Dalam perjalanan menuju hotel tempat rapat yang sudah dijanjikan Rey dan Kanaya sama-sama diam , sibuk dengan pikiran masing-masing . Sesekali terdengar helaan nafas dari keduanya .
‘ Suasana apa ini ?! ‘ umpat Kanaya sebal .
“ Pak joko , bungkusan yang tadi mana ? “ tanya Rey memecah keheningan .
“ Oh ini tuan “ ucap pak joko sambil memberikan bungkusan yang di maksud Rey .
“ Makasih pak ! “
Rey mengambil bungkusan itu lalu menyerahkannya pada Kanaya yang hanya menatap bungkusan itu bingung .
“ Pake , biar baju lo sedikit lebih formal ! “ perintah Rey sok tegas .
“ Idih , lo juga yang nyuruh gue pake baju ini ! Dasar plin-plan ! “ umpat Kanaya sambil membuka bungkusan itu .
“ Oh my god ! “ seru Kanaya membuat Rey menoleh kearahnya .
“ Ini bagus banget... tapi lo gak lagi nyuap gue kan ?! “ tanya Kanaya dengan mimik muka berubah 180° dalam 3 detik .
“Menyuap ? “ Rey mengernyitkan keningnya bingung .
“ Ya , nyuap . Siapa tau pertemuan lo kali ini adalah pertemuan dengan bandar narkoba , dan lo nyuap gue buat tutup mulut . Iya kan ?! “ tuding Kanaya asal .
Rey makin melongo mendengar perkataan Kanaya . Ia hanya geleng-geleng kepala sambil terkekeh pelan. Mendengar tudingan Kanaya yang menggelikan menurutnya.
“ Tuh kan , lo ketawa ! Berarti bener , lo mau ketemu bandar narkoba ?! “ tanya Kanaya yang panik .
Ia takut , jika nanti ia masuk ke dunia gelap maka siapa yang akan membantu bunda panti membiayai anak-anak panti yang lainnya?
Lalu bagaimana jika mereka tidak beruntung dan berakhir di penjara ?
“ Ya bener . Tapi bukan mau ketemu , udah ketemu malah “ ucap Rey santai sambil menatap Kanaya .
“ U.... uudah.. kee.. temu ?! “ Kanaya makin panik mendengar jawaban Rey .
“ Ya , bukan bandarnya tapi narkobanya “ jawab Rey singkat .
“ Nar...narkobanya ? Kapan ? “ Tanya Kanaya lagi .
“ Tadi pagi sampe sekarang “
“ Dimana ? “
“ Dimobil , di salon... mungkin “ jawab Rey enteng .
“ Mobil ? Salon ? Kok gue gak liat ? Siapa yang ngasih lo narkobanya ?! Jangan buat gue takut “ cerca Kanaya
“ Kamu... “ Rey mengucapkannya dengan pandangan sendu .
“ Hah ?! “
“ Kamu.. narkobanya Nana. Segala hal yang ada di diri kamu buat aku kecanduan . Kamu narkoba , narkoba bagi diriku ! “ ungkap Rey tulus sembari memasangkan blazer hitam yang tadi dibelinya di tubuh Kanaya .
Kanaya merasa pipinya panas seketika , mendengar perkataan tulus Rey dan mengingat tentang prilaku Rey yang akhir-akhir ini berubah menjadi lebih manis terhadap dirinya .
Ia memalingkan wajahnya kearah jendela mobil , tak sanggup bertatapan langsung dengan wajah Rey yang memang begitu tampan .
Suasana didalam mobil kembali lengang , tak ada pembicaraan ataupun suatu pembahasan .
Hanya suara hiruk-pikuk kendaraan dari luar mobil yang memang tidak terlalu terdengar .
Rey juga sudah kembali sibuk dengan laptopnya , entah apa yang dia kerjakan .
Sedangkan Kanaya lebih memilih untuk melihat isi galeri ponselnya . Ia menggeser kekanan sampai foto terakhir lalu menggeser kiri , kembali ke awal , begitu seterusnya ,
Karena pikirannya saat ini hanya dipenuhi oleh perubahaan sifat bos nya itu .
Kanaya melirik sekilas ke arah Rey yang fokus pada laptopnya . Ia menghela nafas berat , lalu kembali menatap layar ponselnya .
Rey yang mendengar helaan nafas disampingnya pun menoleh , tepat setelah Kanaya memalingkan wajahnya .
“ Kamu kenapa ? Sakit ? “ Rey bertanya dengan nada lembut yang otomatis membuat Kanaya kembali menoleh kearahnya .
‘ Ya Tuhan.... apalagi ini...? Tatapan sendu dan sorot mata khawatir yang membuat wajah tampannya terlihat sangat menggemaskan..... Oh rasanya aku ingin menggigit pipi itu ! ‘ Kanaya bermonolog dalam hatinya .
“ Nana , kamu baik-baik aja ? Wajahmu merah , kamu demam ? “ Rey meletakkan laptopnya asal lalu bergeser agar lebih dekat dengan Kanaya .
Ia menarik tengkuk Kanaya dengan satu tangannya lalu mendaratkan bibirnya di kening Kanaya cukup lama .
Kanaya hanya diam terpaku , tangan kakinya lemas seketika , tak sanggup mendorong tubuh kekar Rey .
Kanaya menyentuh d**a sebelah kirinya , tempat sang jantung yang rasanya hendak keluar dari lindungan sang rusuk .
Wajahnya makin memanas dan ia yakin bahwa warnanya sudah mirip kepiting rebus saat Rey belum juga menyudahi kecupannya .
“ Aku nggak ngerasa bibirku terbakar , berarti bukan demam . Tapi , wajahmu kok makin merah ya ? “ Rey bertanya seolah ia tak mengerti apa yang terjadi .
Kanaya segera sadar dari keterpakuannnya , dan langsung menatap Rey dengan tatapan tak terima .
“ Wajah gue yang kebakar , bego ! “ seru Kanaya tanpa sadar dan itu berhasil membuat Rey makin melebarkan senyumannya .
“ Eh.. maksud gue , ngapain lo main nyosor- nyosor seenaknya , lo gak tau apa kalo wajah gue ada virus HIV nya ?! “ tanyanya dengan rasa kesal dan sesal tingkat dewa .
“ Gak tau tuh “ Rey mengangkat bahunya lalu kembali terkekeh mengingat kelucuan Kanaya.
“ Ngapain lo ketawa-ketawa sendiri , heh ?! udah kayak orang gila aja ! “ tanya Kanaya sewot.
“ Emang “ Rey menjawab enteng.
“ Akhirnya lo ngaku kalo lo orang gila , pak joko langsung ke RSJ aja pak ! Nih ada orgil nyasar ! “ seru Kanaya.
“ Kalo pun aku harus ke RSJ itu berarti apart kamu , dokternya juga kamu , obatnya kamu juga , karena aku tergila-gila hanya padamu ! “ Rey menjawab dengan mode-gombal-on .
“ Tau ah , Bo , Do , A , Mat ! “ ucap Kanaya kesal dan penuh penekanan .
Mungkin ia sudah tak tahan lagi menghadapi bosnya yang berhasil bertransformasi menjadi raja gombal .
Pak joko yang sedari tadi melihat tingkah dua sejoli itu hanya geleng-geleng kepala. Sambil menahan tawanya.
Pasalnya mereka juga sudah bukan lagi anak remaja yang sedang dimabuk cinta , mereka ini sudah dewasa tapi masih saja bertingkah seperti itu .
“ Tuan , nona , kita sudah sampai “ ucap pak joko memberi tau .
“ Oh sudah sampai , yasudah pak joko bisa langsung pulang , nanti saya kabari kalo sudah selesai ! “ kata Rey santai .
Rey memang sudah menganggap pak joko seperti saudaranya , karena pak joko sudah menjadi sopir pribadinya sejak Reynand berumur 4 tahun hingga sekarang .
“ Baik tuan “
Rey dan Kanaya memasuki pintu masuk hotel berbintang tempat mereka akan melakukan pertemuan kerja sama .
“ Maaf , ada yang bisa kami bantu tuan ? “ tanya seorang resepsionis wanita .
“ Reynand Pratama , saya sudah membuat janji temu dengan tuan Lansky “ Reynand menatap jengah resepsionis yang terlihat seperti sedang menggodanya .
“ Baik tuan Pratama , tuan Lansky sudah menunggu anda . Silahkan ikuti saya , saya akan mengantar anda “ jawab resepsionis dengan senyum genitnya.
Rey dan Kanaya pun mengikuti arah yang ditunjukan oleh si resepsionis .
Awalnya si resepsionis berjalan di depan mereka namun lama kelamaan ia memperlambat langkahnya didepan Kanaya , hingga Kanaya mundur dan berjalan di belakang Rey .
Rey melihat tingkah si resepsionis yang makin seperti jalang itu pun menghentikan langkahnya .
“ Maaf nona , bisakah anda berjalan didepan bukan disamping saya ! Karena hanya istri sayalah yang berhak berada di samping saya ! “ ucap Rey dingin dan tegas , sambil menarik pinggang Kanaya yang ada dibelangkanya lalu memeluknya posesif .
“ Ma... maaf tuan “ si resepsionis itupun melangkah maju dengan gugup .
“ Jika anda bosan dengan pekerjaan ini , saya akan dengan senang hati membantu Anda membuat surat pengunduran diri dan mencarikan pekerjaan yang lebih cocok dengan anda ! “ kata Rey sinis .
“ Pekerjaan yang lebih cocok ? Apa itu ? “ Kanaya bertanya dengan polosnya
“ Mm... menurutmu apa sayang ? Dia pandai menggoda , walau caranya sedikit norak ! mungkin di club malam , menjadi penghangat ranjang lelaki hidung belang , bagaimana cocok bukan ?! “ tanya Rey penuh penegasan .
“ Saya tidak berani tuan , saya mohon maaf “ Si resepsionis itupun menggeleng keras dan langsung mempercepat langkahnya
‘ suruh sapa lo ngegoda pak Rey si manusia es , beku kan lo ? ‘sindir Kanaya dalam hati
Kanaya terkekeh pelan sambil mengimbangi langkah lebar Rey , mungkin karna senangnya ia melupakan bahwa masih ada tangan kekar yang melingkar dipinggang nya .
Resepsionis itu terus menunjukkan arah , saat ini Rey dan Kanaya sedang melewati lorong dengan dinding kaca yang memperlihatkan langsung pemandangan disekitar nya.
Kanaya menatap takjub sepanjang perjalanan , hamparan rumput luas dengan beberapa pohon rindang disamping kanan dan kiri dinding kaca .
Suasana yang nyaman dan asri tersaji membuat siapapun yang melihat akan merasakan kedamaian .
“ Tuan silahkan masuk , tuan Lansky sudah menunggu anda didalam “ Resepsionis itupun melangkah tanpa berani menatap Rey dan Kanaya .
Mereka memasuki sebuah ruangan yang cukup luas dengan arsitektur Eropa kuno yang mendominasi ruangan tersebut .
“ Wah... sekarang gue ngarasa kayak lagi di museum “ ucap Kanaya yang tak bisa menutupi rasa kagumnya .
“ Ini belum seberapa Nana , nanti aku bakal ngajak kamu ke tempat yang lebih mengagumkan dari pada ini “ Rey melipat tangan didepan d**a dengan nada sombong khas nya .
“ Emang gue mau sama lo ? “ tanya Kanaya sinis.
“ Harus mau dong , kan aku suami kamu “ Rey menyolek dagu Kanaya .
“ Mimpi ! “ Kanaya menepis tangan Rey dengan bersungut-sungut .
“ Kalian sudah datang ? “ Suara penuh karisma dari laki-laki 60 an itu menghentikan ‘ adegan bertengkar ‘ Rey dan Kanaya .
“ Selamat siang tuan Lansky “ sapa Rey dengan senyum tulus
“ Tak usah terlalu formal Rey , kita akan membahas yang santai-santai saja “ Tuan Lansky tersenyum sambil memperhatikan Kanaya .
“ Siapa gerangan wanita cantik yang berada disampingmu itu Rey ? Calon istrimu ? “ tanyanya penasaran .
“ Ya... begitulah “ Rey menyengir lebar .
“ Dasar kau anak nakal , aku yakin 100% bahwa kau memaksa gadis cantik ini bersamamu ? Benarkan gadis cantik ? “ tanya tuan Lansky , ia menatap Rey dan Kanaya bergantian .
“ Ah , itu benar tuan Lansky ! Dia adalah orang pemaksa yang tak berperasaan ! “ ucap Kanaya yang merasa telah mendapat dukungan.
“ Kau harus berusaha lebih keras Rey , dia bukan gadis yang mudah “ bisik tuan Lansky yang membuat Rey langsung mengangkat kedua jempolnya tanda ia setuju
“ Kau datang Rey ? “ tanya seorang wanita yang masih terlihat sangat cantik diusianya yang telah lanjut usia.
“ Nenek ? “ Rey langsung menghampiri wanita yang ia panggil nenek itu dan langsung memeluknya.
“ Baik gadis cantik , siapa namamu ? “ tanya tuan Lansky pada Kanaya yang masih tercengang menatap sikap ‘ baru ‘ Rey
“ Oh.. maaf tuan , nama saya Kanaya “
“ Kanaya , apa kau mencintai Rey ? “ tanya tuan Lansky tepat sasaran
“ Eh , maaf ? “ Kanaya kebingungan menjawabnya , ia bahkan tak tau bahwa ia menyukai Rey atau tidak
“ Apa kau mencintai Rey ? “ Tuan Lansky mengulang pertanyaannya .
‘ Apa benar aku mencintai Rey ? Apa rasa ini yang disebut cinta ? ‘ tanya Kanaya dalam hatinya . Sebab ini adalah rasa yang baru dalam hidupnya. Dan belum pernah sekalipun ia merasakan debarannya.