Bab 2. Melamar Sena

1216 Kata
Seminggu Kemudian "Bunda.... Hari minggu nanti, Ibu Fajri dan Saudara-saudara Fajri mau kesini. Bunda terima ya?" Fajri berbicara dengan Bunda. Bunda tersenyum. "Fajri... Masa Keluargamu mau datang, Bunda gak terima?" Kata Bunda ramah. Bunda memang tak pernah mempermasalahkan status sosial. Bagi Bunda kalau sudah saling suka gak boleh pacaran lama-lama. Dan yang terpenting satu Agama. "Alhamdulillaah kalau Bunda mau terima. Bunda jangan bawa Sena ke kampung ya. Fajri gak mau Sena menikah dengan orang lain." Fajri memohon. Bunda tersenyum. "Fajri... Kalau Fajri sudah melamar Sena, Bunda gak akan membawa Sena ke kampung. Bunda cuma khawatir, Sena itu sudah dewasa, umur nya sudah lebih dari 25 tahun. Fajri tahu sendiri mulut tetangga sini, banyak yang usil." "Ya Bunda... Fajri ngerti." Kata Fajri menunduk. "Ya sudah, Bunda ke dalam dulu, Bunda mau melanjutkan mengaji. Kamu ngobrol saja sama Sena ya." Kata Bunda. "Ya Bunda, silahkan." Kata Fajri sopan. Sepeninggal Bunda, Fajri langsung merangkul bahu Sena. Fajri mengecup pipi Sena. Sena mendorong tubuh Fajri. "Sena gitu deh, Mas kan mau sayang Kamu. Mas kangen tau." Fajri merajuk. "Malu ih Mas, nanti keliatan adik-adik Sena." Kata Sena menunduk. "Lagian Mas Fajri aneh, ngapel malam jumat. Orang mah malam minggu." Sena merengut. "Loh kan Aku ke sini kasih kabar ke Bunda dari Ibu Aku." Kata Fajri. "Sekarang iya... Kemarin kemarin Mas Fajri kalau datang sesuka hati aja." Sena masih merengut. "Yah kalau dijadwalin, Aku gak bisa mergokin Kamu dong." Canda Fajri. Sena mengerutkan kening nya. "Memang Aku ngapain pake dipergokin?" Tanya Sena. "Siapa tahu selain Aku, ada cowok lain yang ngapelin Kamu." Canda Fajri. Sena mengerucutkan bibir nya. "Kalau Aku seperti itu, ngapain juga Aku bilang-bilang sama Mas Fajri kalau Aku mau dijodohin Bunda. Mending Aku nikah sama selingkuhan ku. Kalau Aku punya selingkuhan." Sena kesal. "Deeeehhh... ngambek..." Fajri memeluk tubuh Sena. "Lagi ada-ada aja kalau ngomong." Sena masih merajuk. Fajri mengusap rambut panjang sena dengan lembut. "Maafin Aku ya, Aku cuma bercanda." ________________________________ Hari minggu siang Keluarga Fajri sudah tiba di rumah Bunda Sena. Bunda Sena, Abang Sena juga Saudara-saudara Sena menyambut Keluarga Fajri dengan tangan terbuka. Fajri dan Sena sudah sepakat kalau Pernikahan Mereka akan dilaksanakan tanggal 3, tiga hari sebelum puasa Rhamadhan. Keluarga Sena dan Keluarga Fajri saling berbincang. "Maaf nih Bunda Sena, Bapak nya Fajri gak bisa datang, lagi kurang sehat, maklum sudah tua. Nanti saja katanya pas akad Nikah, Bapak nya datang." Kata Ibu Fajri membuka obrolan. "Gak apa Bu. Ini juga Saya gak mengundang tetangga, Kita-kita saja. Biar saling mengenal." Kata Bunda. "Rencana nya kapan akad nikah nya, Sena?" Tanya Ibu Fajri. Sena gugup. "Mas..." Sena meminta Fajri yang bicara. "Tanggal 3 bulan besok, Bu. Pas hari minggu." Jelas Fajri. "Berarti dua minggu lagi ya? Apa gak kecepatan?" Wajah Ibu Fajri terlihat tidak suka. Sena hanya menunduk. "Fajri belum punya persiapan apa-apa. Kerja aja belum." Kata Ibu Fajri yang memasang wajah manis. "Maaf Bu... Begini...." Tiba-tiba Abang Sena, Tino menyela pembicaraan. "Kita di sini gak minta macam-macam. Bagi Kita pernikahan yang penting SAH di mata Agama dan Negara. Kalau soal Fajri belum kerja, Insyaa Allah nanti ada rejeki nya. Saya juga dulu waktu nikah masih nganggur, tapi Alhamdulillaah sekarang ada aja rejekinya." Jelas Abang Sena. Ibu Fajri hanya tersenyum, demikian juga dengan anggota keluarga Fajri yang hadir. Obrolan pun berlanjut. Setelah shalat Ashar, Keluarga Fajri berpamitan. "Sena... Antar Ibu ya. Ibu mau ngomong sama Kamu." Pinta Ibu Fajri. "Ya Bu..." Sena sudah tahu, pasti Ibu Fajri ingin memastikan pernikahan diri nya dengan Fajri. Sena mengantar Keluarga Fajri ke depan perumahan. Mereka memang naik taxi. "Kamu yakin nikah dalam waktu dekat ini? Ibu dan Mas Alif gak punya uang loh kalau dadakan