Bab 22 Mari kita kemana?

2117 Kata
Untuk sesaat Henry terdiam di tempatnya sebelum ia mengucapkan kata-kata jawaban untuk Hendra meski terlihat Henry tampak ragu-ragu mengucapkannya tetapi lelaki itu ingin jujur. "Ya, aku memang menyukainya bahkan aku menyukai dia lebih dari sekedar teman tapi sepertinya Diana tidak pernah menganggapku sebagai lelaki dia lebih menganggapku sebagai seorang adik atau saudaranya padahal usia kita tidak beda jauh tapi mau bagaimana lagi aku juga tidak bisa memaksakan perasaanku padanya jadi menurutku aku melihat dia bahagia saja itu sudah membuat hatiku lega," ucap Henry saat itu pada suami Diana wanita yang ia maksudkan itu. Hendra yang mendengarnya tidak begitu terkejut karena ia sudah mengetahuinya sejak awal lelaki itu juga bisa merasakannya sebagai seorang lelaki dan insting seorang suami tidak pernah salah tetapi ia tidak ingin berdebat hal kecil seperti itu dengan Diana meski di dalam hati lelaki itu sedikit ada suatu percikan cemburu ketika mendengar ada lelaki lain yang menyukai istrinya namun Hendra bukanlah anak muda lagi yang harus menyelesaikan permasalahan dengan cara adu mulut atau sejenisnya Hendra lebih memilih untuk menghela nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya begitu saja, satu tangan lelaki itu lalu meraih kopi yang tadi dipesannya kemudian meminumnya beberapa kali tegukan, tampak Hendra sangat santai saat itu. "Kamu tidak marah ketika kamu tahu bahwa ada laki-laki lain yang menyukai istrimu?" ucapin Henry saat itu pada lelaki yang ada di depannya terlihat Hendra dengan santai meletakkan gelas kopinya kembali ke atas meja yang ada di depannya. "Marah? kenapa aku harus marah? itu adalah perasaanmu sendiri dan bukan wewenang ku untuk mengatur perasaan orang lain begitu pula dengan Diana jika sampai Istriku itu menyukai lelaki lain mungkin aku akan marah tetapi aku bukan tipe lelaki yang seperti itu mungkin marah aku karena istriku menyukai lelaki lain karena aku tidak sempurna sebagai suami baginya jadi aku tidak bisa apa-apa lagi, tapi sekarang aku tahu jika yang menyukai Istriku adalah lelaki lain bukan Istriku yang menyukai lelaki lain. Jadi itu urusan kamu sendiri dengan perasaan kamu, aku tidak berhak marah meskipun aku ingin sekali marah padamu," ucap Hendra saat itu pada lelaki yang ada di depannya terlihat Henry hanya bisa terdiam dengan kedua tangan dan jemari yang tengah memainkan gelas minuman yang ada di atas meja di depannya. "Baiklah kalau begitu aku rasa perbincangan kita cukup sampai di sini saja paling tidak aku tahu jika ada lelaki lain yang menyukai istriku dan itu memacu kelelakianku untuk terus berusaha menjadi suami yang terbaik bagi Diana agar dia tidak sampai melirik lelaki lain apalagi sampai jatuh ke tangan lelaki lain," ucap Hendra saat itu pada Henry dan lelaki itu langsung beranjak dari tempatnya kemudian memanggil karyawan cafe untuk menotal jumlah semua makanan dan minuman yang harus ia bayar. "Kali ini aku yang traktir tapi lain kali kita harus ngopi bersama lagi dan saat itu aku ingin kamu sudah bisa melupakan cintamu pada Diana karena mulai detik ini aku akan berusaha menjadi suami yang terbaik untuknya," ucap Hendra saat itu pada lelaki yang masih duduk dengan punggung yang menyandar di kursinya tersebut. "Huft," terlihat Hendri mendengus beberapa kali kemudian lelaki itu mengangguk-anggukkan kepalanya tanda Ia setuju dengan apa yang Hendra katakan. "Kamu juga harus ingat baik-baik jangan membuat celah lagi karena untuk yang kedua kalinya mungkin aku tidak akan sesantai ini," ucap Henry saat itu pada suami wanita yang ia cintai. "Itu sudah pasti, tidak mungkin aku membuat celah kembali untuk yang kedua kalinya!" ucap Hendra dalam hati. Tanpa menjawabnya Hendra kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Hendra lalu meraih ponsel yang ada di saku celananya Ia terlihat mengetik sesuatu pada layar ponsel tersebut. "Aku rasa pesonamu sampai saat ini tidak pernah berubah Sayang," ucap pesan yang Hendra ketik dan ia kirimkan untuk istrinya kebetulan saat itu Diana sedang memainkan ponselnya dan ketika ia melihat ada pesan masuk dari suaminya di sana wanita itu pun langsung membuka dan membaca pesan tersebut. "Apa sih maksudnya lelaki ini?" ucap Diana dalam hati yang tidak mengerti dan Diana hanya membacanya tidak untuk membalas pesan tersebut. Dan setelah beberapa saat terlihat Henry yang berjalan dengan langkah gontai dan tampak lelah menuju ke arah bangku yang ada di samping meja kerja Diana saat itu karena tempat kerja Henry tepat berada di samping Diana. "Sudah ngopinya? lalu apa yang kalian bahas?" ucap tanya Diana terlebih dahulu pada lelaki itu Henry pun hanya bisa terduduk di kursi kerjanya sembari menyandarkan punggungnya dengan nyaman di sana. "Biasa kami hanya membahas masalah wanita populer bagi kami. Entahlah kenapa selera suami kamu itu bisa sama denganku," ucap Henry saat itu yang memberitahu Diana namun wanita itu tidak heran sama sekali karena Ia pikir kedua lelaki tersebut tengah membahas Aktris pendatang baru atau Aktris lama. "Aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di otak para lelaki, kenapa mereka bisa bertemu tetapi malah mengobrolkan seorang Aktris, aneh saja menurutku," ucap Diana saat itu dengan gerutu lirihnya. Hingga waktu pun berjalan dengan cepat. Terlihat Hendra saat itu yang sudah memarkirkan mobilnya tepat di depan sisi samping pintu gerbang kantor Diana, di tepian jalan lelaki itu memarkirkannya, Hendra sudah keluar duluan dibandingkan dengan Diana dan setelah beberapa saat ia berada di tempat itu terlihat Diana yang keluar dari tempat kerjanya bersama dengan Henry namun saat itu Hendra tidak merasa kesal ataupun ingin marah karena ia tahu dan percaya pada istrinya jika wanita itu tidak menganggap lelaki itu sebagai seorang lelaki apalagi saingan suaminya. Hendra segera membuka kaca jendela mobilnya menurunkannya dengan satu tangan lelaki itu melambai ke arah Diana berada dan Diana pun langsung melihat tangan suaminya itu setelah itu Diana bergegas menuju ke arah Hendra berada. "Tumben kamu sudah pulang duluan biasanya kan aku yang duluan pulangnya mas?" ucap Diana saat itu pada suaminya kemudian Hendra segera memberi isyarat pada Diana untuk segera masuk ke dalam mobil karena saat itu cuaca masih panas meskipun sudah pukul tiga sore. Terlihat Diana pun langsung masuk ke dalam mobil tersebut dan duduk tepat di samping Hendra berada. "Sebenarnya aku sudah keluar dari kantor sedari tadi hanya saja aku ingin mengepaskan waktu denganmu keluar kantornya karena anak-anak juga tadi bilang kalau ada ekstra di sekolah jadi sekalian aku nungguin kamu dulu di sini," ucap Hendra saat itu sebagai jawabannya. "Oh," sahut Diana singkat. "Hanya Oh saja jawabannya?" ucap tanya Hendra saat itu yang kurang puas untuk mendengar jawaban istrinya. "Lalu aku harus jawab apa lagi? Mas dulu itu bukankah suka keluar dari Rumah sakit setelah petang tiba dan setelah sampai rumah makan malam lalu setelah itu mas tidur. Bukankah dulu seperti itu? jadi menurut aku hari ini luar biasa sekali mas bisa keluar kantor pukul tiga sore begini," ucap Diana saat itu pada suaminya yang terlihat Hendra pun tampak menyipitkan matanya menatap ke arah istrinya berada. "Kenapa bisa-bisanya kamu membahas masalah yang dulu sayang bukankah dulu itu karena kamu tampak begitu menyebalkan hingga akhirnya aku memilih untuk pulang larut malam saja dibandingkan tepat waktu karena aku tidak mau berdebat denganmu di rumah aku tidak ingin kita bertengkar jadi aku memilih untuk pulang petang karena hal itu apa kamu mengerti?" ucap Hendra saat itu dengan jawabannya terlihat Diana pun hanya mengangguk-angguk beberapa kali karena memang ia tahu jika Diana sering mencari gara-gara pada suaminya itu karena terlihat lelaki itu begitu cuek dan Acuh padanya. "Kenapa hanya mengangguk-angguk saja jawab dong apa ucapanku itu salah?" ucap tannya Hendra lagi pada istrinya. "Iya Mas aku tahu dulu aku itu sering mencari gara-gara denganmu karena kamu terlampau cuek dan Acuh tahu tidak! makanya aku sering mencari gara-gara agar kamu tidak Acuh begitu padaku ya paling tidak aku bisa mendengar ocehan cerewetmu itu ada rasa sebal dan tidak suka kamu itu menurutku itu begitu seksi," balas Diana kemudian pada suaminya terlihat Hendra pun hanya bisa membelalakkan matanya karena ia begitu terkejut dengan apa yang istrinya itu katakan barusan di mana Hendra tidak mengira jika Diana merindukan ocehannya. "Oke, oke baiklah selama ini aku yang salah karena aku sudah memilih untuk pulang terlambat setiap harinya meskipun itu karena ulahmu sayang tapi ya sudahlah mari kita lupakan hal itu sekarang dan yang ada sekarang kita tidak boleh bertengkar lagi karena aku tidak ingin memberi celah sedikitpun pada buaya lain untuk mendekatimu," ucap Hendra saat itu dengan jawabannya terlihat Diana pun seolah tengah berpikir sesaat. "Maksud Mas apa bilang buaya? memangnya ada buaya yang mendekatiku? buayanya ya kamu itu mas," balas Diana kemudian. "Tidak, tidak apa-apa sayang, kan aku hanya bilang aku tidak ingin memberi celah sedikitpun pada buaya Iya kan? siapa tahu ada buaya, kalau sekarang menurutmu tidak ada ya sudah tidak ada berarti, tapi untuk berjaga-jaga saja siapa tahu lain kali ada kan kita juga tidak tahu," ucap Hendra kemudian pada istrinya lalu lelaki itu segera melajukan mobil tersebut meninggalkan tempatnya dan menuju ke arah tempat sekolah kedua putrinya. "Bagaimana tadi, bekal makan siangnya Mas apakah sudah habis?" ucap tanya Diana yang bertanya pada suaminya di sela-sela perjalanannya menuju ke arah sekolah sang Putri. "Habis dong, malah sepertinya itu kurang banyak Sayang apa kamu lupa seberapa porsi suami kamu ini?" ucap Hendra saat itu yang bertanya balik pada istrinya. "Jelaslah aku lupa mas! satu tahun lebih aku tidak membuatkan bekal makan siang untuk kamu dan juga anak-anak jadi ya maaf besok akan aku beri tambahan lagi untuk makan siangnya jadi tenang saja," ucap jawaban Diana saat itu. "Boleh tapi sepertinya lebih banyakin buah-buahannya saja deh sayang daripada nasinya," sahut Hendra kemudian hingga mobil yang ditumpangi keduanya tepat berada di depan sekolah kedua putrinya saat itu Hendra memilih untuk memarkirkan mobilnya tersebut tepat di depan pintu gerbang sekolah di seberang jalan di bawah pohon rindang di tepian jalan raya. "Kenapa mereka belum keluar juga ya Mas apa aku perlu masuk ke sekolah mereka untuk menjemput?" ucap tannya Diana saat itu pada suaminya ketika ia dan juga Hendra sudah menunggu di tempat itu untuk beberapa saat. "Iya janganlah nanti mereka bakalan tidak nyaman ketika melihat semua temannya melihat bahwa kamu menjemput mereka, memangnya kamu kira mereka itu anak kecil yang harus kamu jemput sayang?" ucap Hendra saat itu dengan jawabannya. "Iya masa gitu aja bisa membuat mereka malu sih Mas ya nggak dong!" balas Diana lagi. "Kalau kamu ingin mengantar jemput anak bagaimana kalau kita buatkan adik saja mereka pasti nanti kamu bakalan antar jemput anak seperti dulu lagi di sekolah playgroup," balas Hendra saat itu yang membuat Diana kemudian terdiam di tempatnya di mana Diana merasa jika suaminya itu sedari kemarin sudah membahas masalah adik Nayla dan juga Kayla padahal Diana tidak berniat untuk memiliki anak lagi selain kedua putrinya itu. "Kenapa kamu terdiam sayang? bukankah benar kalau ingin mengantar jemput anak dan menunggunya harusnya kita memiliki anak lagi kan?" ucap Hendra kemudian yang melihat istrinya terdiam dengan kedua tangan yang bersedekap di depan tubuhnya saat itu. "Dua Anak Cukup," sahut Diana kemudian yang terlihat tampak sebal di sana namun ekspresi wajah dan gerak tubuh wanita itu menurut Hendra begitu lucu dan menggemaskan. "Sayang apa kamu percaya puber kedua?" ucap Hendra tiba-tiba saat itu pada istrinya namun sebelum Diana menjawab pertanyaan suaminya itu terlihat Nayla dan juga Kayla dan beberapa teman kedua putrinya itu yang sudah berhambur keluar dari pintu gerbang sekolah yang ada di hadapannya. "Stop ya mas jangan bahas puber kedua di depan anak-anak, apa Mas mengerti itu?" balas Diana singkat dan sedikit ketus pada Hendra yang terlihat Hendra pun hanya bisa terdiam di tempatnya tampak lelaki itu begitu patuh pada sang istri. Diana segera menurunkan kaca mobilnya saat itu lalu melambaikan tangan ke arah Nayla dan juga Kayla berada dan kedua putrinya itu pun membalas lambaian yang sama pada mamanya Nayla dan juga Kayla segera berjalan dengan cepat menuju ke arah mobil kedua orang tuanya tersebut. "Aku benar-benar tidak percaya Kayla kita bisa merasakan hal ini lagi aku begitu merindukan saat-saat di mana Papa dan Mama menjemput kita di sekolah setelah paginya mengantarkan kita ke sekolah," ucap Nayla saat itu di sela-sela perjalanannya menuju ke arah mobil mama dan Papanya. "Aku juga merasakan kebahagiaan yang sama Nayla dan sungguh ini benar-benar luar biasa Tuhan sudah mengabulkan doa dan juga permintaan kita," balas Kayla saat itu pada ucapan Nayla karena kedua Gadis itu merasakan hal yang sama. Hingga keduanya tiba di mobil kedua orang tuanya. "Mama papa terima kasih sudah menjemput kami hari ini," ucap Nayla dan juga Kayla yang bersamaan kemudian membuka pintu mobil dan segera masuk ke dalam mobil tersebut. "Sama-sama sayang mulai hari ini mama dan papa sebisanya akan mengantar dan menjemput kalian saat sekolah," balas Diana kemudian pada kedua putrinya terlihat raut wajah yang begitu ceria terlihat dari kedua wajah Nayla dan juga Kayla saat itu begitu juga dengan wajah Diana dan juga Hendra yang memancarkan kebahagiaan yang sama seolah kebahagiaan itu tidak bisa keempatnya ungkapkan. "Baiklah para kesayangan papa, sekarang mari kita kemana?" tanya Hendra pada ketiga wanita yang sangat ia sayangi itu sebelum memutuskan untuk melajukan kembali mobilnya di sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN