Bab 3. Persiapan Pernikahan

1158 Kata
Telepon di rumah Sena berdering. Adik Sena, Vina mengangkat nya. "Hallo, Assalamu alaikum..." Sapa Vina. "Wa alaikumussalaam Dek. Sena ada?" Tanya Fajri, ternyata yang telpon Fajri. "Deeehhh yang mau jadi pengantin, dah kangen yah? Sabar Mas, besok juga ketemu." Goda Vina. Fajri terkekeh. "Hehehehe.... Gak... Mas cuma mau tanya, di rumah pengajian jam berapa?" Tanya Fajri. "Mau tanya jadwal pengajian aja? Beneran gak mau ngomong sama Sena?" Goda Vina lagi. "Abis Kamu gak kasih ijin." Canda Fajri. "Tunggu ya Mas. Calon pengantin wanita nya lagi ngecat kamar. Hehehehe..." Kata Vina. "Haahh?! Ngecat kamar? Kok Sena yang ngerjain?!" Fajri terperanjat. "Ya lagian Mas Fajri gak mau bantuin kesini. Kasian tuh.... Tangannya udah belepotan cat. Hehehehe..." Canda Vina. Vina segera meletakkan gagang telpon dan memanggil Sena. "Sena... Mas Fajri telpon nih, udah kangen katanya... hihihihi..." Canda Vina yang memang posisi nya tak jauh dari kamar Sena. Sena segera meletakkan alat cat nya. "Ya Mas?" Sapa Sena. "Kamu lagi ngapain? Kok ngecat sih?" Tanya Fajri. "Kan Aku udah bilang dari minggu lalu, Mas bantuin kesini tapi Mas banyak aja alasannya... Dipingitlah... Gak boleh sama Ibu lah..." Sena mengrucutkan bibir nya. "Yah nanti lah kalau Aku udah jadi Suami Kamu, Aku bantuin ngecat." Canda Fajri. "Bantuin apalagi? Dah rapih sama Aku." Kata Sena. "Ada apa?!" Ketus Sena. "Kok gitu sih?" Tanya Fajri. "Kata nya dipingit? Gak boleh ngobrol lama-lama." Tegas Sena. "Aku kangen, tau...." Rayu Fajri. "Bodo....!" Ketus Sena. "Udah cepetan ada apa? Kerjaanku belum kelar." Sena mulai kesal. "Iihhh gitu amat sih?! Awas ya besok kalo ketemu." Goda Fajri. "Ibu nanya di rumah pengajiannya kapan?" Tanya Fajri. "Abis Maghrib, mang kenapa?" Sena masih ketus. "Kata Ibu, di rumah mempelai pria harus duluan." Kata Fajri. "Oohhh... Mang ada pengajian juga? Kirain gak ada?" Gerutu Sena. "Kamu tuh yah... Kalo deket Aku gigit nih." Goda Fajri. "Gigit aja tuh gagang telpon." Canda Sena masih ketus. "Besok jangan sampe telat." Sena mengingatkan. "Ya Tuan Puteri..." Canda Fajri. "Udah ya." Kata Sena. "Nanti dulu... Cium dulu dong..." Fajri manja. Sena langsung menutup gagang telpon. Sena langsung masuk kembali ke kamar nya dan meneruskan mengecat. Sedangkan di seberang sana, Fajri menghela nafas sambil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, karena Sena memutus komunikasi Mereka begitu saja. Ibu-ibu tetangga yang bantu-bantu di rumah Sena menggoda Sena. "Kok pengantin ngecat sih?" Sena hanya tersenyum menanggapi godaan Ibu-ibu. "Ya Bu... Abis dadakan. Abang dan Adik nya lagi banyak pesanan jadi gak bisa bantu. Makanya Sena ngerjain sendiri." Jelas Bunda. "Sena memang rajin dari dulu." Puji Bu Bunga. "Kak Sena, sini Aku bantuin." Kata Ria, menantu Bu Bunga. "Gak usah... Sempit kalau Kamu bantuin disini. Kamar nya kecil, yang bantuin besar. Hahahaha..." Canda Sena. "Iiihhh Kak Sena gitu..." Ria mengrucutkan bibir nya. "Udah sana.... Mending Kamu urus anak-anak Kamu tuh... Udah pada makan belum? Disini makanannya belum pada mateng." Canda Sena. Ria hanya terkekeh karena Sena terus memarahi nya dengan bercanda. Jam 10 pagi, pekerjaan mengecat yang Sena kerjakan sudah selesai. Sena bergegas mandi. Kamar Sena memang kecil hanya berukuran 2x3 meter. Itu pun Dia pasang tempat tidur nya yang nomor dua. Kalau nomor satu atau King size, tak akan ada tempat untuk Sena menaruh Lemari dan tempat shalat. Ibu-ibu masih terus menggoda Sena. Karena arah ke kamar mandi melewati Ibu-ibu yang sedang memasak di dapur. Sena kembali hanya tersenyum menanggapi candaan Ibu-ibu. Selesai mandi, Sena meneruskan memasang payet pada kebaya nya yang akan dia pakai besok. Bunda Sena yang menjahitnya. Sena yang merapihkan dan memasang payet. Lagi-lagi Ibu-ibu menertawakan Sena. Tapi Sena tak menghiraukannya. Malah Sena mendengar selentingan kalau pernikahan Sena yang mendadak ini karena Sena sudah hamil duluan. Tapi Sena juga tak menghiraukan. Nanti juga Mereka lihat, Sena hamil atau tidak. Mereka akan rajin menghitung dari tanggal pernikahan hingga Sena melahirkan. Bagi Sena meladeni gosip-gosip tetangga hanya buang-buang energi. Toh Mereka akan tambah senang kalau disikapi dengan emosi. "Masih banyak Sena?" Tanya Bunda yang memang lalu lalang karena sibuk. "Sebelah lagi, Bunda." Jawab Sena. Bunda tersenyum melihat pekerjaan Sena. "Kalau sudah selesai, Kamu istirahat." Pinta Bunda. "Ya Bunda." Kata Sena. Sebenar nya Sena tak tega melihat Bunda nya yang kecapean karena mengurus persiapan pernikahan Sena. Tapi Bunda melarang Sena untuk membantu nya. Vina sedang melipat dus-dus besek untuk bawaan Ibu-ibu yang mengaji nanti sehabis maghrib. Kakak ipar nya repot dengan anak-anak nya. Dia juga masih punya bayi yang baru berusia 2 bulan lebih. Bunda juga tak mempermasalahkan. Sena cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan memasang payet. Pas adzan Dzuhur Sena sudah selesai dengan kebaya nya. Sena menggantung kebaya nya di kamar bersama kain setelannya. Sena hendak melaksanakan shalat dzuhur tapi ternyata Dia kedatangan tamu bulanan. "Gak jadi shalat nya?" Tanya Bunda. Sena menggeleng dan memperlihatkan pembalut pada Bunda nya. Bunda hanya tersenyum. "Ya sudah... Kamu istirahat saja." Pinta Bunda. Sena tak mendengar permintaan Bunda untuk istirahat. Tapi dia malah membantu Vina melipat dus untuk besek. Sena juga membungkus kerupuk udang yang telah digoreng oleh sepupu nya, Kak Mita. Menjelang Ashar, Ibu-ibu yang membantu masak sudah mulai meninggalkan dapur karena sudah banyak yang selesai. Hanya sesekali dua orang Ibu yang mondar mandir memasak nasi. Sena, Vina dan Kak Mita mulai memasukan nasi, rendang, tumis buncis, sambal goreng ati ampela kentang, telor balado dan kerupuk juga pisang dan jeruk ke dalam dus besek. Juga beberapa kue-kue dan air mineral gelas kedalam dus yang lebih kecil. "Sudah Sena... Kamu mandi sana. Sebentar lagi maghrib. Nanti pengajian, Kamu malah ngantuk." Pinta Kak Mita. Kakak Ipar Sena, Lana juga ikut membantu karena Abang Sena sudah tiba di rumah. Abang memang lebih cepat pulang karena acara pengajian di rumah. Sena bergegas mandi. Sena mandi keramas karena merasa tubuh dan rambut nya berkeringat dan berminyak. Vina memberikan luluran pada Sena. "Besok pagi aja Vin, sebelum dirias." Kata Sena. Vina mengangguk. "Besok Aku bantu." Kata Vina. Sena dan Vina memang hanya terpaut usia dua tahun. Vina tak memanggil Kakak pada Sena. Tapi Sena tak pernah protes. Bagi Sena, Vina adalah adik sekaligus teman bermainnya. Sena sudah selesai mandi. Dia bergegas mengeringkan tubuh dan rambut nya. Sena mengenakan gamis warna hijau putih untuk pengajian. "Bun... Sena lagi dapat. Nanti ngaji nya gimana?" Tanya Sena. "Baca saja Sena gak usah pegang Al Quran. Nanti Bu Hajjah, Bunda kasih tahu kalau Kamu sedang halangan. Biasa nya kalau calon pengantin perempuannya sedang berhalangan, bacaan Kamu dikurangi. Kamu hanya menyimak saja." Jelas Bunda. Sena mengangguk. Selepas maghrib, Ibu-ibu tetangga satu RT, juga Guru ngaji Sena, mulai berdatangan. Ada juga teman Bunda yang beda RT, datang ikut pengajian karena Bunda mengundangnya. Bu Hajjah mulai memberi tausyiah untuk mempelai wanita dan Ibu-ibu yang nanti juga akan menikahkan putra putri nya. Pengajian pun dilaksanakan dengan khidmat. Bu Hajjah juga meminta pada Sena untuk meminta maaf pada Bunda dan Abang Sena. Juga minta ijin agar besok dinikahkan dengan calon Suami Sena. Setelah acara selesai, Ibu-ibu membaca shalawat sambil bergantian menghias telapak tangan Sena dengan inai atau hena. Acara pengajian telah selesai. Vina dan Kak Mita membantu Sena menyelesaikan menghias telapak tangan dan kaki Sena dengan inai atau hena.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN