Dua hari berlalu setelah kematian Andrew. Para anggota Blackhole tengah merilekskan pikiran mereka. Cara mereka merilekskan diri sendiri berbeda-beda.
Mea sibuk dengan alat-alat make up nya. Mempercantik diri dan melihat-lihat berita apakah ada pembukaan kontes kecantikan atau tidak.
Zack sibuk dengan pikirannya tentang Fany. Meski raganya berjalan mengikuti perkuliahan dan mengikuti beberapa mata kuliah aktif hingga berdiskusi, tapi pikiran Zack tetap pada Fany. Entah mengapa, ia masih terpikir bagaimana cara meluluhkan hati Levo agar mau mengajaknya bertemu Fany. Setidaknya Levo memberitahu di mana keberadaan Fany dan alamat Fany tinggal. Ia akan ke sana sendiri. Tapi Levo tetap tak mau memberitahukan pada Zack tentang keberadaan Fany.
Saat Zack sibuk merayu Levo, Nezi juga sibuk mendesak Dexa untuk menceritakan apa yang sempat ia tanyakan. Akan tetapi, Dexa sendiri juga kesulitan berbicara dengan Levo. Ia takut jika Levo akan memarahinya jika dirinya bercerita tanpa seijin Levo.
Levo sendiri sibuk membantu kakak Sena yang menjadi penggantinya di perusahaan. Levo juga bertanggung jawab atas apapun yang terjadi. Sekarang perusahaannya tengah mengalami kenaikan pesat. Namun, pihak luar sering membuat onar. Maka dari itu, Levo membantu kakak Sena agar bertahan hingga Levo mencapai titik keberhasilan memberantas ketidakadilan. Meski Sena bekerja sama dengan organisasi gelap bernama Blackhole, kakak Sena tak tahu hal itu. Yang kakak Sena tau adalah Sena bekerja untuk Levo tapi bukan sebagai pembunuh.
Sedangkan Sena hanya sibuk di markas. Memperbaiki cairan kejujurannya yang sempat tak berfungsi untuk Andrew. Sena juga mengambil sampel darah Andrew setelah Andrew tewas di dalam lubang. Mereka mengambilnya dengan menggunakan APD lengkap hingga gas Sarin tak berhasil masuk ke paru-parunya.
Sena tengah sibuk mengidentifikasi DNA milik Andrew. Ia merasa bahwa sosok itu adalah sosok yang spesial. Namun, Levo mengatakan bahwa Andrew hanyalah orang biasa.
Selain berpindah tempat dengan sekejap mata, Levo juga memiliki keunikan lain. Ia bisa melihat aura setiap manusia. Berbeda. Apalagi aura manusia yang memiliki keunikan.
Levo mengatakan bahwa manusia memiliki auranya masing-masing. Akan tetapi ada sebuah campuran unik pada manusia yang memiliki keunikan dalam dirinya.
Sama seperti saat Levo melihat Moza. Sosok itu memang pendiam saat di sekolah. Namun, Levo melihat ada sebuah cahaya di d**a bagian kiri. Cahaya putih bersih dan bersinar. Awalnya Levo tak tahu apa maknanya. Tapi saat Levo mulai dekat dengan Moza, Levo menjadi paham. Bahwa cahaya putih bersih itu adalah tanda bahwa sosok itu memiliki keunikan. Begitupun saat ia melihat Nezi. Meski ia tak tahu apa keunikan sosok itu tapi setidaknya Levo bisa berhati-hati dengan sosok yang memiliki keunikan. Sebab, Levo juga belum bisa melihat apakah keunikan itu berada di tangan yang tepat atau tidak.
Mea sudah kembali ke markas kembali. Melihat Sena sibuk dengan mikroskop, Mea hanya duduk di sofa sembari menghela napas. Sudah dipastikan bahwa Mea sedang bosan sebosan-bosannya. Apalagi tak ada huru-hara yang membuat Mea bersemangat.
"Kau bosan lagi?" tanya Nezi sembari duduk di sebelah Mea. Ia melipat buku bacaannya kemudian menatap Mea yang sedang cemberut.
"Iya. Levo juga sibuk akhir-akhir ini. Aku penasaran mengapa polisi belum juga menemukan jasad Andrew dan bala tentaranya itu. Padahal kita sudah memberikan clue di mana mereka berada."
Jadi, meskipun lokasi eksekusi kedua terlacak oleh pihak kepolisian, para anggota Blackhole takkan khawatir. Sebab, mereka punya banyak tempat di mana polisi akan kesulitan menemukan mereka. Toh mereka akan memberitahu polisi jika misi mereka sudah lewat satu kali dua puluh empat jam. Jadi, mereka sudah menghapus semua jejak yang akan merugikan.
Untuk sidik jari, Levo dan para anggota Blackhole lain sudah mengantisipasi tidak ada sidik jari yang terdeteksi. Meski mereka bukan badan intelijen, tapi otak mereka sebagai kriminal juga melebihi kecerdasan para anggota badan intelijen.
Terkadang pada kriminal lebih cerdik dan licik. Mereka bisa mengakali para polisi dan para detektif. Tapi tak heran juga ada kriminal yang kurang beruntung. Kecerdikan nya harus terkalahkan oleh kecerdikan para pihak kepolisian dan para detektif itu.
Hanya masalah waktu saja, sebenarnya Blackhole tengah memasang bom waktu untuk diri mereka sendiri. Meski mereka melakukan hal itu untuk menyelamatkan rakyat bawah. Tapi para atasan negara takkan tinggal diam. Mereka kemungkinan akan membunuh diri mereka sendiri dengan bom waktu itu. Akan tetapi, bagaimanapun caranya, mereka akan tetap menjaga bom itu untuk memperpanjang waktu meledaknya.
"Sebentar lagi. Mereka akan mengetahuinya." Levo datang bersama Dexa yang sedari tadi pergi tak kembali. Takut dengan pertanyaan-pertanyaan Nezi yang terus mendesaknya.
Sedangkan kali ini Levo datang bersama Dexa. Mungkin Dexa sudah berhasil membujuk Levo untuk memberinya ijin agar bisa bercerita pada Nezi.
"Dari mana kau tau, Lev?" tanya Nezi yang mengabaikan kehadiran Dexa dengan mata menataopy penuh arti.
"Tadi aku mendapat kabar dari anak buah kita kalau polisi dalam proses penyelidikan. Ada seorang polisi menemukan petunjuk. Ya, kurasa mereka cerdas. Jadi, seharusnya bisa menemukan keberadaan jasad Andrew dan bala tentaranya itu."
Levo duduk di kursi kebesaran. Sedangkan Dexa menyingkir. Berdiri di sampingnya buku dengan tangan terlipat di perut.
Matanya terus menatap Nezi untuk memberi isyarat bahwa mereka harus berbicara berdua. Akan tetapi, Nezi tetap menatap Levo yang tampak ingin menjelaskan sesuatu.
"Jadi, kau bisa ceritakan apa yang diceritakan oleh Grizell hari itu?" tanya Nezi penasaran. Sebab, hanya Mea dan Zack yang tau. Meski mereka sebenarnya juga belum tau karena Levo tidak mau menceritakan. Tapi sebenarnya Levo juga ingin menceritakannya pada teman-temannya itu.
"Tunggu Zack dulu."
Mea kembali mendesah pelan. "Ya, ya, ya."
Dengan malas, Mea pun menyambar remote televisi yang tergeletak terabaikan. Ia memindah channel untuk sampai ke channel yang ia inginkan. Akan tetapi, tiba-tiba Nezi menyambar remote televisinya untuk kembali ke channel yang terlewat. Ada sebuah berita. Nezi ingin memastikan jika berita itu adalah berita yang mereka tunggu.
Ternyata benar, berita yang tampil adalah sebuah berita di mana Andrew telah ditemukan tak bernyawa karena mati lemas akibat gas beracun bernama Sarin. Kemudian bukan hanya Andrew, Leo dan empat preman itu juga ditemukan tak bernyawa. Mereka tengah melakukan autopsi lebih lanjut. Meski mereka juga tau pasti semua itu ulah salah satu organisasi yang meresahkan. Blackhole.
"Waw, ternyata mereka semakin cepat saja menemukan jejak kita."
Mea mendelik melihat Zack yang baru saja datang. "Cepat katamu? Mereka tak ada perubahan. Seharusnya satu kali dua puluh empat jam, mereka sudah menemukan jasad Andrew dan bala tentaranya. Tapi sekarang sama saja. Butuh dua hari. Padahal kita sudah memberi clue dengan tebakan yang mudah."
Levo berdeham. Semua mata langsung tertuju pada sosok yang sekarang duduk di kursi kebesarannya. "Tidak perlu membahas hal yang tidak penting. Sekarang aku akan menanyakan beberapa hal saat aku pergi bertemu dengan Grizell." Tatapan Levo berpindah pada Nezi yang menatap datar.
"Apa?" Merasa mendapat tatapan aneh dari Levo, Nezi pun tersadar dan bertanya.
"Apa ada yang terjadi padamu beberapa hari lalu?" tanya Levo memastikan. Sebab, ia melihat Nezi begitu murung dua hari lalu. Tepatnya sebelum mengeksekusi Andrew. Seperti ada yang menimpa hatinya hingga terkoyak.
Nezi mengalihkan pandangan ke asal arah. "Mamaku muncul lagi."
Semua mata langsung menatap Nezi penuh penasaran. Sosok yang telah lama menghilang tiba-tiba kembali hadir masuk ke acara berita. Bukan berita baik, melainkan berita buruk. Itu yang membuat Nezi semakin tak nyaman. Meski sekejam apapun ibunya, tetaplah sosok itu adalah sosok yang mengandungnya sembilan bulan dan membesarkannya hingga bisa sampai sekarang. Meski ibunya sangat kasar dan tak pantas dibanggakan, tapi ibu tetaplah ibu.
Beberapa hari lalu, Nezi tak sengaja melihat berita terkini. Bahwa ada seorang ibu-ibu yang dipidana kasus bandar narkoba. Ibu berusia sekitar lima puluhan itu langsung di vonis hukuman seumur hidup. Sebenarnya hukuman untuk bandar narkoba di negeri itu adalah hukuman mati. Namun, entah mengapa ibu paruh baya itu dihukum seumur hidup.
"Jadi, ibu-ibu itu adalah ibu Nezi?" Zack tak menyangka.
"Menurut informasi dari anak buah kita yang ada di pelabuhan, ibu itu bekerja di sebuah restoran dekat pelabuhan. Restoran kecil. Dia hidup sendiri. Suaminya meninggal karena hukuman mati juga tapi publik sangat jarang ada yang tau. Penyebab kematian suami juga tak ada yang tau. Mereka hanya mendengar kabar yang simpang siur. Lalu, ibu itu sendirian menjaga restoran. Pada akhirnya terkena masalah yang entah benar masalahnya atau tidak." Levo menjelaskan tentang berita yang sudah ia terima dua hari ini.
"Lalu bagaimana sekarang? Apa kita punya target baru lagi?" Mea sangat antusias bertanya.
"Tunggu. Sebelum memutuskan, aku mau menceritakan masalah Grizell."
Semua mengangguk dan pada akhirnya Levo memberitahu alasan terkuatnya mengakhiri hidup Andrew. Dengan begitu, tak ada rasa rumpang dalam hati. Karena persoalan mengakhiri hidup seseorang bukanlah sebuah permainan yang mati lalu lupa.
Levo menceritakan semuanya. Dari cerita awal Grizell hingga akhirnya Levo memutuskan untuk membawa Andrew ke ajalnya. Tanpa ada sedikitpun yang terlewat. Setelah menceritakan semuanya, Levo mengambil keputusan.
"Jadi, kesimpulannya adalah, kita punya tiga masalah yang harus dipecahkan."
"Apa itu?" tanya Mea penasaran.
"Pertama tentang Nyonya Lee." Saat Levo mengatakannya, Nezi langsung mengernyit. "Kita harus cari tau kebenaran dugaan si pengacara itu. Sebab, pengacara itu sudah banyak menjebloskan orang ke penjara. Gaya bicaranya mencurigakan. Meski bukti kurang kuat, tapi ia selalu bisa membuat orang tersihir dengan ucapannya. Kemungkinan besar, Nyonya Lee tidak bersalah tapi harus tetap dihukum sesuatu dengan keputusan hakim."
"Bagaimana jika ibuku dinyatakan bersalah?"
"Kau yakin ibumu akan melakukannya?" tanya Levo pada Nezi yang menanyakan hal ragu. Padahal Levo tau jika Nezi tak percaya jika ibunya mau menjadi bandar barang haram itu. Meski ibunya memang sangat gila harta, tapi ibunya takkan sudi menapaki jalan menjadi bandar narkoba. Ia tau pasti apa hukumannya. Tapi anehnya, mengapa ibunya bisa menjadi pemilik restoran? Mengapa tidak menjadi anggota dewan lagi?
"Nyonya Lee kemungkinan hanya mengalami kesalahpahaman. Tapi kita masih belum mendapatkan buktinya. Hanya itu yang menjadi tugas kita. Jika memang terbukti bersalah, kita tak bisa melawan hukum asli."
Nezi terdiam. Ia juga tak membantah apapun keinginan Levo. Karena sejatinya, ia ingin melihat ibunya merasakan apa itu derita. Walau rasa sayang masih lebih besar dari apapun.
"Nezi, kau setuju kan?" tanya Levo. Semua mata langsung tertuju pada sosok yang duduk di antara Dexa dan Mea itu.
Hanya anggukan yang terlihat. Setelah itu, Levo menyambung ke misi kedua. "Yang kedua, kita harus mencari tau tentang pengacara itu. Dia mencurigakan. Korbannya hanya beberapa orang kecil. Kekuatannya membantu orang berada sangat kuat. Kalian pasti juga merasakan keanehan."
"Ya! Beberapa hari lalu aku bertemu dengannya di jalan. Auranya berbeda. Mengerikan!" Zack merinding saat membayangkannya.
"Yey! Target baru!" Mea bersorak.
Sena hanya menggeleng pelan melihat kelakuan member termudanya itu.
"Kita belum bisa menyebut pengacara itu sebagai target, sebab dia belum terbukti salah. Sebenarnya memang sudah ada kecurigaan, tapi kita tetap butuh bukti agar tidak melenyapkan orang yang salah kan?"
Mea melengos. "Huft, iya, iya. Aku paham."
"Jadi, yang ketiga apa?" tanya Dexa penasaran. Tapi mereka memutus terus ucapan Levo.
Hingga Levo pun teringat dengan satu hal yang mengganjal.
"Sena, kau sudah selidiki DNA milik Andrew?"
"Belum selesai. Tapi aku yakin, pasti Andrew sudah teracuni oleh sesuatu hingga tak bisa lagi menyerap cairan kejujuran ku."
Levo terdiam sejenak. "Yang ketiga adalah, kita harus mencari tau, siapa 'dia' yang dimaksud oleh Andrew sebelum Andrew berakhir."
Levo benar. Dexa juga setuju. Hanya itu yang sebenarnya sangat membuatnya penasaran. Seolah apa yang Andrew katakan adalah disuruh oleh seseorang. Andrew bisa berubah menjadi iblis juga karena berada di satu garis dengan seseorang. Seperti ada yang mendalangi semuanya.
"Jadi, pertama kita harus melakukan misi pertama dulu? Kemudian, mencari informasi tentang si pengacara itu, dan terakhir, kita mencari tau tentang 'dia'?" simpul Dexa.
Levo mengangguk dan akhirnya semua paham. "Ya, yang terpenting sekarang, kita harus mencari bukti apakah Nyonya Lee bersalah atau tidak."
"Baiklah. Kapan kita akan mulai?" tanya Mea yang sebenarnya sudah tak sabar.
"Lusa."
Zack langsung menatap Levo dengan penuh arti. "Kalau begitu, besok bisakah kau antar aku bertemu Fany? Sebentar saja."
Semua anggota Blackhole saling menatap kemudian beralih pada Levo.
"Oke. Sebentar saja. Dan apapun yang terjadi, aku tidak akan bertanggung jawab."
Zack mengangguk.
"Aku juga boleh meminta satu permintaan, Lev?" tiba-tiba Nezi mengajukan sebuah pertanyaan. Sebenarnya Levo sudah tau. Tapi Levo hanya menganggukinya saja.
"Apa masih ada yang kau sembunyikan tentang Moza dariku?"
Pertanyaan itu membuat Levo tersenyum tipis. Mungkin sudah saatnya Nezi tau. Meski bukan rahasia besar, hal ini pasti akan membuat Nezi kembali teringat dengan masa lalunya yang menyakitkan. Tak apa. Sepertinya Nezi juga sudah siap mendengar semuanya.
"Kau siap mendengar semuanya, kan?"
Semua mata tertuju pada Nezi.
"Ya, aku siap. Apapun itu."
"Baiklah. Aku akan menceritakannya."