Emi terpana melihat pantulan dirinya sendiri di cermin, dia akhirnya percaya di dunia ini tak ada yang namanya kusam dan dekil, melainkan itu karena kekurangan dana untuk membiayai penampilan seseorang. “Uang di atas segalanya, dan segalanya butuh uang!” ucapnya tersenyum, berkacak pinggang seraya melenggok badannya ke kiri dan kanan lalu berputar mengagumi penampilannya sendiri. Sejurus kemudian jantungnya berdebar membayangkan bagaimana nanti tangan Arron hinggap di pinggang rampingnya. Emi menggerakkan tangannya sendiri, menyentuh wajah, leher lalu ke d**a. Mengikuti lekuk tubuhnya lalu … “Nggak!” Emi memejamkan mata menepis bayangan ketika Arron mencumbunya. “Belum tentu dia yang kali ini datang, Emi. Sadar, dong, nggak usah baper!” tukasnya lalu mendengus pelan. “Emi! Sudah wakt