begini. Bagaimana kalau abis lebaran saja?" Kata Ibu Fajri. " Lagi pula, ngapain sih buru-buru banget, memang Sena sudah hamil duluan?" Tanya Tante Yani, Adik dari Ibu Fajri. "Astaghfirullaah..." Sena terperanjat. "Sena gak hamil kok Bu, Tante. Sena gak pernah berbuat macam-macam sama Mas Fajri." Sena menunduk. Mata nya berkaca-kaca. Perkataan Tante Fajri melukai perasaan Sena. "Bu... Kalau nikah nya tanggal 3 bulan besok, Alif ga bisa bantu banyak." Kata Mas Alif. "Tuh dengar kan, Sena. Abis lebaran aja ya?" Bujuk Ibu Fajri. Sena menatap Fajri. Fajri mengedipkan mata, mengisyaratkan biar nanti Dia yang ngomong sama Keluarga nya. Sebuah taxi lewat, Alif menyetopkan. "Kita pulang ya Sena.... Lebih baik Kamu pikirkan lagi." Kata Mas Alif. Sena mengangguk. Sena menyalami dan mencium punggung tangan Ibu, Tante dan Mas Alif juga Fajri. Fajri merengkuh bahu Sena. "Kamu tenang ya, nanti Aku yang ngomong sama Ibu dan Mas Alif." Kata Fajri lembut. Sena mengangguk. Taxi pun berlalu meninggalkan Sena. Dengan perasaan tak menentu Sena melangkah pulang. "Gimana Sena? Ibu Fajri bilang apa?" Tanya Bunda sesampai nya Sena di rumah dengan wajah murung. "Ibu Mas Fajri kekeh minta abis lebaran saja, Bun." Sena mengerucutkan bibir nya. "Bunda sih terserah Kamu. Yang penting sudah ada kata ikatan. Tapi abis lebaran mungkin Bunda masih di Kampung agak lama." Kata Bunda. "Nanti Sena bicara lagi sama Mas Fajri. Nanti Mas Fajri kasih kabar ke Sena kalau sudah bicara sama Keluarga nya." Jelas Sena. Sebenarnya Sena tidak keberatan jika pernikahan diadakan setelah Idul Fitri. Cuma perlakuan Fajri pada Sena yang suka melewati batas, membuat Sena agak was-was takut tak bisa kontrol. Apalagi ini menjelang Rhamadhan, Sena tak mau berbuat dosa. ______________________________ Empat Hari Kemudian, Fajri datang ke rumah Sena. "Assalamu alaikum...." Salam Fajri. "Wa alaikumussalaam..." Sahut Bunda yang sedang menjahit di kios nya. "Masuk Fajri. Jadi ke KUA nya?" Tanya Bunda. Fajri mencium punggung telapak tangan Bunda. "Jadi Bunda. Nih Fajri sudah bawa surat-surat nya." Kata Fajri. "Sena mana Bunda?" Tanya Fajri. "Ada di dalam. Tadi lagi ngejemur abis nyuci baju. Mungkin sedang mandi." Kata Bunda yang menyediakan minum untuk Fajri. "Terima kasih Bunda." Fajri menyesap teh nya. Bunda masuk ke dalam memanggil Sena. "Sena.... Fajri udah datang tuh..." Kata Bunda. "Ya Bunda... Sena sedang pake baju. Sebentar lagi Sena keluar." Kata Sena yang ternyata sudah di dalam kamar. Bunda keluar. "Ditunggu aja ya Fajri. Sena sedang di kamar. Bunda mau menyelesaikan jahitan orang." Kata Bunda. "Ya Bunda, silahkan." Kata Fajri. Tak lama Sena keluar dengan rambut nya yang masih basah. Itu membuat Fajri sangat gemas pada Sena. Fajri menghampiri Sena dan segera mencium bibir Sena. Tapi Sena segera menampiknya. "Mas... Sabar iiihhh... Sebentar lagi juga semua nya halal." Kata Sena. "Abis ngurus surat di KUA, Kita gak akan ketemu lagi, Sena. Kita bertemu saat hari pernikahan Kita." Kata Fajri. "10 hari lagi gak lama, Mas." Kata Sena yang sedikit mendorong tubuh Fajri karena ada Kakak Ipar Sena, Lana keluar dari kamar. " Ayo ah berangkat." Ajak Sena. "Berkas-berkas mu sudah siap?" Tanya Fajri. Sena mengangguk. "Mas... Tapi abis dari KUA anterin Sena ya." Pinta Sena. "Kemana?" Tanya Fajri. "Ke rumah Ani." Jawab Sena. "Jadi, Kamu pinjam uang sama Ani?" Tanya Fajri. Fajri memang sudah kenal Ani dari Sena, sebagai teman Sena waktu sama-sama bekerja di Cikarang- Bekasi. Waktu itu saat Mereka jalan-jalan ke Bogor, pulang nya mampir ke rumah Ani. Dan Sena memang sering main ke rumah Ani. Fajri sering menjemput Sena. Sena mengangguk. "Kan Mas tahu sendiri, Aku gak punya persiapan apa-apa, Orangtua Mas juga gak kasih uang." Kata Sena. Fajri mengangguk. "Maafkan Aku... Kamu sabar yah. Setelah Nikah, Kamu langsung bayar uang nya Ani. Insyaa Allah ada rejeki nya." Kata Fajri. Sena mengangguk. Mereka pun berpamitan pada Bunda Sena.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN