Bab 18 Mimpikah ini sayang?

1603 Kata
Diana terdiam seketika dengan bibir yang mengatup rapat seolah ingin mengeluarkan suara gemeretak di sana sekujur tubuh wanita itu mendadak begitu dingin dan kedua mata yang berkaca-kaca, Diana benar-benar merasakan jika detik itu juga ia berada di titik terlemahnya. "Apa? apa yang mas bilang? coba ulangi," ucap Diana saat itu lagi pada suaminya dan Hendra pun melakukan apa ya wanita itu inginkan. Hendra pun mengulangi setiap kata yang ia ucapkan tadi dan dengan air mata yang mengalir begitu saja dari pelupuk mata Diana ketika wanita itu merasakan jika dirinya benar-benar tepat seperti seorang pecundang yang begitu egois dan tidak memikirkan perasaan orang lain. Hendra yang melihat ekspresi wajah istrinya yang begitu tertekan serta begitu kacau hanya bisa mengangkat salah satu tangannya kemudian menyeruak dan menyusup lembut ke sela-sela sisi rambut dengan ujung ibu jari yang mengusap lembut salah satu sisi wajah wanita itu Hendra berusaha untuk menenangkan kembali perasaan Diana. "Tenang sayang, tidak apa-apa aku rela menanggungnya selama ini, aku bahagia karena kamu masih memiliki rasa cemburu padaku sayang, hanya saja, anak-anak mungkin masih membekas i hati mereka tentang semua peristiwa yang mereka lalui, dan itu sudah menjadi kewajiban kita untuk terus berada di sisi mereka dan menyembuhkan luka di hati mereka karena ulah kita ini,"ucap Hendra saat itu pada istrinya. Kini tatapan Diana berubah seolah ia tidak berdaya saat itu. Hendra yang melihatnya hanya bisa segera meraih tubuh istrinya kemudian memeluknya dengan erat. Tampak Diana saat itu hanya bisa tertawa bercampur terisak karena merasa apa yang sudah ia lakukan benar-benar sangat konyol. "Mas, tahu kan kita ini adalah orang dewasa, tapi aku bertingkah seperti anak kecil begini, astaga mas, aku benar-benar tidak bisa di maafkan," ucap Diana saat itu pada suaminya sembari masih terisak-isak di sana. "Wajar sayang, tidak apa-apa, sekarang sudah lupakan semuanya dan jangan di ingat-ingat lagi agar hati kamu tidak sakit lagi, mengerti?" ucap Hendra saat itu pada istrinya dan Diana hanya bisa memeluk erat tubuh suaminya yang sudah tidak berpakaian saat itu. Diana lalu terjaga dan menatap wajah suaminya saat itu. "Apa aku harus meminta maaf pada anak-anak secara resmi mas?aku benar-benar merasa bersalah pada mereka mas, aku hanya seorang ibu yang tidak berperasaan dan hanya mementingkan iri sendiri dan tidak memikirkan mereka," ucap Diana saat itu pada suaminya. Hendra hanya bisa meraih wajah Diana dan mengusap lembut sembari menyunggingkan senyuman di bibirnya. "Tidak sayang, tidak perlu kamu meminta maaf pada anak-anak, semua itu adalah kesalahanku yang tidak memberi tahumu dan tidak mengatakan semua yang aku lewati selama seharian padamu, jadi itu bukan kesalahanmu sayang, tidak perlu kamu meminta maaf pada mereka," ucap Hendra pada istrinya dan Diana hanya bisa terdiam ketika merasakan bahwa Hendra malah menyalahkan dirinya sendiri saat semua kesalahan jelas ada apa Diana saat itu. "Tapi mas..." ucap Diana yang tertahan karena Hendra sudah menarik perlahan wajah Diana agar mendekat ke arahnya, diana langsung mengerti apa yang akan suaminya itu lakukan dan jelas perasaan itu pun yang juga Diana rindukan. "Maaf, maafkan aku atas semua kebodohan yang sudah aku lakukan mas," bisik Diana tepat di ujung bibir Hendra saat itu karena wajah keduanya sudah saling mendekat satu sama lain dan saat itu hanya berjarak beberapa inci saja. Hendra yang mendengar ucapan istrinya itu hanya bisa menyunggingkan senyuman di bibirnya dan itu bisa Diana rasakan saat itu di tambah lagi usapan lembut ibu jari Hendra di salah satui sisi wajah Diana membuat wanita itu sesekali memejamkan kedua matanya. Dan sedetik kemudian Hendra dan Diana sudah saling berciuman, kecupan panjang yang lumayan lama keduanya lakukan. Kemudian terjaga, Hendra menatap wajah dan berfokus pada bibir istrinya yang saat itu Diana masih memejamkan kedua matanya, dengan lembut Hendra mengusap bibir bagian bawah istrinya dengan usapan yang kian membuat Diana memejamkan erat kedua matanya di sana. Hendra lalu tersenyum. "Apa kau tahu rasanya tidak berciuman apa lagi tidak berhubungan badan selama satu tahun lebih itu sayang? hemz? sedangkan aku begitu menyukai bibir ini, adilkah itu?" ucap Hendra saat itu pada istrinya. Dan Diana yang juga tahu bagaimana rasanya apa yang Hendra rasakan hanya bisa mengangguk satu kali sebagai jawabannya. "Jika kamu merasa tidak suka terlebih lagi tidak nyaman, kamu bisa bilang dan aku akan menghentikannya saat itu juga," ucap Hendra kemudian pada Diana dan terlihat wanita itu hanya tersenyum untuk menanggapinya, jemari tangan Hendra bisa merasakan gerak bibir wanita itu di sana karena keadaan dalam ruang kamar itu masih tampak gelap dan hanya ada sedikit penerangan dari luar jendela kamar yang menyeruak masuk ke dalam ruang kamar tersebut karena keduanya belum sempat menyalakan lampu kamar itu. Dan sesaat kemudian keduanya sudah hanyut dalam ciuman panas yang mendebarkan, dan ciuman itu kian lama kian menggila hingga kedua tubuh saling mengerat satu sama lain. Hendra mulai menarik rok yang Diana kenakan, melepasnya dan hanya menyisakan dalaman itu saja yang melekat pada area sensitif Diana, dan wanita itu hanya pasrah ketika merasakan kedua tangan kekar itu mulai melepas kancing pakaian yang Diana kenakan, dan refleks Diana langsung melepaskannya. Hendra berdiam cukup lama ketika ia menatap bentuk tubuh istrinya Dalam Gelap kamar dan hanya terdapat siluet tubuh wanita itu yang bisa iya dan kedua tangan dia yang perlahan mengawali sentuhannya tepat di bagian depan kulit Hendra saat itu seolah wanita itu begitu merindukan kulit lembut yang selalu hangat dan luar aroma parfum yang setia menemani Hendra di setiap saat karena parfum itu adalah parfum pilihan Diana yang belum pernah Hendra ganti dengan parfum jenis lain. perlahan Hendra pun mulai mendekatkan tubuhnya ke arah Diana seolah ingin jemari tangan wanita itu agar menyentuh kulitnya lebih banyak lagi. "Kenapa Mas masih mengenakan parfum yang aku berikan sebagai hadiah pernikahan kita yang ke-1 tahun?" ucap tanya Diana saat itu pada suaminya. "Sengaja aku selalu memakainya agar setiap kamu berada di dekatku kamu selalu tahu jika aku hanya menyukaimu dan aku berharap di saat kamu mencium wangi parfum yang aku kenakan ini kamu akan mengingat kenangan manis kita dulu dan menghentikan amarahmu padaku yang tidak tahu awal mulanya itu," ucap Hendra saat itu dengan jawabannya terlihat Diana pun hanya bisa terdiam sesaat ketika mendengar ucapan dari suaminya tersebut. "Kamu yang menyebabkan Aku marah kamu yang menyebabkan Aku cemburu tidak karuan kamu yang," ucap Diana yang tertahan saat itu karena Hendra sudah langsung menyerang tubuh Diana dengan pelukan dan meraih kasar bibir wanita itu dengan ciumannya hingga beberapa saat permainan Hendra selesai. "Iya Sayang maafkan aku, aku yang salah aku yang sudah membuatmu seperti ini aku juga yang harus bertanggung jawab untuk semuanya," ucap Hendra saat itu pada istrinya dan ucapan lelaki itu mampu membuat hati Diana menjadi luluh. Saat itu malah Diana yang berusaha untuk meraih jenjang leher suaminya saat itu agar terus mendekat ke arahnya Indra pun hanya bisa menuruti keinginan istrinya di sana, lelaki itu perlahan menyangga tubuh bagian belakang Diana hingga tengkuk wanita itu dengan salah satu tangannya kemudian perlahan tubuh itu jatuh terlentang di atas pembaringan. "Cukup sayang main-mainnya," bisik Hendra saat itu yang mulai serius. Di mana desakan dalam diri Hendra seolah tidak bisa ia kendalikan lagi. Dan setelah Hendra mendapatkan jawaban dari Diana dengan satu kali anggukannya saja membuat lelaki itu langsung melanjutkan aktivitasnya Hendra kemudian mendaratkan ciuman kembali tepat di bibir istrinya dengan salah satu tangannya yang sudah menyentuh dan menjalar merayap di setiap inci kulit tubuh wanita yang seolah Hendra ingin mengenal kembali lekukan-lekukan yang mungkin beberapa saat lalu Ia lupakan dan saat itu Hendra mulai mengenalinya kembali. Hingga sesaat saja kedua tangan lelaki itu sudah berhasil meraih pengait bra yang Diana kenakan tepat di bagian belakang punggung wanita itu Hendra melepasnya dan langsung menarik bra itu dari tubuh istrinya hingga terlepas seketika. Diana pun tidak merasa malu ataupun canggung seperti kemarin namun wanita itu lebih ingin membahagiakan suaminya malam itu karena Diana baru sadar akan semua kesalahan yang sudah ia perbuat dan kebodohan yang sudah ia lakukan. Kini tubuh keduanya sudah polos tanpa benang penghalang satupun di sana sentuhan lembut dari kulit tubuh masing-masing yang saling bersinggungan satu sama lain bisa dengan jelas keduanya rasakan. "Jika kau merasa tidak suka," bisik Hendra saat itu tepat di depan wajah istrinya karena saat itu Hendra sudah tepat berada di sisi samping Diana dengan kedua tangan yang sudah siap dalam posisinya masing-masing dan ucapan Hendra saat itu terhenti karena ujung jemari tangan Diana yang sudah menyentuh bibir Hendra saat itu hingga membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. "Jangan pernah bertanya apakah aku menyukainya atau tidak karena semua itu aku rasa sekarang tidak penting yang terpenting kamu mau dan kamu menginginkannya, karena aku tidak pernah merasa keberatan sama sekali atas apa yang akan kamu lakukan selama itu membuatmu sendiri Anggap saja itu sebagai tebusan karena aku sudah menyakiti hatimu dalam waktu yang sangat lama Maafkan Aku suamiku," ucap Diana jujur saat itu yang begitu tulus pada Hendra dengan kedua mata yang berkaca-kaca dan sedetik saja kedua tangan wanita itu sudah berhasil meraih dan merangkul jenjang leher Hendra membuat lelaki itu langsung bergerak merangkak naik ke atas tubuh istrinya dengan kedua tangan yang mengurung tubuh wanita itu di sana. "Cup," Hendra mengecup singkat bibir Diana sebelum ciumannya menjalar menurun dan menghujani setiap inci kulit tubuh Diana di sana dan bermuara tepat di bagian ujung belahan wanita itu. Hendra menatapnya untuk sesaat. Lelaki itu terdiam. Entah mengapa ada kerinduan yang mengalir di dalam hatinya, hatinya saat itu merasa berbunga-bunga seolah apa yang akan ia lakukan seperti mimpi karena menurut Hendra jika ia dan juga Diana mungkin tidak akan pernah bersatu kembali apalagi sampai melakukan hubungan suami istri di atas ranjang di dalam ruang kamar yang biasa mereka tempati. "Cup," lagi-lagi lelaki itu hanya mengecupnya, merasakan ujung belahan itu yang mulai mengeras karena ciumannya. "Mimpikah ini sayang?" bisik tanya Hendra tiba-tiba yang keluar dari bibirnya begitu saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN