Pelaminan

525 Kata
"Jadi, nanti di acara pernikahan yang akan kita datangi, kamu wajib menjadi aktor dulu," katanya sambil memfokuskan mata pada jalan raya. "Di sana pasti banyak orang penting, Pak." "Ya. Banyak banget, Nay. Makanya saya ajak kamu biar di sana saya gak bosan," jelasnya. Anjir! Aku cuma jadi pelengkap saja. "Terus? Misi saya jadi aktor, gimana?" "Kamu berpura-pura menjadi kekasih saya," tukasnya. "Pacar?" "Iya. Apa saya kurang jelas bicaranya? Pura-pura sebagai pacar sekaligus tunangan." "Tapi, ini hanya pura-pura kan, Pak?" "Iyalah. Ngapain juga saya pacaran sama kamu anak bau kencur," sambungnya lagi. What??? Tunggu dulu! Dia bilang ngapain dia pacaran sama anak bau kencur? Salah minum obat atau kepalanya kebentur tembok, lalu dia amnesia? Kan tidak mungkin. Terus yang kemarin sambil makan jagung itu apa? Apa dia cuma mau aku perhatiin kayak dulu saat pertama kali mengejar itu orang? Astaga! aku terjebak dalam buaian lelaki Php. Sialan kamu Erlangga! "Oke. Ada lagi?" "Sementara itu saja cukup. Nanti saya tambahin lagi kalau ada perubahan." Tanpa terasa mobil pun membawa kami ke tempat resepsi pernikahan. Entah pernikahan siapa itu, aku tidak tahu. Yang jelas aku cuma diajak, ya wajib mengikuti bukan? "Ayo, turun!" titahnya. "Ingat, pura-pura jadi pacar saya." "Iya, saya paham. Tanpa dijelaskan berulang pun saya paham," kataku sedikit ketus. "Bagus! Mari kita awali acara ini dengan kepura-puraan sebagai pasangan kekasih." Lelaki itu berjalan dengan gagah sambil meraih tanganku, kemudian dia menggamitnya. *** Guru Tengil itu berjalan gontai sambil sesekali melirik ke arahku yang berjalan beriringan dengannya. Saat pria dingin dan absurd itu mendekat ke arah sang pengantin, mendadak kami bagaikan bintang Hollywood yang hendak mengambil piala penghargaan, sebab Banyak pasang mata Melihat ke arah kami. "Pacar baru, Ga? Atau cuma pasangan pura-pura?" sahut seorang pria yang sedang berdiri di depan guru galak di sekolah ku. "Iya," jawabnya santai. masih terlihat jelas pembawaannya yang tenang saat melewati pengantin wanita. "Selamat, ya, Ren. Selamat menempuh hidup baru." Tampak Pak Erlangga menyalami tangan pengantin wanita. Sikapnya agak kikuk di saat pengantin wanita itu belum juga melepaskan tangan Pak Erlangga. Suara deheman mengumandang di telinga. Namun, pengantin wanita itu belum juga mau melepaskan tangannya menjabat Erlangga. "Kalau masih dipegang, jangan salahkan aku kamu bakalan gak bisa move on," celetuk Erlangga. Pengantin wanita itu mencebik, "Masa? Bukannya kamu yang belum bisa move on dariku? Buktinya, kamu ke sini bukan dengan kekasih nyata." "Kamu gak lihat klo dia ini manusia? Bisa-bisanya dibilang gak nyata," sindir Erlangga. Dia menarik tanganku lalu merangkul tubuhku hingga bisa kurasakan aroma harum tubuhnya yang maskulin. "Cieee yang gak bisa move on. Kasian banget, sih." Lagi, si pengantin wanita itu menyindir Erlangga. "Terserah kamu lah. Aku bawa yang nyata, malah gak percaya. ya sudah bye!" Akhirnya Erlangga pun bisa secepatnya meninggalkan pengantin wanita itu... Namun, di saat aku hendak menyalami tangan pengantin wanita itu, mendadak si wanita itu membisikkan sesuatu padaku. "Kuyakin, Erlangga belum bisa move on dariku. Tapi, aku yakin kamu bisa membuatnya jatuh cinta untuk yang kedua kalinya." "Titip Erlangga, ya! Jangan sampai dia kecewa untuk kedua kalinya. Aku yakin kamu perempuan yang baik untuknya." Setelah mengatakan itu, pengantin wanita yang tadi membisikkan kata-kata padaku, dia pergi ke ruangannya untuk mengganti gaun pengantin yang baru. []

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN