arka dan menuju ke arah pintu keluar dengan langkah yang begitu cepat, pria itu hanya menatap daftar kepergian Clara dalam diam. Tentu Arka tidak akan pernah terima jika Clara menganggap semalam mereka hanya melakukan one night stand dan akan saling melupakan begitu saja. "Kamu harus tanggung jawab, Clara. Jangan lari dari tanggung jawabmu itu setelah mengambil perjakaku!" Sebagai seorang pria, mendapat perlakuan seperti ini apalagi dari mahasiswinya sendiri tentu saja hal itu merupakan sebuah pelecehan. Apalagi semalam itu juga adalah malam pertama untuknya, karena selama ini Arka selalu menolak wanita yang naik ke atas ranjangnya, ataupun yang menggodanya secara terang-terangan. Tadi malam dia pergi ke klub malam hanya karena undangan dari temannya semasa di kampus, tentu saja Arka tidak bisa menolak karena dia sudah sering menolak untuk berkumpul bersama. Dia berusaha menghindari beberapa wanita yang mendatanginya untuk menggoda. Akan tetapi, nyatanya Arka tidak bisa menolak pesona seorang Clara Azalia yang dia tahu adalah salah satu mahasiswinya di kampus, melihat wajah Clara yang mabuk dan meminta dengan tatapan menggoda, apalagi dengan ancaman akan mencari pria lain jika dia tidak mau, membuat Arka seketika luluh. Sejujurnya, Arka memang sudah mengagumi Clara sejak lama, dia adalah mahasiswi yang terkenal di kampus karena paras wajahnya yang cantik dan juga otaknya yang cerdas. "Aku tidak akan melepaskan mu, Clara Azalia Sebastian!" Sedangkan Clara sudah sampai di lantai bawah dan segera berlari keluar dari hotel. Clara ingat jika semalam dia membawa mobil dan sekarang mobil itu pasti masih berada di klub malam tersebut. "Ah, terpaksa aku harus menggunakan taksi, nanti aku akan meminta seseorang untuk mengambil mobil itu di bar!" Clara segera memesan taksi online dan beberapa saat kemudian taksi itu datang. Clara langsung masuk ke dalam karena dia juga harus sampai rumah secepatnya. *** Daffi menatap tajam Clara yang saat ini sedang menikmati salad buahnya di dapur. Pria dengan postur wajah sama dengan Clara itu sudah tahu jika adiknya itu baru saja pulang. "Pergi ke mana kamu semalam dan juga bermalam di mana?" tanya Daffi. Clara meletakkan mangkuk yang berisi salad buah itu ke atas meja kemudian wanita cantik itu menatap kakaknya yang saat ini tengah duduk di depannya dengan tatapan penuh selidik. "Aku tidur di rumah sahabatku. Maaf, tidak izin dulu Daffi, aku tidak membalas pesanmu karena sudah tidur," jawab Clara memberikan alasan yang realistis meskipun mungkin Daffi tetap saja curiga. "Teman yang mana? Andrea atau Lusiana?" Kedua nama itulah yang Daffi ketahui sebagai sahabat adiknya itu di kampus. "Bukan dua-duanya, dia ini sahabat baruku, jadi kamu belum mengenalnya," jawab Clara berbohong. Karena Clara tahu Daffi pasti sudah menghubungi kedua sahabatnya itu dan keduanya tidak tahu jika semalam Clara pergi ke klub untuk mabuk-mabukan. Daffi nampak memicingkan matanya. "Jangan bohong, Clara! Kamu tahu kalau aku tidak suka dibohongi," ucap Daffi datar tetapi tatapannya sangat mengerikan. "Terserah kamu mau percaya atau tidak, besok aku akan memperkenalkan sahabat baruku itu padamu dan juga aku akan memberikan nomor teleponnya agar kamu bisa menghubunginya sewaktu-waktu kalau kamu ingin menanyakan tentang keberadaan ku!" Clara beranjak dari kursi dan segera berjalan ke arah tangga untuk menuju ke kamarnya, tentu saja dia malas berdebat dengan Daffi karena pria itu begitu posesif padanya. Saat ini yang bisa dia lakukan adalah menghindari kakaknya itu agar tidak di interogasi lebih. Daffi menatap kepergian Clara dan menghela napas, dia semalam mendapatkan laporan dari salah satu temannya yang melihat mobil milik Clara di sebuah klub malam, tetapi Clara tidak ada di sana. "Semoga saja kamu tidak bermalam dengan pria asing!" Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN