Rain bertemu Awan. Mungkin akan menjadi cerita baru di kanal media sosialnya yang pengikutnya sudah lebih dari sepuluh juta orang. Isinya? Hanya kisah-kisah yang ia ceritakan dengan suaranya sendiri. Kisah-kisah yang sebagian besar adalah khayalan. Namun ada kisah nyata tentangnya bertemu gadis bernama Hujan. Ya, ia menuliskannya dalam bahasa Indonesia. Nama itu memang tertuju untuk Rain. Meski Rain tak pernah tahu kalau ada cerita tentangnya dari si lelaki puitis yang sangat pandai memgambil hatinya dulu. Namun selalu dibuat tak mengerti karena keputusannya yang kerap berubah. Kadang ingin menjauhi Rain. Kadang ingin selalu bersamanya.
Kini mereka malah dipertemukan di sebuah tempat yang tak terduga. Rain sampai lupa dengan tujuan awalnya ke sini. Karena apa? Dari sekian banyak tahun ketika ia sudah memutuskan untuk menetap, kenapa ia malah kembali dipertemukan dengan lelaki yang pernah menjadi cinta pertamanya ini?
Ya, dia Awan yang dulu namanya sering disebut. Lelaki yang berusia lebih muda darinya. Lelaki yang misterius. Yang bahkan hingga kini, Rain tak pernah bisa mengerti isi hatinya. Dulu, ia tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Kini muncul tak terduga di depan matanya dengan tawa. Namun bukan itu yang menjadi pusat perhatian Rain. Lantas apa? Baju pasien yang ia kenakan. Kini bahkan sudah duduk kembali di sebelahnya, di atas kursi roda.
"Aku pikir, tak akan pernah ada hari ini."
Tuh kan. Dibandingkan dengannya, ia tak tahu apa-apa soal romantisme. Tapi lelaki ini berbeda.
"Kenapa?"
Ia melontarkan pertanyaan yang berbeda. Ia hanya ingin bertanya, kenapa baru sekarang mereka dipertemukan? Kenapa ia dulu menghilang? Namun ia sadar kalau pertanyaan ini sungguh tak penting. Untuk apa ia tanyakan apa yang sudah berlalu?
"Kalau melihatku sekarang di sini maka satu-satunya alasan kenapa aku pergi ya seperti yang kamu lihat."
Ia sakit selama bertahun-tahun. Hanya itu alasannya. Ia kembali ke sini karena tak ada yang bisa mengurusya. Kedua orangtuanya sibuk mencari uang di perantauan. Ia kembali ke Jogja, tempat kelahirannya. Sekolah? Ia mengikuti sekolah rumahan. Hahya berbekal ijazah paket. Kuliah? Ya di Universitas Terbuka. Tentu hanya bisa mengambil jarak jauh dengan beberapa kali cuti dengan alasan kesehatan. Namun tak menyurutkamnya untuk berhenti juga. Ia masih semangat bahkan hingga hari ini. Ia meneruskan karirnya dibalik nama kanal channel-nya sendiri tanpa banyak orang tahu. Pundi-pundi uang mengalir begitu banyak dari sana sehingga pengobatannya tak lagi membebankan kedua orangtuanya. Ia di sini hanya menikmati hari-hari terakhir. Ia selalu menganggap kalau ia memang akan segera mati jadi ia tak pernah sedih. Ia tak pernah mau ada penyesalan lagi.
"Kamu gak pernah bilang.:
Karena ia memang tak pernah tahu bukan? Bukannya Awan ingin menyimpan. Namun dulu, ia tak sekuat sekarang. Mentalnya juga terguncang saat tahu harus memgidap lupus. Ia masih bisa hidup sampai sekarang adalah hal yang sangat luar biasa.
"Kamu tahu? Berdiri di atas kekacauan diri sendiri pada saat itu adalah hal yang sangat mustahil bagiku."
Jadi, maksudnya, jangan kan memberitahu orang lain. Karena menerima kenyataan itu saja ia sangat sulit. Kalau ia bisa memberitahu orang lain soal itu, itu artinya ia sudah menerima kenyataan. Namun ia baru benar-benar bisa menerima kenyataan itu saja beberapa tahun yang lalu ketika sadar saat mengisahkan ceritanya sendiri di dalam kanal channel-nya. Ternyata banyak yang curhat dan mengatakan bahwa hidupnya setidaknya masih jauh lebih beruntung.
Rain tadi ingin mendebatnya. Namun lagi-lagi ia merasa seperti baru saja tertampar. Tak ada gunanya untuk mendebat juga sih. Semua sudah berlalu. Ia juga sudah menemukan kebahagiaannya sendiri.
"Bagaimana dengan pilot itu?"
Ia terbatuk-batuk begitu mendengarnya. Bagaimana lelaki ini tahu? Ia tak pernah memposting apapun yang berkaitan dengan Verrald. Ia menyimpannya. Meski tak bisa ditampik juga kalau ada yang sering berkomentar diakunnnya. Siapa? Ya Verrald lah. Itu juga kalau lelaki itu aktif. Kalau tidak aktif ya artinya sangat sibuk bekerja. Memang ada banyak perubahan dari Verrald yang dulu hobi main-main. Kini sudah serius dengan pekerjaannya dan masa depan.
Awan tersenyum kecil. Tentu saja ia tahu meski tak tahu bagaimana perkembangan hubungan Rain yang sesungguhnya. Namun settidaknya itu membuatnya lega sebab Rain sudah menemukan kebahagiaannya sendiri. Tidak lagi patah hati dan menggalau karenanya. Sementara ia?
Ia tak berniat untuk mencari cinta lagi. Karena menurutnya, batas waktunya teramat dekat. Ia tahu kalau ia mungkin hanya akan meninggalkan luka yang begitu mendalam jika ia mencintai orang lain lagi. Itu artinya? Artinya ia memang masih mencintai Rain. Namun ia menyimpan semua itu. Bukan kah bentuk mencintai tertinggi adalah mengikhlaskan orang yang dicintai dengan orang lain ketika tidak berjodoh dengan kita?
@@@
Kalau Rain bertemu mantan, Verrald sedang duduk di halaman belakang rumahnya. Ia dan keluarganya melewati banyak hal selama beberapa tahun belakangan bukan? Rasanya memang teramat berat. Ia juga tak pernah menyangka. Apalagi harus kehilangan seorang ayah yang kerap ia abaikan. Akhirnya ia bisa memaknai waktu yang ternyata sangat terbatas. Kini ia tak mau menyianyiakannya lagi. Ia memanfaatkan momen di mana ia akhirnya bisa kembali ke sini. Ya ke kampung halaman ibunya di Aceh. Sebetulnya sih Padang. Ibunya lahir di Aceh tapi besar di Padang.
"Ray berencana untuk memgambil beasiswa ke Inggris. Bagaimana menurutmu, bang?"
"Jadi mau lanjut S2?"
Mamanya mengangguk.
"Lalu mama gimana?"
Itu yang selalu ia pikirkan. Mamanya terkekeh.
"Mama tinggal di sini juga gak masalah. Kan masih ada kakek dan nenekmu. Tapi Ray ingin mama ikut dengannya. Bagaimana menurutmu?"
"Sepertinya itu pilihan yang lebih baik. Mama tahu kan, dia lebih bisa menjaga mama dibandingkan denganku."
Mamanya merangkulnya. Ya dari segi usia, mungkin ia memang lebih tua. Tapi sedari dulu, Ray memang jauh lebih dewasa. Sehingga ya Ray yang selalu diandalkan oleh mama dan papanya. Tidak sepertinya. Namun kan ia sudah berubah lebih banyak. Ia juga sudah bisa diandalkan kok. Ya kan?
"Perjalanan hidup masing-masing orang itu berbeda, bang. Abang juga udah keren kok dengan yang ada sekarang."
Ia tersenyum kecil. Ya setidaknya ia sudah melakukannya jauh lebih baik. Ya jika dibandingkan dengan dulu saat papanya masih ada. Sesungguhnya, ia sangat merindukan lelaki itu. Tapi tak mungkin bisa bertemu lagi bukan? Karena dunia mereka sudah berbeda. Papanya mungkin juga sudah bahagia di sana. Benar kan?
"Lalu bagaimana dengan siapa itu? Mysha?"
Mamanya terkekeh. Sejak dulu, Mysha memang dijodohkan dengan Ray. Ray? Ia merasa tak punya rasa. Tapi tak enak hati juga kalau harus menolak permintaan Wirdan, ayahnya Mysha. Di sisi lain, itu artinya ia harus bersaing dengan sahabat kecilnya juga, Arga. Apa yang harus ia lakukan? Mamamya menyerahkan semuanya padanya.
Memang bukan tanpa alasan kenapa Wirdan dan Amira memilihnya sejak dulu. Ray itu dewasa dan bertanggung jawab. Dari sisi agamanya juga bagus. Siapa yang tak mengidamkan lelaki seperti itu untuk dijadikan menantu?
@@@