Bagian 77 - Ada yang bisa mengangkatnya?

1096 Kata
Matton dan kelima juri pengawasnya pun kembali rapat. Mereka membahas tentang s*****a Bia yang sangat kuat dan berbeda dari yang lain.  Matton menatap mereka semua yang telah berkumpul di ruangan rapat di sebuah ruangan yang seluruhnya berwarna putih. Ruangan putih adalah ide dari salah satu juri pengawas yaitu, Porus. Ia berkata bahwa ruangan puti menunjukkan kemurnian, kesucian, kebijaksanaan dan juga adil. Di bagian bawah dinding, ada bunga anggrek hidup yang menjalar, yang merupakan hadiah dari Khloris karena memberikan sebagian wilayah surga bagian ke 3 sebagai taman bunganya. Soter yang memilih untuk menggunakan bunga tersebut sebagai lambang tidak adanya kemunafikan di semua tugas mereka. Tak ada yang membantah hal tersebut karena ruangan itu menjadi sangat indah karena pemilihan Soter.  Di meja bundar yang hanya berisi enam kursi saja, sudah menunggu Poine, Porus, Praxidike, Proioxis, dan Soter. Mereka sedang menunggu Matton untuk datang.  “Lagi-lagi selalu kita yang menunggu!” Kata Soter kesal sambil memukul-mukul meja. “Hentikan itu!” Kata Praxidike kesal karena suara dari ketukan jari Soter. Ia pun menghentikannya.  “Bukankah kita yang terlalu cepat datangnya?” Kata Porus. “Memang dia yang tidak kompeten!” Kata Poine dengan wajahnya yang kasar. “Tidak perlu seperti itu! Kita sudah biasa menunggunya! Mengapa kalian seolah-olah tidak..” Kata Porus lagi tapi ucapannya terhenti setelah mendengar kata ‘Maaf’ bergema di ruangan tersebut. Kata itu berasal dari Matton yang masuk kesana dengan buru-buru. “Maaf!” Katanya yang berdiri di bangkunya dan meletakkan gulungan-gulungan di meja. Gulungan-gulungan tersebut cukup banyak dan tampak berat. Matton tidak bersama sekretarisnya, Aporia. Ia memang tidak pernah ikut dalam rapat juri tertinggi, karena ia hanya bekerja untuk Matton, meski sekali-sekali ia akan membantu menjadi juri level menengah.  “Kami akan selalu memaafkanmu!” Kata Poino menyindir. Matton menatap Poino dengan kesal. Ia tidak mengharapkan jawaban darinya. “Baiklah,” katanya sambil duduk. “Kita akan memulai rapatnya. Apa yang ingin kalian ungkapkan?” Ucapnya. Praxidike mulai berbicara. Ia yang lebih tahu tentang masalah itu dibanding yang lain.  “Bia salah satu dari pembuat s*****a terbaik di surga, memiliki s*****a yang sangat kuat. Ia merupakan kandidat terbaik di generasi ini. Senjatanya sangat berat hingga yang bisa menggunakannya hanyalah Erebus. Aku hanya ingin menanyakan saran kalian, apakah kita harus menyuruhnya untuk mengubah spesifikasi senjatanya atau tidak!” Kata Praxidike. Porus tunjuk tangan. “Ini akan menjadi masalah serius jika penghuni surga menganggap adanya kecurangan, karena s*****a itu hanya bisa digunakan oleh satu orang saja!” Matton tampak tidak percaya. Ia melihat mereka dengan tatapan kosong.  “Apa kalian sudah yakin bahwa hanya Erebus yang bisa menggunakan s*****a itu? Darimana kalian tahu jika belum mencobanya kepada delapan penguji s*****a elit?” Kata Matton. Praxidike berbicara lagi. “Berat s*****a itu sudah sampai triliunan ton! Ketika digunakan, beratnya bisa bertambah naik, karena bahan dari kepalanya bisa bertambah saat digerakkan dengan cepat!” Kata Praxidike lagi. Matton terkejut dengan berat s*****a itu. Hal yang pertama kali muncul di pikirannya adalah cara mereka membawa s*****a itu untuk diuji. “Aku ingin melihat s*****a itu dulu!” Kata Matton. “Aku akan berikan gambarnya dulu. Karena s*****a itu masih diperbaiki. Ada beberapa yang bisa ditingkatkan lagi untuk memaksimalkan penggunaannya!” Kata Praxidike. Ia pun memberikan gambaran lukisan dari s*****a tersebut. “Mace Blast Stick! Cukup menarik!” Kata Matton. Ia melihat mereka semua. “Aku ingin melihat s*****a ini dulu, lalu aku mau semua penguji s*****a elit bisa mencoba mengangkatnya. Ketika itu sudah dilakukan, kita akan adakan rapat lagi!” Kata Matton. Ia pun pergi.  Praxidike melihat Poine. “Biasanya kau sibuk dengan ucapan-ucapanmu yang menyudutkan. Mengapa aku tidak mendengar satupun kali ini?” Kata Praxidike. Poine yang sedang sibuk membersihkan kukunya, lalu memotongnya dengan menggigitnya, tersenyum kepada Praxidike. “Untuk apa aku melakukan sesuatu yang tidak menguntungkanku!” Katanya menjawab Praxidike. “Sudah, kalian sedang menyulut pertengkaran! Lagian kita akan adakan rapat lagi.” Kata Proioxis.  Sesuai dengan perintah Matton, s*****a Bia yang sudah diperbaiki dikirim kembali ke tempat penjurian. Proioxis memanggil Matton untuk melihat s*****a tersebut. Matton pun datang bersama sekretarisnya, Aporia. Ia melihat s*****a tersebut lalu menyentuhnya secara perlahan. Ia melihat dari dekat bahan pegangan dari s*****a tersebut yang berwarna kuning keemasan. Ia mencium aroma dari kepala mace tersebut. Ia takjub dengan s*****a itu. Ia ingin sekali mencoba mengangkatnya dan menggunakannya.  “Kalau s*****a ini, tidak perlu lagi di juri. Sudah pasti lolos. s*****a ini cukup mengagumkan. Hanya saja, kekurangannya adalah pada pemakainya. Tidak semua pemakai bisa memaksimalkan untuk menggunakan s*****a ini.” Kata Matton memberikan komentar. Praxidike dan Porus datang. Ia ingin melihat reaksi dari Matton terhadap s*****a itu. Ia melihat ke arah mereka lagi dan sekarang di belakangnya ada Aporia, Praxidike dan Porus, dan Proioxis. “Kita memang harus memilih siapa yang cocok dalam menggunakan s*****a ini!” Kata Matton dengan bersemangat.  Porus berbicara melihat reaksi Matton. “Sekarang kau mengerti bukan, betapa berbedanya gada itu!” Kata Porus meremehkannya. “Aku tidak pernah membayangkan bahwa s*****a ini akan sebagus sekarang. Sudah lama tidak merasakan betapa hebatnya sebuah s*****a. Aku sepertinya tertantang untuk melakukan pengujian!” Kata Matton yang tidak berhenti tersenyum karena senangnya melihat s*****a itu.  “Kau ingin mencobanya?” Kata Praxidike menyakinkan Matton. Ia yakin Matton tidak akan bisa melakukannya. “Ya,” jawabnya dan langsung mengangkatnya. Saat mencoba mengangkatnya, ia merasa kesulitan. Hanya satu sentimeter saja s*****a itu terangkat. “Apa aku sekarang sudah tua, sehingga tidak bisa mengangkat s*****a ini?” Kata Matton yang tampak malu.  “Sudah kuduga!” Kata Praxidike. “Panggil ke delapan penguji s*****a. Aku ingin melihat mereka mengangkat benda ini dan menggunakannya!” Perintah Matton melihat ke arah Aporia. Ini adalah tugas Aporia. Ia bergegas agar kedelapan penguji s*****a bisa cepat datang. Akhirnya, kedelapan penguji s*****a datang. Poine juga tampak hadir bersamaan dengan mereka. Sewaktu berjalan menuju ruangan itu, ia berkata kepada anaknya, Askalafos agar bisa merebut hati semua juri dengan mengangkat s*****a tersebut. Ia berharap anaknya bisa menggunakan s*****a itu sehingga mengesankan seluruh pengawas juri dan juga Matton. Askalafos tampak ragu-ragu bisa melakukannya. Ia berpikir, ia mungkin bisa mengangkatnya, tapi belum tentu bisa menggunakannya. Ia tidak suka dengan s*****a yang berat karena berefek kuat kepada tubuhnya. “Akan ku coba,” Kata Askalafos kepada ayahnya. Ia tidak ingin ayahnya marah dengan mengatakan apa yang dirasakannya. Matton memberikan perintah. “Silahkan, coba s*****a-s*****a ini!” Kata Matton menunjuk ke mace tersebut. Mereka semua membelongo karena kagumnya melihat mace tersebut bersinar.  Dimulai dari Amfiaraus. Ia terbiasa dengan s*****a-s*****a ringan yang bahkan kalau bisa seringan bulu. Ia memegang batang pemukulnya, lalu mengerahkan nya sekuat tenaga, tapi tidak bisa. “Ganti!” Kata Matton.  Lalu giliran Askalafos.   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN