JAKARTA, AKU DATANG

1024 Kata
Dua tahun berlalu… Btari tersenyum lebar! Ia akan kembali ke Indonesia. Banyak projek menantinya. Satu hal yang membuatnya semangat adalah... Ia berkolaborasi dengan Taqi untuk membuat satu drama spesial akhir tahun. Kali ini, bukan sebagai asisten Taqi Saskara tapi co-writer! Namanya akan tertera sebagai penulis! Bayangkan namanya akan tercantum sebagai penulis. Screenwriter, Btari Kamala! Ok, dia masih menjadi co-screenwriter, tapi ini hal yang luar biasa! Kolaborasi bersama Taqi Saskara? Pengalaman yang sangat berharga sekali baginya. Satu langkah maju mencapai cita-citanya sebagai penulis skenario ternama. Dan, Taqi sungguh menjadi mentor terbaiknya. Ia telah membuka peluang untuknya agar terus maju. Taqi hanya bilang, “Btari, kamu bagus pada setiap hal yang kamu kerjakan. Dan, aku percaya kamu..” Btari senang, Taqi menghargai hasil kerjanya. Tiba-tiba pintu apartemennya ada yang mengetuk. Btari membukanya. Di hadapannya, sahabatnya selama dua tahun berkuliah, Lintang Djani. “Hai.. Sudah selesai packing? Perlu bantuanku?” Lintang tersenyum dengan tampannya. Btari membalas senyumnya, “Tidak, semuanya sudah selesai. Banyak barang aku donasikan, dan sisanya ada 3 koper besar. Aku tahu itu terlalu banyak, tapi membayar ekstra bagasi rasanya lebih aman daripada mengirimnya lewat courier. Bagaimana menurutmu?” “Lakukan yang menurutmu terbaik. Aku hanya akan menjadi pembantumu saja..” Lintang tertawa lebar. “Ok, terima kasih banyak,” “Kamu bawa berapa koper?” Btari melirik sekilas dan melihat kalau Lintang hanya membawa satu koper kecil. “Hanya satu. Yang aku pegang,” Lintang menunjukkan koper itu, “Aku masih akan kembali ke sini bukan? Buat apa aku membawa banyak barang?” “Ok, ok..” Btari mulai mengeluarkan koper-kopernya. Lintang memanggil pengemudi mobil yang mereka sewa untuk membawa mereka ke bandara dan membantunya membawa koper-koper itu. Btari berkaca sesaat di cermin yang ada di dekat pintu keluar. Rambut panjangnya terurai rapi, make up tipis menutupi wajahnya. Ia mengenakan celana jeans, kemeja putih yang masuk ke dalam celana jeans-nya, dan coat panjang selutut berwarna hitam. Ok cantik! Ia memuji dirinya sendiri. Lintang tergelak, “Kamu cantik Btari, jangan terus-terusan menatap dirimu sendiri.” Btari tersenyum lebar, “Ok, bagus kalau aku cantik. Aku ingin kembali ke Jakarta dengan semangat baru.” Ia menutup pintu apartemennya, “Bye!” Lintang tertawa, “Kamu akan kembali ke sini sesekali bukan, jangan terlalu sedih.” “Aku tahu, tapi aku harus berpisah dengan apartemen ini,” Btari merasa mellow dan dengan perlahan berbalik menjauh dari apartemen yang telah menjadi rumahnya selama dua tahun terakhir ini. Mereka bergerak menuju Changi Airport. Destinasi penerbangan: Jakarta, Indonesia. *** Lintang Djani Biantara. Sosoknya tampan dan baik hati. Anak yang cerdas dan memiliki kepribadian baik. Banyak yang mengenalnya sebagai Djani. Tidak banyak yang tahu nama keluarganya atau nama belakangnya. Kenapa? Alasannya, karena memang Lintang merahasiakannya. Satu hal, nama Biantara mungkin saja ada yang mengetahuinya. Itu nama besar papanya, Padmana Biantara. Padmana Biantara merupakan konglomerat di tanah air. Ia pemilik dari stasiun televisi PBTV dan juga rumah produksi terbesar di Indonesia, yaitu BIANTARA PICTURES. Ia tidak ingin terlibat langsung dalam usaha papanya. Cita-citanya adalah menjadi seorang sutradara ternama. Lintang mencintai dunia film dan teater, itulah alasannya mengambil kuliah jurusan Teater dan Film. Ayahnya berharap ia bisa berkuliah ke Amerika, pusat industri hiburan dunia. Tapi, Lintang berpikir untuk berkuliah di Singapura karena dekat dan masih erat dengan culture Asia. Kecintaannya pada dunia film dan teater mungkin warisan dari sang mama, aktris ternama Avanti Banurasmi. Sang mama begitu mendukungnya untuk menjalani perkuliahan ini, meski sedikit sedih karena harus berjauhan dengan anak satu-satunya. Mamanya juga menjadi alasan baginya memilih kuliah di Singapura. Agar mama bisa mudah mengunjunginya sesering mungkin. Lintang sangat mencintai mamanya. Kesibukan papanya, membuat Lintang begitu dekat dengan sang mama. Ia mungkin mama boy, dalam arti yang positif. Tentu tidak dalam konteks manja, hanya saja, mama seperti segalanya untuknya. Sang mama sangat paham, kalau Lintang tidak ingin orang-orang tahu siapa dirinya. Jadi, sangat lucu, setiap kali berkunjung ke Singapura, sang mama diam-diam memintanya berkunjung ke hotelnya menginap. Lintang memang sangat secretive. Tidak banyak yang tahu, siapa mama dan papanya. Hanya orang yang tepat, suatu hari akan mengetahuinya. *** Di bandara, Btari dengan tak sabar menunggu penerbangannya berangkat. Ia dan Lintang berada di ruang tunggu. “Kenapa kamu seperti tidak sabar?” Lintang terus-terusan tersenyum menatap Btari yang mondar-mandir tidak jelas. “Aku grogi. Dua tahun ini tidak pulang sama sekali. Bagaimana Jakarta sekarang? Bagaimana Indonesia?” Btari dengan berseri-seri menunjukkan rasa tidak sabarnya. Lintang tergelak, “Sekarang era digital, kamu tahu bukan dari pemberitaan. Tinggal klik apa yang kamu mau tahu!” Btari tertawa, “Berbeda bukan rasanya menjejakkan kaki secara langsung dengan melihat di layar komputer atau ponsel.” “Lagipula, kamu aneh. Kenapa tidak pulang ke Jakarta. Singapura hanya dua jam penerbangan, satu bulan sekali atau dua bulan sekali pulang rasanya tidak repot,” Lintang terus-terusan menatap Btari yang begitu sumringah. “Aku sudah menjelaskan bukan? Pertama, apartemenku aku sewakan pada temanku. Jadi tidak ada tempat tinggal kalau aku ke Jakarta. Hotel rasanya terlalu boros. Kedua, tidak ada keluarga yang wajib aku kunjungi, mama dan papaku sudah tidak ada. Ketiga, Taqi, Septha dan teman-temanku di tempat kerja cukup sering datang ke sini.. Rasanya tidak perlu aku berkunjung ke Jakarta,” Btari menjelaskan alasannya. “Ya. Ya. Ya. Aku tahu, hanya saja, kamu terlihat bersemangat sekali..” Lintang mengelengkan kepalanya dan tersenyum. Sampai terdengar bunyi “DING”. Btari tersenyum menatap Lintang, “Kamu dengar! Kamu dengar! Kita boarding sebentar lagi!” Lintang menyunggingkan senyum, tanpa suara. “Good afternoon, ladies and gentlemen. Boarding for passengers of Singapore Airlines on flight number SIA33 to Jakarta, Indonesia. We would like to invite those passengers with small children and any passengers who require special assistance to start boarding first. Please have your boarding pass and identification ready. Regular boarding will start in approximately ten minutes. Thank you.” (Selamat sore, penumpang sekalian. Boarding untuk penumpang Maskapai Singapore Airlines dengan nomor penerbangan SIA33 tujuan Jakarta, Indonesia. Kami mengundang para penumpang dengan anak kecil dan penumpang yang membutuhkan bantuan khusus untuk melakukan boarding terlebih dahulu. Mohon persiapkan pas naik dan identifikasi Anda. Boarding regular akan mulai dalam waktu sekitar sepuluh menit. Terima kasih) Btari tak henti tersenyum. Jakarta, here I come! ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN