46. Rencana Dua Gadis

1295 Kata
Waktu saat ini sudah memasuki pukul lima sore, sebagian talent juga sudah kembali ke villa masing-masing karena ingin mengistirahatkan tubuh karena nanti malam masih ada kegiatan bersama sebelum kembali ke Ibukota. “Class,” panggil Ralph yang saat ini sedang rebahan di sofa. Sementara Ralin sedang lesehan di lantai sembari mengerjakan tugas. “Kenapa?” sahut Ralin tanpa mengalihkan pandangannya. “Kalau terjadi sesuatu sama hubungan kita, gue minta lo tetep bertahan, ya?” Pergerakan Ralin yang sedang mengetik seketika terhenti karena merasa aneh dengan permintaan tersebut. Badannya berbalik supaya bisa menghadap Ralph sepenuhnya. “Apa maksudnya?” “Gak ada.” Bahu Ralph terangkat. “Cuma pengen ngomong aja.” “Aneh lo!” dengus Ralin kembali melanjutkan kegiatannya daripada harus mendengarkan ocehan tak bermutu itu. Sementara Ralph, menatap pergerakan gadisnya dengan pandangan sendu. Gue harap, lo selalu percaya sama gue, Class. “MAKANAN SIAP!!” Seperti biasa, Silvia selalu mempersiapkan hidangan kecil sebelum memasuki jam makan malam. Semua Silvia lakukan karena tak mau jika gadis yang sudah seperti Adiknya itu sakit dengan alasan diet! “Mbak, kok makan lagi, sih,” keluh Ralin setelah melirik banyaknya makanan di sampingnya. Jika begini, rencana untuk diet akan sirna karena seluruh makanan yang dibawa Silvia sungguh membuatnya lapar. Sedangkan Ralph langsung mengambil risol mayo yang terlihat masih hangat. Bisa dipastikan jika rasanya berkali-kali lipat lebih nikmat daripada dimakan saat sudah dingin. “Eum ... Masakan Mbak Sil emang gak pernah ngecewain.” Ralin meneguk ludahnya kasar saat melihat jakun Ralph naik turun ketika menelan risol tersebut. Detik itu juga Ralin langsung mengelus perutnya karena tiba-tiba berbunyi cukup keras. “Oh tentu, Mas, bahkan Bro Andro sering meminta saya untuk buatin talent disini makan,” sombong Silvia yang kini ikut mencomot cup berisikan cimol. Siall! Ralin langsung mengumpat kala aroma makanan tersebut satu-persatu memasuki indera penciumannya. Tanpa peduli image atau apapun, gadis itu langsung mengambil cup berisikan cimol dengan rasa pedas dari bubuk cabe kering. Di sebelahnya, Ralph benar-benar sebisa mungkin menahan tawa melihat mata gadisnya yang merem melek antara rasanya yang nikmat atau kepedasan. “Non, jangan kebanyakan pedes atuh. Nanti kalau sakit perut, saya bisa di gantung Tuan Mores ...” Silvia gelagapan sendiri melihat Nonanya yang tanpa sadar menghabiskan dua cup cimol. Bukannya apa, tapi bubuk cabe kering membuat tenggorokan sakit jika terlalu banyak. “Salah sendiri tadi pamer,” acuh Ralin sesekali menenggak realfood, seperti biasanya. Silvia mengacak rambutnya frustasi sementara Ralph tergelak melihat pemandangan itu. “Udah, Class, jangan makan itu terus. Nih risol aja,” ucap Ralph menyerahkan kotak berisikan risol mayo yang tadi sempat ia rasakan. Memberengut sebal, Ralin akhirnya meletakkan cup setelah cimol tersebut habis dan mengambil satu buah risol yang katanya nikmat. Bisa Ralph lihat jika gadis itu semakin mendelik setelah menelan risol pada suapan pertama. “MBAK ... SEBELUM KE JAKARTA, BUATKAN SAYA 20 BUAH RISOL!!” *** Hujan deras disertai petir malam ini mengguyur Ibukota. Andara yang saat ini berada di kontrakan bersama putri bungsunya itu hanya bisa menenangkan gadis kecilnya yang sejak dua hari lalu merengek karena mencari sang Kakak. “Mama ... Kakak kenapa ndak pulang? Sela ingin main dengan Kakak ...” “Besok Kakak pulang, Sela jangan nangis ya?” bujuk Andara kalut karena takut jika putrinya itu jatuh sakit akibat terlalu lama menangis. “Hiks ... tapi Sela mau Kakak,” isak Sela memeluk leher Andara erat. Sembari menenangkan Sela yang menangis, Andara masih mencoba menghubungi Ralph yang nyatanya masih tidak bisa terhubung. Kepala Andara rasanya ingin pecah karena khawatir dengan keberadaan anaknya. Meskipun si sulung sudah menghubungi, tetap saja ia khawatir karena tak mendapatkan kabar lagi setelah kepergian pemuda itu dua hari lalu. “Besok Mama ajak cari jajan, yang penting Sela nggak nangis, oke?” Ajaib! Mendengar kata 'jajan', tangisan gadis kecil itu seketika