BAB 5. DIA GADIS YANG BAIK

1237 Kata
“Padahal aku belum ganti baju lho pak! Tapi kok bapak kelihatannya nyaman banget yah di pelukanku! Hehehe....Tapi udah mandi sih! Jadi nggak terlalu bau kan yah!” Lirihnya sambil terkikik geli. Kanaya yang juga mulai menguap. Tak lama setelahnya pun tertidur pulas sambil memeluk Reynand yang juga sangat nyaman dalam dekapannya. ----------- Ke esokan paginya. Sang Mentari mulai menyapa. Menghantarkan rasa hangat untuk semua mahkluk hidup yang sangat membutuhkannya. Sinarnya pun mulai menyusup masuk lewat celah-celah kecil di jendela apartemen Reynand. Membuat Reynand Akhirnya membuka matanya. Merasa tubuhnya terasa lebih baik dari kemarin. Pening yang kemarin sangat menyiksanya kini telah sembuh. Reynand ingin bergerak untuk meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Sebelum akhirnya ia merasakan ada yang berbeda dengan dirinya dan sesuatu yang asing tengah berada di atas ranjangnya. Perlahan, matanya yang tajam menoleh ke samping. Seketika itu juga Reynand, membulatkan matanya lebar-lebar. Di tambah dengan mulutnya yang terbuka lebar saking kagetnya. Reynand mengamati dirinya sendiri yang tengah berada di pelukan Kanaya. Dan apa ini? Bahkan Kanaya masih memakai pakaian kerjanya kemarin? Astaga jorok sekali perempuan ini! Itu berarti dia tidak mengganti bajunya dan juga ia tidak pulang seharian ini? Benak Reynand yang hanya mampu menggelengkan kepalanya perlahan. Reynand menatap wajah damai Kanaya dalam tidur nyenyaknya. Wajah kecil dengan mata yang sipit. Tak lupa pula hidungnya yang mancung. Bulu mata lentiknya yang panjang. Reynand memilih untuk melepaskan dirinya dari pelukan Kanaya dan memiringkan tubuhnya dengan tangan kanannya yang menekuk. Menopang kepalanya yang menghadap ke arah Kanaya. Reynand baru menyadari bahwa ternyata sekertarisnya yang sering kali mendebat segala ucapannya ini sangatlah cantik. Tubuhnya memang tak sebagus para model yang mengejarnya selama ini. Namun, itu terlihat menarik bagi Reynand. Reynand terkekeh geli melihat tingkah laku Kanaya saat tidur. Kenapa perempuan yang terlihat pecicilan ini bisa menjelma menjadi gadis lemah lembut saat tidur. Kanaya bahkan tak banyak bergerak saat tidur. Sangat anteng malah. Namun, Reynand merasa harus berterima kasih kepada Kanaya. Sekertaris yang cerewet itu masih mau merawatnya di kala terbaring sakit. Walaupun sudah bisa Reynand tebak. Gadis berisik dan cerewet ini pasti akan menagih bonusnya yang entah akan berubah berapa kali lipat. Reynand yakin jika semalam ia mengalami mimpi buruknya lagi. Dan rupanya pelukan yang semalam ia rasakan adalah dekapan Kanaya. Rasanya begitu hangat dan tulus. Sama seperti pelukan Almarhum Neneknya dulu. Mungkin karena merindukan Sang Nenek. Reynand Akhirnya mengalami mimpi buruk itu lagi. Dimana saat itu, hanya dirinya seorang yang setia menemani sang nenek hingga ajal menjemputnya. Tak ada Papa dan Mamanya yang ada disana. Bahkan Papanya yang merupakan anak Sang nenek pun nampaknya tak perduli akan kesehatan neneknya. Terbukti jika papanya hanya memintanya untuk menjaga neneknya. Sedang papanya sibuk meeting dengan kliennya. Perempuan yang sejak tadi ia pandangi Akhirnya mulai membuka matanya. Mengerjap-erjapkan matanya beberapa kali. Hingga setelahnya ia langsung terduduk. Begitu menyadari jika ia tak berada di kamarnya sendiri. “ASTAGA!!! Dimana aku? Ini kamar siapa? Kenapa aku ada disini?” racaunya bingung. Reynand yang sejak tadi diam. Tak bisa lagi menahan gelak tawanya. Ia terbahak melihat Kanaya yang tiba-tiba saja amnesia setelah bangun tidur. “Hahahha...kenapa kamu panik begitu? Kamu nggak amnesia kan?” tanya Reynand masih tetap tertawa. Kanaya sontak menoleh cepat begitu menyadari ada suara orang yang ia kenali. Dan selanjutnya sukses membuatnya terbeliak lebar. “Kenapa bapak berada disini? Kok bapak bisa tidur seranjang dengan saya sih? Bapak nggak macam-macam kan ke saya?” ujar Kanaya yang langsung menarik selimut. Reynand hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah absurd sekertarisnya tersebut. Ia lantas bangkit berdiri dari tidurnya. Dan melangkah menuju kamar mandi. Sebelum masuk ke dalam kamar mandi. Reynand menoleh sejenak ke arah Kanaya. “Jangan berpikiran macam-macam? Aku tidak melakukan apa-apa padamu. Justru kau lah yang macam-macam padaku. Terbukti tadi aku tidur dalam pelukanmu?” ujarnya sinis. Kala melihat Kanaya yang nampaknya memeriksa pakaiannya masih lengkap apa tidak. Begitu melihat masih lengkap. Kanaya menghela nafas lega. Ia mendengus kesal ke arah Reynand. “Dan dengar yah, lagipula aku nggak suka sama badan model triplek kayak kamu. Rata semua!” cibirnya dengan menarik satu sudut bibirnya. Tersenyum meremehkan ke arah Kanaya. Lalu segera masuk ke dalam kamar mandi saat dilihatnya Kanaya akan melemparnya dengan bantal. “DASAR BOS m***m!! GILA!! SINTING!! b******k!!” “Hhhh...hhhh..” Kanaya mengatur napasnya yang tersengal-sengal setelah berteriak memaki Reynand. “Lebih baik aku ke dapur saja. Memasak makanan yang bisa membuatku kenyang. Ketimbang meladeni mulut berbisa dari Bos gila macam dia.” Kanaya beranjak dari tidurnya. Dan mulai merapikan kembali ranjangnya. Sudah jadi kebiasaannya untuk merapikan tempat tidurnya. Ajaran serta didikan Bunda di panti asuhan tempatnya tinggal dulu. Memang sangat berguna untuknya. Kanaya masuk ke dalam kamar mandi tamu. Mencuci muka dan menggosok giginya. Yang rupanya Reynand selalu menyediakan perlengkapan mandi yang baru untuk tamu yang menginap di rumahnya. Kanaya segera ke dapur dan mulai memasak. Pagi ini ia ingin makan mie goreng dengan campuran sayuran, sosis, Bakso yang semalam ia beli. Ditambah Dengan suwiran ayam goreng. Tak lupa pula telur mata sapi yang ada di atasnya. “Uhh, membayangkannya saja sudah membuatku ngiler. Aku harus cepat. Sebelum cacing di perutku berdemo lagi.” Tiga puluh menit kemudian. Dua piring mie goreng telah tersaji sempurna di atas meja makan. Ada pula setoples krupuk. Lalu tak lupa juga ada acar timun yang juga ia buat tadi. Secangkir kopi untuk bosnya. Dan secangkir teh chamomile favoritnya. “Hmm, wangi banget baunya.” Ucap Reynand yang rupanya telah siap dengan pakaian kerjanya. Ia langsung duduk di meja makan dan mulai menyantap sarapannya. “Whoaa, enak banget mie gorengnya. Isinya juga lengkap. Nggak kalah sama punya orang jualan di perempatan jalan itu.” Pujinya sambil memakan makanannya dengan lahap. “Terima kasih pujiannya pak. Tapi saya nggak mau cuman ucapan pujian pak. Saya mau yang nyata dong. Bapak pasti sudah tahu kan apa kesukaan saya.” Sahutnya sembari ikut menyuapkan makanannya. “Ck! Iya, nanti saya transfer. Sekalian sama bonus lembur kamu kemarin. Juga bonus karena seharian kemarin kamu sudah merawat saya. Udah puas?” cibir Reynand. Kanaya mengangguk puas sambil tersenyum tipis. “Bapak emang the best lah?” pujinya seraya mengacungkan kedua jempol nya ke arah Reynand yang hanya terkekeh melihat Kanaya. Ya, meskipun terlihat mata duitan. Setidaknya Reynand tahu bahwa Kanaya tulus merawatnya. Walaupun ucapannya memang tak pernah bisa halus. Reynand memang telah menyelidiki kehidupan Kanaya. Karena Reynand merasa Kanaya terlalu bekerja keras untuk bisa mendapatkan uang lebih. Padahal jika hanya mengandalkan gajinya saja. Tentunya akan cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Yang Reynand tahu, Kanaya bukan tipe gadis yang suka berbelanja hal yang tak perlu. Akhirnya Reynand tahu, bahwa semua uang yang ia hasilkan. Ia berikan kepada Ibu Panti asuhan tempatnya tinggal. Agar digunakan untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Juga keperluan rumah tangga yang lainnya. Sebab, tak banyak memang hasil donatur dari orang lain. Karena memang panti asuhan tempat tinggal Kanaya. Berada jauh dari kota Jakarta. Juga sangat terpencil. Maka tak heran jika hanya sebagian orang yang menyumbang kesana. Reynand yang kebetulan bertandang kesana saat itu. Akhirnya bisa mengobrol panjang lebar dengan Bunda. Pemilik panti asuhan tersebut. Sekaligus Bunda dari Sekertarisnya yang cerewet itu. Namun Reynand meminta jika Bunda harus merahasiakan kedatangannya serta sumbangannya dari Kanaya. Dan semakin lama. Reynand merasa bahwa Kanaya adalah gadis yang baik. Meskipun bicaranya suka ketus dan sering kali membantahnya. Tapi ia tahu, jika ia adalah seorang gadis yang baik. “Cepat siap-siap. Saya antar kamu ke apartemen kamu. Lalu kita segera berangkat ke lapangan. Kita akan meninjau pembangunan perusahaan saya yang baru.” Ujar Reynand yang bangkit berdiri dan masuk ke dalam ruang kerjanya. Kanaya juga buru-buru mencuci bekas makannya. Setelahnya ia segera mandi di kamar mandi tamu. Jadi nanti tinggal mengganti bajunya saja. Pikirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN