"Ya sudah kalau begitu. Gak apa-apa, Sen. Salam saja untuk Ayah dan Ibumu. Om juga berduka cita atas meninggalnya Pamanmu." Husein mengiyakan. Ya terpaksa mundur dulu. Belum bisa berangkat meski ia juga sudah mempersiapkan segalanya. Ya namanya juga musibah. Siapa yang tahu? Kini Husein sudah dalam perjalanan menuju rumah Pamannya yang ada di Palembang juga tapi beda kabupaten. Ia pergi melayat bersama kedua orangtuanya. Urusan melamar ya ditahan lah dulu. "Jadi itu mahar kamu berlian itu?" Husein menggaruk tengkuknya. "Abang gak tahu apa yang dia sukai, Mak. Tapi mungkin ya itu lah biasanya yang disukai perempuan." Ya memang sih. Harganya juga lebih mahal dibandingkan perempuan. Itu juga yang membuat Husein memilih itu. Mencari yang emas memang ada yang sampai miliaran. Tapi ia malah