“Yang kurang dari Mori itu sebenarnya apa? Dia cukup lumayan—tunggu, di atas lumayan malah. Wajahnya cukup tampan, dia pintar, dan terus terang saja karirnya akan memiliki masa depan cemerlang di Shingi Fusaya. Tidak ada yang salah darinya,” kata Kyoko, sambil menyedot minumannya. Mereka duduk di salah satu halaman cafe yang ada di seberang gedung kantor. Menghabiskan waktu istirahat. Kyoko mungkin brutal, tapi tidak mungkin berani membahas tentang Mori secara terang-terangan seperti itu di kantor. “Kalau menurutmu dia sempurna, kenapa tidak kau saja yang mau mengambilnya ?” tanya Ayu, setengah jengkel. “Dia tidak tertarik padaku— dan syukurlah. Aku tidak tertarik pada pria tiga dimensi.” Kyoko mengangkat bahu. Ayu mendengus, tidak kaget mendengar kejujuran Kyoko. Setelah mengenal lebi