I Love You

1179 Kata
Jani membuka mata saat dirasakannya terik dari sela-sela tirai kamar. Ia terduduk di sisi ranjang menghadap jendela. Merasakan kehangatan yang didapat pagi itu. Pagi yang masih menyisakan peristiwa semalam. Jani mencoba memerintah otaknya untuk berlari dari kenangan malam kemarin. Yang masih tak dipahami, pertolongan Fredy dan Gina secara tiba-tiba. Apa yang membuat kakak beradik itu sampai datang ke rumahnya. Padahal semalam terakhir yang ia hubungi adalah Desta. Oh ya Desta... apa kabarmu. Bagaimana bisa saat keadaanku tak baik yang kuingat hanya dirimu. Bahkan aku tak berpikir meminta Gina atau bahkan kak Fredy untuk membantuku. Gumaman itu tersimpan dihatinya. Jani memegang dadanya. Debaran yang lembut namun sedikit memburu. Debaran yang muncul karena ia mengingat Desta. Apa aku merindukanmu, Desta? Kembali Jani menepis pemikirannya sendiri. Tak seharusnya ia mengharap lebih dari apa yang sudah Desta lakukan untuknya sampai saat ini. Suara derit pintu membuyarkan sosok yang tengah merenung di antara kelebatan terik pagi itu. Gina datang dengan nampan berisi sepiring sandwich dan segelas s**u. "Kau sudah bangun dari tadi? Maaf aku hampir lupa mengantarkan sarapanmu..." ucap gadis itu dengan senyum tulus. Gina memahami perasaan sahabatnya sekarang. Kekacauan semalam pasti mengguncang hati gadis yang bahkan sudah sebatang kara sejak awal pertemuan mereka dulu. "Maaf aku merepotkanmu dan kak Fredy" balas Jani sedikit sendu. Membuat Gina mengelus pipi gadis itu setelah meletakkan nampan berisi sarapan di nakas sebelah ranjang. "Kami akan mengutuk diri kami jika saja kami terlambat menjemputmu kemarin. Tinggalah disini Jan, setidaknya sampai Desta pulang..." ujar Gina menenangkan sahabatnya. Jani hanya menatap mata Gina dengan segala kegundahannya. Ia merasa ada kehangatan disetiap berada dalam keluarga Gina, dan sekarang bertambah Desta, untuk menjaga dan melindunginya. Gina memeluk erat tubuh cantik itu. Menumpahkan sisa kekhawatiran yang membuatnya ikut shock semalam. Bahkan sampai Jani benar-benar pulas setelah mereka membawa Jani pulang ke mansion keluarga Gina pun, Fredy dan Gina masih saja tak henti mengawasi Jani. Apa yang mereka saksikan dirasa tak mungkin mengingat perusahaan keluarga David yang juga salah satu rekan kerja perusahaan keluarga Gina, setahu mereka keluarga David amatlah menjunjung harkat martabat dan etikad baik. Namun setelah melihat apa yang dilakukan David pada Jani, Gina sendiri meragukan kalau David pantas menyandang nama keluarganya. Gina menemani Jani sarapan di kamar itu. Mencoba menciptakan sebuah obrolan ringan di pagi hari, membantu sahabatnya agar tak mengingat kembali kejadian malam kemarin. *** Suasana kampus ramai dengan mahasiswa mahasiswi yang berlalu lalang. Jani dan Gina sampai di kampus bersama. Jani memutuskan untuk tetap tinggal di mansion keluarga Gina sampai ia bisa menjelaskannya pada Desta. Entah kenapa ada rasa yang sangat tak enak jika Jani mengingat Desta. Jani dan Gina sengaja datang mendekati jam masuk menghindari banyak kerumunan. Tetap saja Jani masih merasa terguncang sekarang, bahkan gadis itu tak bisa seceria biasanya. Waktu menunjukkan di angka sebelas lebih dua puluh lima menit saat Jani dan Gina keluar dari ruangan. Tak menunggu lama mereka langsung melangkah menuju parkiran tempat mobil Gina terparkir disana. Jani terlihat paling terburu-buru memasuki mobil di susul Gina yang mengambil kemudi. Tanpa mereka sadari ada seorang pria yang terduduk lesu dengan wajah yang berantakan sedang memperhatikan sedari tadi. Namun wajah pria itu tak mengekspresikan apapun. Datar dan lebih nampak bodoh jika ada yang melihatnya. Jani dan Gina mampir ke Florist untuk memeriksa beberapa hal. Jani sempat mampir ke taman bunga belakang Florist untuk sekedar mencuci mata dengan berbagai macam bunga disana. Lelah memindai warna warni bunga disana, Jani di ekori Gina mampir ke cluster untuk sekedar mengambil beberapa barang yang ia butuhkan. Dering panggilan terdengar dari dalam tas yang tadi Jani bawa ke kampus. Gina yang sedari tadi duduk santai di meja makan dengan beberapa kudapan menoleh menatap Jani yang masih berkutat di kamarnya. Tak lama panggilan itu diangkat dan suara di seberang sana langsung menghamburkan pertanyaan pada Jani, "Jani sayang..." hati Jani menghangat saat suara itu menyapa lembut namun sedikit khawatir. "Dari kemarin aku tak mendengar kabarmu. Reni menghubungiku saat ia kembali ke rumah tadi pagi , pintu cluster terkunci dan tidak ada keterangan dari siapapun kamu dirumah atau tidak. Jani sempat gemetar karena Desta menanyakan keadaannya. Dia harus menjawab apa. Desta masih harus mengurus bisnisnya di London, kalau dia mengatakan apa yang terjadi takut akan membuat pria itu khawatir. Gina berkedip yakin kearah Jani. Mencoba mengajak sahabatnya untuk tenang dan menjawab panggilan itu perlahan. "Desta, apa kau tak istirahat sampai harus menghubungiku hanya untuk mencari tahu bagaimana keadaanku?" Jani mencoba mengalihkan arah pembahasan Desta. "Apa Gina dan Fredy mengunjungimu semalam? Lalu siapa tamu yang datang kerumah semalam juga? Apa dia teman kampusmu, lain kali sampaikan untuk jangan datang saat malam. Kalian kan masih bisa lewat virtual, media sosial sudah banyak sayang..." Desta meluapkan kecemasannya yang tertahan sejak kemarin. "Tenang saja Des, aku bersama Gina dan kak Fredy. Aku menginap dirumah mereka untuk beberapa hari ini. Ya... setidaknya sampai selesai ujian nanti. Bukankah lebih mudah jika aku punya teman belajar?" Jawab Jani sambil menoleh pada Gina. Gina pun memberi senyuman atas jawaban Jani. "Baiklah... tunggu aku pulang. Sejak kemarin aku sulit menghubungi Fredy, Gina, apalagi kau sayang..." Desta kembali merapalkan panggilan hangat untuk Jani. "Desta..." Jani kembali memanggil nama pria yang sedang mengulum senyum di seberang sana. Desta merasakan perasaannya membuncah bahagia. Jani memanggil namanya dengan sangat lembut. "Iya sayang, apa kau perlu sesuatu?" "Kenapa kau suka sekali memanggilku dengan sebutan 'sayang'? Kita bahkan belum menjalin suatu hubungan khusus..." ucap Jani perlahan. Seketika ruam merah di pipinya menyisakan Gina yang mencoba menahan tawa dengan kembali berkutat dengan ponselnya. Di ujung sambungan Desta, ada seorang pria yang tengah berkutat dengan perasaannya. Kekhawatirannya berubah jadi rindu. Ingin sekali ia menemui gadis yang kini jadi permata di hatinya, menatap mata bulatnya dan meraih genggaman gadisnya dengan erat. Desta tersenyum tak kalah meruam saat Jani mengatakan hal yang sarat akan kepastian tentang mereka. "Tunggu aku pulang ya, jaga dirimu baik-baik. Aku sudah perintahkan Reni pulang ke mansionku karena aku pikir kamu lebih butuh bersama Fredy dan Gina untuk menemani. Jangan cemaskan tentang Florist, fokus saja pada ujianmu..." Jani masih tak puas dengan jawaban Desta. Tapi ia mendengus lega karena Desta tak lagi bertanya macam-macam lagi. "Kau juga, jaga diri dan--" Jani menghentikan ucapannya. "Dan apa sayang?" Desta penasaran karena Jani mengulurkan suaranya. "Hatimu..." ucap Jani pelan, namun pendengaran Desta tetap jelas menangkap ucapan gadisnya. Oh hatiku, tetaplah disini jangan terbang dulu sebelum kutemui gadisku yang masih jauh disana, buncahan hati Desta sukses menyunggingkan senyum di bibir pria tampan itu, menambah ketampanannya sampai seribu persen. "Pasti akan kulakukan sayang, demi dirimu..." Desta mengakhiri panggilan itu dengan sangat manis, semanis raut wajah Jani sekarang. Jani masih saja senyum-senyum menatap ponsel dalam genggamannya sampai deheman Gina menyadarkan bahwa ada sosok yang diabaikannya dari tadi. "Ehemm... apa aku ini sudah jadi seekor nyamuk yang perlu menyesap darah dulu agar disadari oleh si pemilik tempat yang sedang berbunga-bunga sekarang?" Celoteh Gina menggoda sahabatnya itu. Jani hanya membalas dengan gelak yang terbalas renyah oleh Gina. Siang itu Desta berhasil menempatkan kembali hati yang sempat terguncang karena kejadian buruk kemarin malam yang menimpa Jani. Menata kembali pada tempatnya karena tau ada hati yang sedang berjuang menepis waktu untuk pulang padanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN