Acara makan siang bersama berlangsung tenang. Tidak ada bahasan kompetisi di sana, yang ada cerita mengenai beberapa kerusuhan yang terjadi di negara lain.
Dua kaisar itu pun mengeluarkan pendapatnya. Selama tidak mengganggu ketertiban negara dan kerajaan kita, maka kita tidak bisa melakukan apa pun.
Sekaligus, menyampaikan informasi untuk meneruskan proses penilaian demi menentukan pria pilihan yang sesuai.
"Selama pertandingan masih berlangsung, saya tidak bisa terus mengawasinya di sini karena Kerajaan Shan butuh saya. Jadi, anak saya dan beberapa dayangnya akan tinggal bersama di sini. Apa anda mengizinkannya?" tanya Kaisar Han.
"Tentu saja! Saya bisa jamin keselamatannya akan aman di sini. Lagi pula dia kelak akan menjadi menantu di sini, kami pasti akan berusaha beradaptasi dengan sesuatu yang baru," jawab Kaisar Hongli.
Mereka pun tersenyum mendengarnya. Si anak apa lagi - bukan main senangnya karena bisa tinggal di istana Kangxi beberapa hari ini. Sebenarnya ibu Li Wei tidak setuju, tetapi Kaisar membiarkannya asal semua aman.
Setelah makan siang, para pelayan dan pengawal yang bertugas sedang mempersiapkan arena pertandingan. Kaisar Hongli mengajak empat tamunya untuk berkeliling sejenak. Empat pangeran ikut berjalan di belakang.
Pangeran Kerajaan Shan bergabung dengan mereka dan berbincang-bincang. "Aku dengar diantara kalian ada yang berhasil menguasai yoyo ajaib, benarkah itu?" tanya Han Anming pada Jiangyi, pangeran paling dekat dengan posisinya saat ini.
Jiangyi mengangguk, "Ya, dia adikku, Wang Liangyi."
Pria itu melihat ke arah Liangyi. "Aku sangat penasaran, seberapa ajaibnya yoto itu?"
Liangyi tersenyum, "Yoyo ini mungkin terlihat biasa dan kuno, tetapi hanya aku yang bisa mengangktnya," jawabnya, sambil menunjukkan yoyo itu.
"Serius? boleh aku mencobanya?" tanya Han Anming.
"Boleh." Liangyi menghentikan langkah, berdiri di hadapannya kemudian memintanya mengambil yoyo itu dari telapak tangannya.
Pangeran lain yang sudah terkena efek yoyo itu pun memperhatikan dengan rasa penasaran. Pangeran Shan mencobanya dengan pemikiran mudah. Perlahan pria itu mengarahkan tangan ke atas telapak tangan Liangyi, jemarinya mulai mendekati yoyo dan mencoba mengangkatnya, tetapi tidak bisa.
Spontan Pangeran Han Anming mendelik tidak percaya kalau benda seperti mainan itu tidak mampu diangkatnya. Chen dan Chang pun senyum-senyum sendiri.
"Wah, benar-benar sulit! Secara nalar, ini tidak diterima sama sekali, tetapi setelah aku mencobanya, sekarang aku percaya bahwa kau memang orang yang terpilih untuknya."
Jiangyi mengangguk setuju. "Benar, aku mengakuinya."
"Hmm, senang bisa membuktikannya sendiri dan kelak bisa menyanggah ucapan orang yang meremehkan yoyo ini, " ujarnya.
"Terima kasih banyak, Pangeran!"
Pria itu pun mengajak mereka berjalan lagi. Chen mau pun Chang dengan keramahannya menjelaskan beberapa tempat yang ada di istana, sang pangeran Shan pun melihat serta mengingatnya.
"Apa kalian tidak punya adik perempuan?"
"Tidak! kami adalah anak paling kecil," jawab Chen sambil menunjuk ke arah kakaknya.
*
Han Anming, masih merasa tidak percaya kalau ceriita yang tersebar itu ternyata benar. Kalau bukan karena adiknya dijodohkan dengan salah satu anak dari Kaisar Hongli, pasti mereka tidak akan pernah bertemu.
“Ada apa, Kak?” tanya Adiknya.
“Ahaha, tidak ada.” Anming menyimpan rahasia itu agar tidak mengubah perasaan adiknya yang mungkin jatuh ke pangeran lain.
“Kak, menurut kakak, siapa yang lebih hebat?” tanya Li Wei.
“Masih belum bisa ditentukan, pertandingan baru sekali terjadi.”
“Hmm, benar juga.” Li Wei pun menjaga bicaranya karena acara makan siang akan segera dimulai.
Semua tamu dijamu dengan spesial. Makanan, minuman yang disajikan juga khusus. Tidak membuat mereka kecewa sama sekali.
Kaisar Hongli mempersilakan mereka menikmatinya. Liangyi makan secukupnya saja, tidak mau terlalu banyak karena bisa membuatnya mengantuk.
Namun, Chang dan Chen terlihat sangat lapar. Semangat sekali menghabiskan makanan di piringnya. Begitu pula Anming yang ternyata suka dengan makanan khas Kangxi.
Jiangyi memperhatikan Li Wei yang sedang makan dengan sopan serta teratur. Dia menyukai kudapan ringannya. Makanan yang terbuat dari kulit pangsit diisi adonan mawar dan kelapa itu menjadi menu favoritnya.
Liangyi memperhatikan kakaknya sejak tadi terus melihat putri kerajaan Shan tersebut. Dia merasa bersalah karena membuat kakaknya kalah pada pertandingan pertama tadi.
Liangyi berusaha mengalah pada pertandingan kedua nanti.
*
Seusai makan siang.
Mereka semua masih di ruangan itu. Kaisar Hongli melarang semua untuk berpindah tempat.
Alasannya adalah karena pertandingan kedua akan diadakan di tempat itu juga.
Keempat pangeran saling melirik dan mencoba menerka kompetisi selanjutnya. Saat ini di hadapan mereka tidak ada apa pun, di sekitar juga tidak dipasang apa pun. Liangyi bingung dengan ide ayahnya.
Hongli memetik jari dan pelayan pun datang membawa beberapa kue gula beraneka ragam bentuk. Semua orang terpana, memperhatikan kue yang dihadapkan di depan para pangeran.
Liangyi mengernyit, mencium aroma menyengat dari kue itu. Sungguh dia tidak menyukai aroma karamel tersebut. Liangyi mengelus ujung hidungnya dan menoleh ke kiri untuk menghirup udara lebih segar agar tidak pusing.
“Pertandingan kedua akan diadakan di ruangan ini berdasarkan kesepakatan kami,” kata Hongli.
“Kalian coba perhatikan baik-baik bentuk serta aroma yang ada di sepuluh kue itu,” perintahnya mulai dijabarkan.
“Pertama, kalian harus mengambil dua dari sepuluh kue itu yang menurut kalian isinya adalah anggur dan juga pisang.”
Liangyi mengerti, ayahnya ingin membuat tantangan menentukan sesuatu tanpa harus di pegang dan dicium langsung.
“Opsinya hanya satu sebagai alat bantu. Di piring kecil tepat di hadapan kalian, ada lidi runcing kecil yang bisa digunakan untuk menusuk 3 jenis saja dan tentukan jawabanmu saat itu juga.”
Hongli selesai menjelaskannya, kemudian diambil alih oleh orang kepercayaannya untuk memandu pangeran melakukanya. Kali ini tempat duduk menjadi nomor yang beruntung bagi mereka. Lagi-lagi Liangyi mendapat urutan terakhir. Suatu bentuk kesialan untuk pria tersebut sejak tadi terus dapat nomor terakhir.
Liangyi malah berterima kasih pada nasibnya dan berharap tidak menang sama sekali. Jiangyi yang bertekad menerima Li Wei dari jalur penilaian, terus memperhatikan kue gula di hadapannya. Dia tidak mau kalah sama sekali dari Liangyi atau pun adiknya yang lain.
Selama Chang melakukan pengecekan rasa dari bau makanan itu, Liangyi hanya memperhatikan saja. Kue berbentuk bunga dan bulan yang dipilihnya secara serius itu pun telah diamankan setelah Chang memastikan kalau penciumannya benar.
Tiga pangeran lain sudah mengambil bagian. Tinggal Liangyi yang sudah pasrah pada pilihan di hadapannya. Liangyi meminta bubuk kopi pada pelayan sebelum menghirup aroma kue gula tersebut.
Jiangyi memejamkan mata sebab langkahnya termasuk salah satu cara jitu agar menghilangkan titik lelah saraf penciuman yang sejak tadi sudah menghirup banyak aroma.
Liangyi mencium aroma bubuk kopi tersebut beberapa saat kemudian menenangkannya, menjauhkan wadah itu dan berusaha fokus pada 4 piring yang tersisa.
Liangyi hanya bisa menusuk 3 saja dan memilih 2 diantaranya. Liangyi mencium satu persatu dahulu sebelum menusukkan lidinya untuk lebih memastikan.
Ketika hidungnya berada di atas kue berwarna hitam, dia bisa mencium aroma anggur di sana. sementara tiga kue lainnya beraroma mirip. Liangyi menetralkan indra penciumannya yang sudah digunakan.
Selanjutnya dia pun memilih kue berwarna cokelat muda untuk ditusuk. Liangyi menghirupnya dengan fokus, alis kirinya bergelombang.
Ah, ini bukan aroma pisang, tetapi apel, gerutunya dalam hati karena salah.