mereda. Mata bulatnya yang masih berair membuat Andara tak tega. “Benelan Mama?” Sela memastikan karena takut dibohongi oleh Mamanya. “Beneran, dong. Sela mau apa aja boleh, asal sekarang nggak nangis lagi,” yakin Andara. “Sela cuma mau loti sama selai coklat aja, Mama. Kan di lumah abis,” ucap Sela dengan suara cadelnya. Andara menepuk keningnya karena lupa jika persediaan cemilan Sela yang satu itu sedang habis. Matanya melirik keluar jendela yang ternyata masih hujan deras. Ingin pergi namun suasana di luar sangat tidak memungkinkan. “Maaf, ya, Mama lupa kalau makanan Sela habis ...” sesal Andara yang tau betul jika putrinya sangat suka makan. *** Suasana malam dengan bintang yang bertabur indah di langit puncak Bogor kali ini membuat para talent beserta tim dalam satu judul sinetron kali ini dilanda kebahagiaan pasalnya mereka semua sudah mempersiapkan segala alat dan bahan untuk kegiatan Barbeque. Tak terkecuali Ralph yang memang baru kali ini bergabung dengan artis-artis dalam rentetan acara dari awal hingga akhir. Ralph sangat tidak menyangka jika bisa bertemu dengan salah satu artis idolanya, Juvenus, yang kebetulan merupakan peran utama dan sebagai pasangan Ralin. “Kenapa lo lihatin gue kayak gitu? Ada yang salah sama penampilan gue?” Sebagai seorang public figure, pria berusia 24 tahun yang biasa disapa Juve itu tentu saja harus menjaga penampilan dan tutur katanya supaya tidak dinilai buruk oleh orang yang melihatnya di dunia hiburan. “Ah –enggak kok, gue cuma gak nyangka aja bisa lihat lo secara langsung.” Juve menaikkan sebelah alisnya karena tak paham. “Maksud gue, lo itu salah satu idola gue sejak masih SD,” kata Ralph menjelaskan supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Mengerti dengan maksud pemuda di hadapannya, Juve langsung terkekeh. Memang benar Ralph sangat mengidolakan Juve sejak kemunculannya pertama kali yang saat itu dia masih berada di kelas 2 SD sedangkan Juve adalah remaja yang duduk di kelas 2 SMA saat itu. Tentu saja nama Juve sangat cepat melejit di ranah hiburan karena selain tampan, Juve seorang lulusan sekolah arsitek. “Gue udah tua saat itu,” sahut Juve penuh gurauan. “Ngomong-ngomong, lo udah lama pacaran sama Ralin?” Tiba-tiba saja perasaan Ralph mendadak tak enak ketika mendapat pertanyaan seperti itu. Tidak menutup kemungkinan jika Ralin akan menyukai Juve, secara pria tersebut tak hanya mapan, melainkan juga otaknya cerdas. Paham jika pemuda di sebelahnya tak nyaman, Juve segera menegaskan. “Jangan mikir macem-macem, tuh gue udah punya tunangan,” kata Juve menunjuk seorang gadis yang tingkahnya sangat absurd. Gadis itu salah satu figuran di sinetron kali ini. Ralph langsung tersenyum kikuk karena cemburunya ketahuan orang. “AYO GUYS SAATNYA KITA BAKAR-BAKAR!” Gadis yang merupakan tunangan dari Juve itu berteriak kencang membuat seluruh talent dan tim langsung berhamburan. Sedangkan Juve hanya menggeleng maklum. “Ralph, ayo makan,” ajak Ralin yang fokusnya hanya kepada Ralph. Ralph segera bangkit dari duduknya. “Gue duluan, Bang.” Pemuda itu merangkul Ralin yang terlihat kikuk. “Kayak gak pernah dipeluk lo.” “Nyebelin banget!” tukas Ralin dengan wajah memerah. Melihat wajah gadisnya yang begitu lucu membuat gelak tawa Ralph tak bisa ditahan lagi. *** Di sebuah cafe klasik terdapat dua orang gadis yang saat ini sedang membuka sebuah video. Di dalamnya terdapat dua orang berbeda gender tertawa bahagia tanpa peduli jika ada hati yang saat ini terluka. “Setelah ini, apa yang mau lo lakuin?” tanya Diah memulai. Aurel menyandarkan punggungnya ke kursi dan berkata. “Gue bakal buat Ralin hancur.” “Lo yakin berhasil?” Diah menatap Aurel khawatir karena dia sendiri tau seberapa besar kekuasaan Millano. “Lo ngeremehin gue?” ujar Aurel ngegas. “Gue cuma gak mau kalau kegagalan ini berimbas sama keluarga gue. Lo tau sendiri kan, gue bukan anak orang kaya?” tutur Diah dengan pandangan meredup. Jujur saja jika bukan karena suatu hal, Diah tak akan mau ikut rencana gila. Aurel tersenyum miring, “lo tenang aja. Keluarga lo bakal aman asalkan lo ikutin semua perintah gue.” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN