Bagian 65 - Khloris si Dewi -A

1087 Kata
Hebe menikmati berada di taman tersebut. Ia tidak memetik bunga-bunga disitu karena larangan dari Khloris. Jadi, ia mencium satu-satu bunga tersebut dan merasa senang karena wangi dari bunga itu. Ia sangat senang hingga tidur diatas rumput-rumput di bawah pohon tersebut. Ia menutup matanya dan menarik nafasnya panjang-panjang memasukkan udara segar ke tubuhnya. Khloris mengajak mereka untuk ke rumahnya. Ada banyak yang bisa diceritakan disana. Akhlis melihat Kokytos dan Bia.  “Kita butuh istirahat. Kita bisa beristirahat di rumah Khloris dan melanjutkannya lagi besoknya.” Kata Akhlis kepada mereka. Bia dan Kokytos setuju-setuju saja. Mereka juga ingin melihat bagian indah dari rumah Khloris. Khloris mengajak mengikutinya untuk pergi ke rumahnya. Bia melihat Hebe yang menutup matanya dan tidur di antara rumput-rumput itu.  “Aku rasa temanmu tidak ingin beranjak!” Kata Khloris sambil tertawa kecil. “Apa kau akan terus disana?” Tanya Bia kepada Hebe. Ia tahu bahwa Hebe tidak tahu bahwa mereka akan pergi ke rumah Khloris. “Kami akan meninggalkanmu!” Kata Bia lagi setelah Hebe membuka matanya.  “Kalian mau kemana?” Katanya dan cepat-cepat berdiri. *** Mereka pun sampai di rumah Khloris. Rumah Khloris sangat indah. Rumah itu diselimuti oleh bunga-bunga yang indah. Rumah itu dijalari oleh bunga-bunga yang indah sehingga tampak seperti sebuah gundukan bukit jika tidak ada pintu dan jendela. Bagian atapnya dilapisi oleh rumput hijau yang dilihat dari jauh, seperti sebuah karpet tebal yang lembut.  “Ini sangat indah!” Puji Akhlis.  “Benarkah?” Kata Khloris dengan wajah senang. Ia tersenyum dan membuka pintu untuk mereka. “Silahkan masuk!” Katanya.  Kokytos melihat dinding-dinding rumah Khloris. Ia menyentuhnya karena penasaran. Ternyata dindingnya sangat lembek, karena terbuat dari tanah dengan tiang-tiang penyangga.  “Rumah ini tidak terbuat dari batu!” Kata Kokytos dengan keras agar didengar oleh Khloris. Khloris menyuruh mereka duduk. Di ruang tamunya ada tempat duduk yang tebal dan nyaman. Rumah tersebut sangat wangi. Mereka langsung duduk dan ingin tidur. Terasa sangat nyaman. Khloris mendengar apa yang Kokytos katakan. Dari dapur ia berbicara menjawab itu.  “Ya, dinding-dinding itulah yang membuat bunga-bunga itu tumbuh. Jadi kami tidak membuat dindingnya dari batu. Semua ini hanyalah gundukan tanah yang ditahan oleh akar-akar bunga-bunga itu!” Kata Khloris menjawab. Ia sedang membuat teh untuk mereka dan beberapa cemilan. “Ini hebat!” Kata Kokytos lalu pergi melihat Bia, Hebe dan Akhlis bersantai di ruang tamu milik Khloris. Ia sepertinya kehabisan tempat untuk duduk. Ia pergi ke samping Bia dan menyuruhnya sedikit bergeser. Khloris membawakan teh hangat untuk mereka. Teh itu berisi bunga berwarna ungu, tapi warna airnya berwarna coklat. “Ini teh kalian! Ini sangat enak!” Kata Khloris memberi mereka satu-satu teh tersebut. Mereka yang menggolekkan tubuhnya, bangun dan duduk untuk mencicipi teh tersebut.  “Lezat! Terima kasih Khloris.” Kata Bia.  “Aku belum kenal kalian. Siapa saja nama-nama kalian?” Tanya Khloris.  Bia, Hebe dan juga Kokytos memperkenalkan nama mereka. Khloris menganggukkan kepalanya dan menyimpan nampan yang dipegangnya. Lalu ia berbalik dan bercerita dengan Akhlis. “Dulunya bunga-bungamu tidak sebanyak ini. Sekarang, sungguh hebat! Ada berapa ratus bunga disini?” Kata Akhlis. “Aku juga tidak menyangka bisa membuat ini semua. Aku belum menghitungnya, tapi pasti ada jutaan jenis!” “Ya, saat aku kesini hanya ada beberapa!”  “Memang. Kemarin itu hanya ada beberapa jenis saja. Cuma ada Ballota, Azalea, Tulip, Broom, dan juga Lily. Tapi, sekarang sudah banyak.” Kata Khloris. “Kau sudah lama tidak kemari. Bagaimana kabarmu?” “Aku tidak melakukan apa-apa. Hanya saja berkeliling kota dan bersosialisasi dengan orang-orang untuk mencari berita tentang sejarah Surga. Cukup membosankan bila diceritakan!” Jawabnya. “Aku tidak menyangka kita bisa bertemu disini. Aku sudah menikah. Aku menikah dengan Zefirus. Dia ada di belakang. Mungkin sebentar lagi akan datang!” Kata Khloris.  “Apa? Zefirus? Benarkah? Owh.. owh… itu berita baik!”  “Ya, dia membantuku untuk membangun tempat ini. Aku sekarang sudah mendapat gelar Dewi A. Apakah kau tahu?”  “Dewi-A? Pencipta Bunga?” “Ya, itu sudah melekat padaku!” Kata Khloris. Dewi A adalah julukan bagi penghuni surga yang menciptakan bunga. Hanya dia yang bisa melakukannya dan tidak ada yang lain. Julukan itu akan tetap ada padanya, dan tidak bisa berpindah. Julukan Dewi A sama seperti julukan-julukan lain, seperti Dewa S, Dewa Y, ataupun Dewa X. Julukan-julukan itu diberikan oleh Olympus sebagai penghuni surga yang berhak memberikan seseorang julukan.  Tugas dari Dewa dan Dewi yang memiliki julukan adalah menyebarkan hasil ciptaan mereka ke seluruh negeri surga. Mereka harus membagi semua ciptaan mereka, tapi tidak melepas siapa yang membuatnya. Untuk melakukan penyebaran ke seluruh lingkungan, dibutuhkan waktu miliaran tahun. Untuk saat ini yang berhasil melakukan penyebaran hanyalah Dewa X saja. Karena Dewa X adalah julukan untuk para penguji s*****a. Pertandingan s*****a begitu populer di kalangan surga. Karena itulah gelar mereka sudah berhasil menyebarkan pertandingan itu ke seluruh wilayah surga. Tidak ada yang tidak tahu tentang kegiatan itu. Itu menjadi tolak ukur dalam kesuksesan saat mendapat gelar seperti itu. “Itu hebat sekali! Kau berhasil mendapatkan sebuah gelar. Aku tahu betapa berusahanya kamu untuk menjadi seorang pencipta!” Kata Akhlis.  Zefirus pun datang. Ia berteriak memanggil nama istrinya sambil masuk ke dalam rumah. “Apakah kita ada tamu?” Tanya Zefirus. “Akhlis datang bersama teman-temannya!” Kata Khloris. Zefirus tampak sangat senang. Ia berlari dan memeluk Akhlis hingga ia tidak bernapas. Zefirus memiliki badan yang besar dan tinggi. Ia memiliki otot yang besar dan berbentuk. Ia berambut panjang dan berwarna putih. Ia biasanya mengikat rambutnya itu. Ia memakai anting-anting di kuping kanannya, dan juga gelang emas di tangan kanannya.  “Lepaskan… kau membuatku sesak!” Kata Akhlis yang wajahnya sudah memerah.  “Wajah merahmu bukan menunjukkan bahwa kau terharu, bukan?” Kata Zefirus menggodanya. “Aku tidak berpikir seperti itu! Badanmu besar! Tentu aku merasa sesak ketika kau memelukku dengan erat seperti itu.” Kata Akhlis.  Zefirus, Akhlis dan Khloris adalah sahabat kecil. Mereka tinggal di surga bagian ke dua dulunya bersama orang tua mereka. Mereka sering bermain di tanah yang tandus tak seperti sekarang. Kemudian, ibu Akhlis pindah ke surga bagian kelima dan Akhlis pun ikut dengan ibunya. Sementara ayahnya, dihukum mati karena telah merugikan penghuni surga yang lainnya karena tak sengaja membakar hasil kerja mereka. Ayahnya pun dimasukkan ke dalam sumur kebinasaan dan sejak saat itu Akhlis sangat terobsesi dengan sumur kebinasaan dan juga sejarah dari surga. Ia masih bingung, apakah ia ingin membangkitkan ayahnya atau tidak. Tapi, ia tidak bisa membohongi perasaannya bahwa ia sangat ingin mempelajari tentang sumur itu dan kenapa ayahnya harus dimasukkan ke dalam sumur itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN