BAB 7. INIKAH CINTA??

1622 Kata
Setelah acara malam bersama Reynand tersebut. Kanaya bisa sedikit lebih tahu, bahwa sebenarnya Reynand adalah pria yang baik. Terbukti dari segala bentuk Omelan dan amarahnya yang terkadang menyakitkan. Sejujurnya, ia bersikap demikian untuk kebaikan dan kamajuan para karyawannya yang memang masih memiliki sikap yang pemalas akut. Perlahan-lahan, Kanaya mulai mengerti Seperti apa sosok Bos besarnya tersebut. Tanpa terasa, Kanaya telah bekerja beberapa bulan di Perusahaan Reynand. Waktu enam bulan sudah cukup bagi Kanaya untuk memahami sifat-sifat bos nya itu , apapun , termasuk hal yang disukai dan hal yang dibenci oleh Reynand . Kanaya selalu bersikap satu langkah lebih dulu untuk menyiapkan segala keperluan Reynand sebelum Reynand sendiri yang memintanya. Hal inilah yang membuat Rey selalu merasa puas dengan hasil kinerja Kanaya . Selalu berada di dekat Kanaya yang baik , sopan , supel , periang dan ramah membuat Reynand mulai menyimpan ketertarikan lebih pada sosok itu . Tak jarang juga Reynand meminta Kanaya untuk tetap bekerja di akhir pekan , karena ia memang tak bisa jika tak melihat wajah cantik Kanaya . Walaupun ia sendiri tak tahu apa penyebabnya. *** Drrtt... drrtt... drrtt... Kanaya meraba nakas yang berada disamping ranjangnya untuk mencari benda pipih yang mengeluarkan bunyi hingga mengganggu tidurnya itu . “ Hallo “ Sapa Kanaya masih dengan mata terpejam dan suara serak khas bangun tidur yang membuat orang disebrang sana harus menahan gejolak dalam dirinya. Karena mendengar suara Kanaya yang serak itu, entah mengapa terdengar seperti desahan di telinganya. Yang sialnya hampir saja membangkitkan sisi liarnya yang selama ini tersembunyi. “ Kanaya cepat bersiap-siap , ada rapat mendadak yang harus kita hadiri ! “ ucap Rey dengan nada bossy yang jadi ciri khas nya . Tak lupa pula nada juteknya. Reynand harus berusaha mati-matian agar suaranya tidak berubah parau hanya karena mendengar sapaan Kanaya yang terdengar bagaikan desahan itu. “ Apa ?! “ mendengar itu sontak membuat mata Kanaya terbuka lebar. Bahkan ia langsung terduduk. Dan rasa kantuknya pun seakan menguap entah kemana. ‘ oh tidak , bahkan aku harus bekerja di hari minggu....! ‘ batin Kanaya menggeram kesal. “ Saya sudah berada di basement apartemen mu , dan 15 menit dari sekarang kau harus sudah berada di hadapanku ! “ Titahnya tegas tanpa mau mengerti keadaan orang yang ia hubungi. Bukankah Reynand Pratama selalu seperti itu? Setelah mengakatan itu Rey langsung memutuskan sambungan telponnya dengan seringai jahil . Juga hembusan napasnya yang melegakan. Sedangkan Kanaya masih menatap tak percaya layar ponselnya . Ia berdecak kesal sambil terus mengumpat Reynand. Entah sudah berapa banyak sumpah serapah yang Kanaya keluarkan untuk mengahadapi tingkah Reynand. Kanaya menyibak selimut kesayangannya lalu turun dari ranjang surganya menuju kamar mandi dengan langkah berat . Sepuluh menit kemudian Kanaya keluar dari dalam kamar mandi dan langsung menuju lemari nya . Segera ia memakai pakaian pilihannya , menyisir rambut yang belum sempat dikeringkan dan memoles asal bedak diwajahnya . Beruntung ia bukan tipe wanita yang suka berdandan berlebihan. Hanya pelembab dan bedak, Itu saja Kanaya sudah merasa puas. Sebab baginya, kecantikan itu akan memancar dari dalam dirinya. Bukan dari tebalnya atau pandainya dalam memoles make up. Inner beauty is the main thing. Ia langsung menyambar tas kerjanya dan berlari menuju lift yang terlihat sepi karena jam yang masih menunjukkan pukul 06.30 . Beruntung semua keperluan untuk meeting sudah ia siapkan semalam. Entah mengapa, semalam ia memiliki perasaan yang tidak enak. Maka untuk menanggulangi hal-hal yang tak masuk akal seperti ini. Kanaya harus selalu siap bukan. Karena Reynand adalah bos yang tak bisa ditebak apa keinginannya. Ia lalu menekan tombol lift menuju ke basement dan beberapa detik kemudian pintu lift terbuka . Ting... Kanaya membelalakkan matanya saat mendapati Reynand telah berdiri dihadapannya . “ Kau , terlambat 2 menit ! “ ucap Reynand berdecak kesal dengan tatapan tajam yang membuat bulu kuduk Kanaya meremang . ‘ oh astaga! ‘ seru Kanaya dalam hati sambil menahan kekesalannya yang telah memuncak. Tanpa babibu lagi Rey menarik tangan Kanaya menuju mobilnya dan mendudukkan Kanaya di bangku penumpang di belakang tepat disampingnya . “ Jalan ! “ perintah Rey pada sopirnya . Rey melirik Kanaya yang masih terlihat tak percaya dengan apa yang dilakukan bos nya padanya . Rey mendekatkan tubuhnya kearah Kanaya hingga hanya tinggal beberapa senti saja tubuh mereka bisa benar-benar menempel . Kanaya menahan nafasnya , jantungnya berdetak lebih cepat dibandingkan biasanya. Entah efek terkejut bangun tiba-tiba tadi atau ada hal lain. Klik. “Kamu harus memakai seatbelt sebelum berkendara “ ucap Rey lembut tanpa menjauhkan jarak diantara mereka . Matanya masih setia menatap setiap inci wajah ayu Kanaya tanpa polesan make up berlebihan. Benar-benar natural. ‘ oh astaga , apa ini ? ‘ gumam Kanaya Kanaya hanya mengangguk kaku dengan mata tak berkedip . Hingga akhirnya Rey menjauhkan tubuhnya , barulah Kanaya menarik napas lega . Dan hanya dalam seperkian detik tubuh Kanaya kembali menegang saat Rey mengangkat dagunya , dan dengan gerakan perlahan ia memoles bibir Kanaya dengan lipstik yang pria itu ambil dari tas Kanaya yang kebetulan terbuka hingga lipstik itu keluarga sendiri. “ Wajah kamu pucet banget , jadi aku Cuma mau bantu aja “ kata Rey dengan senyuman mautnya . “ Dan sepertinya aku gak perlu pakein kamu blush on karena pipi kamu udah merah “ lanjutnya . Sontak Kanaya langsung menangkup kedua pipinya dengan jantung yang sudah hampir tak berdetak lagi . Rey terkekeh melihat ekspresi Kanaya yang begitu menggemaskan , ia mengacak rambut setengah kering Kanaya . Dalam hatinya, Reynand berujar. ‘Ternyata perempuan cerewet ini bisa blushing juga!’ seru Reynand yang entah mengapa senang melihatnya. “ Liat , sandaran kursi mobil aku basah karna kamu “ kata Rey pura-pura kesal . “ Oh maaf Pak , tadi saya belum sempat... “ “ sstt... gak usah terlalu formal kalo kita lagi berdua , dan jangan panggil aku bapak , ngerti ?! “ “ Baik Pak ! “ “ Jangan panggil aku bapak ! Kamu denger gak ?! “ bentak Rey kesal . “ Saya mendengarnya pak , tapi sekarang kita sedang bertiga bukan berdua “ ucap Kanaya santai sambil melirik kearah sopir didepannya . Rey yang mengikuti arah pandang Kanaya , dan itu membuatnya makin kesal . “ Pak Joko , bisakah kami menganggap bahwa bapak tidak ada diantara kami ?! “ tanya Rey penuh penekanan . “ Bukan masalah , tuan “ jawab pak Joko sambil tersenyum mengerti . Sedikit geli sebenarnya mendengar nada Reynand yang terdengar seperti seorang bocah kecil yang merajuk. “ Kamu denger , sekarang kita Cuma berdua ! “ Kanaya memutar bola matanya malas setelah mendengar perkataan bos nya itu. Pria itu selalu saja tidak mau mengalah dalam hal BERDEBAT. “ Iya “ jawab Kanaya singkat . Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan saling diam , hingga Rey memerintahkan pak Joko untuk memberhentikan mobilnya tepat di depan salon ternama di Jakarta . “ Ayo turun ! “ ajak Rey . “ Bukannya kita mau rapat ya ? Kenapa malah ke salon ? “ tanya Kanaya bingung . “ Kita masih punya waktu sekitar tiga jam untuk pertemuan itu “ jawab Rey enteng sambil melirik jam tangannya . “ Apa ? Tiga jam lagi ? Dan lo nyuruh gue cepet-cepet turun dalam waktu 15 menit ? “ tanya Kanaya tak percaya . Kanaya bahkan tak sadar dengan panggilannya pada Reynand saat ini. “ Karna itu gue mau nebus kesalahan gue dengan ini , ayo cepet turun sebelum gue gendong lo kedalam ! “ ancam Rey. Rey juga Akhirnya terbawa Seperti Kanaya yang merubah sapaannya. “ Oke.... oke dasar bos galak ! “ umpat Kanaya setelah berjalan mendahului Rey . “ Apa lo bilang ? “ selidik Rey “ Gak ada “ “ Gue gak percaya ! “ “ Terserah “ jawab Kanaya tak peduli sambil terus berjalan . “ Kanaya ! “ teriak Rey mulai kesal . “ Reynand ! “ balas Kanaya tak kalah kesal dengan Rey . Rey hanya mampu cengo mendengarnya. Apa yang barusan diteriakkan oleh perempuan itu? Namanya bukan? “ Ya Tuhan , ternyata ini sifat asli lo ? “ sindir Rey tepat didepan mata Kanaya . “ Ya kenapa ? Lo gak suka ? Kan lo sendiri yang nyuruh gue bersikap santai ma lo ! “ tantang Kanaya . “ Gue emang gak pernah salah pilih “ seringai Rey . “ Maksud lo ? “ kini giliran Kanaya yang bingung yang kemudian dijawab Rey dengan bahu terangkat . “ Ayo masuk ! “ Rey menarik tangan Kanaya tanpa adanya penolakan , ya Kanaya lelah berhadapan dengan orang aneh seperti Rey . Setelah satu jam lebih akhirnya Kanaya keluar dari ruangan tempatnya dirias , sebenarnya ia juga bingung mengapa ia harus dirias sedemikian rupa . Kanaya keluar dengan balutan dress maroon model sederhana sebatas lutut . Rambut panjang sepunggungnya dibiarkan tergerai dengan hiasan bandana berwarna senada yang membuat Kanaya terlihat kalem namun tetap sangat mempesona . “ Rey , gue udah selesai nih “ ucap Kanaya sambil membenarkan bagian bawah dressnya . Mendengar namanya dipanggil , Rey mengalihkan pandangannya dari majalah yang ia pegang ke sumber suara . Ia tertegun cukup lama sembari menatap Kanaya yang sedang membenarkan bagian bawah dressnya . Matanya seakan tidak enggan berpaling dari wajah cantik Kanaya. “ Cantik “ Rey bergumam pelan . “ Apa ? “ Kanaya menegakkan kepalanya karena tidak mendengar apa yang Rey gumamkan . Rey berdehem , merasa canggung karena telah mengucapkan sesuatu yang begitu saja keluar dari mulutnya. Tanpa bisa ia kendalikan. “ ehm... it.. itu “ Kanaya mengernyit bingung melihat bosnya yang aneh itu makin bertingkah aneh . “ Aaa... gue tau , lo abis dimarahin sama nyokap ya , makanya lo gagap ? “ tebak Kanaya polos yang malah membuat Rey makin terperangah. ‘WHAT?!’ “ Ya... ya... itu ! Kok lo bisa tau sih ?! “ tanya Rey pura-pura tebakan Kanaya benar . “ Taulah , Kanaya ! “ sombongnya dengan nada angkuh . Rey hanya terkekeh , kemudian menggenggam tangan Kanaya dan membawanya menuju parkiran . Kanaya hanya bisa diam memandangi jemarinya yang digenggaman erat oleh Rey . Dadanya berdesir , berdegup tak beraturan . Ia langsung menggelengkan kepalanya , mencoba mengeyahkan pikiran-pikiran aneh dalam otak nya . Seperti halnya Kanaya , Rey juga merasakan perasaan yang aneh saat menggenggam tangan mungil itu . ‘ inikah cinta ? ‘ tanya Kanaya dan Reynand pada hati mereka masing-masing .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN