“Maaf, bagaimana?” Mori kebingungan mengartikan kalimat Sato, begitu juga Ayu. Sato tertawa. “Maksudku, aku tidak ingin tim dari Shingi Fusaya kalah, dan kau diperlukan di lapangan. Jangan mengecewakanku.” Sato meralat kalimatnya sendiri, sambil menunjuk ke arah lapangan. Dia masih mengatakan semuanya itu dengan senyuman. Tapi entah kenapa Ayu merasa senyum itu berbahaya. Sato sepertinya tipe orang yang akan memecat pegawainya dengan senyum manis. Mori mungkin juga merasakan hal yang sama, karena itu akhirnya melepaskan tangan Ayu dan berbalik kembali ke lapangan. Wajahnya masih penuh tanya, tapi kekuasaannya belum sampai pada taraf untuk melawan Sato. “Anda tidak perlu mengantar…” Sato mengibaskan tangan, memotong kalimat Ayu. “Tidak perlu sungkan seperti itu. Aku mengantarmu ke te