21.Seperti Gadis SMA

1323 Kata
SMA Harapan Bangsa Jam pelajaran selesai, Darel kembali ke ruang kerjanya. Sesekali ia berbincang dengan guru yang lain, membicarakan tentang pengajaran mereka serta murid-murid yang aktif di sekolah mereka. "Darel, kau masih ingat pernah di hukum di sini?" ucap Pak Soni yang merupakan Guru BK dan masih betah di SMA Harapan Bangsa. "Aku masih ingat Pak, anda pernah saya pukul karena terus berbicara yang bukan-bukan," cetus Darel. Beberapa guru di sana tertawa mendengarkan ucapan Darel. "Darel ini salah satu alumni sekolah ini, dia termasuk anak yang nakal dan susah di atur. Namun, saat dia datang lagi ke sekolah dan mengajar di sini, aku begitu bangga padanya," ungkap Soni. Soni menepuk pundak Darel, dia benar-benar bangga kepada Darel meski dulu dia sering berbuat onar dan selalu menjadi bulan-bulanan guru di sekolahnya. "Sudah bernostalgia-nya Pak Soni? Sudah waktunya Anda pulang dan beristirahat," sela Darel mendorong pelan tubuh Soni ke mejanya dan memberikan tasnya agar dia cepat pulang. "Kamu mengusirku!" hardik Soni. Darel tertawa lalu berkata, "Cepatlah pulang Pak, luangkan waktu yang banyak untuk keluarga anda." Soni tersenyum kemudian menepuk pundak Darel. Satu persatu para guru pulang ke rumah masing-masing. Hanya tinggal Darel yang masih diam, berperang dengan pikirannya. Darel merutuki kebodohannya kerena salah berucap. Harusnya dia mengutarakan perasaannya dengan berucap, “Aku mencintaimu, Seina.” Tapi yang keluar dari mulutnya malah sebaliknya. “Bagaimana kalau aku bertemu dengannya,” desis Darel frustasi. “Enggak Darel, kamu harus menghadapinya agar Seina tahu jika kamu memang mencintainya, jauh sebelum Arya datang dan berada di antara kita berdua,” gumam Darel menyemangati dirinya sendiri. Pukul tiga sore, Darel bersiap untuk pulang. Ia berharap saat ia pulang nanti tidak ada Diana di apartemennya atau berpapasan dengan Seina. Dua puluh menit perjalanan akhirnya Darel sampai di gedung apartemennya. Dengan hati-hati ia masuk ke dalam lift, berharap tidak bertemu dengan Seina untuk sementara waktu karena dia masih malu. "Aman," ucap Darel dalam hati lalu masuk ke dalam lift. Sesampainya di lantai enam, Darel bergegas menekan password apartemennya, kemudian masuk ke dalam apartemen. Namun, bukannya masuk ke dalam, Darel malah mengintip keluar dari celah lubang intip. “Syukurlah aku tidak bertemu dengan Seina,” batin Darel. Darel bernafas lega karena tidak bertemu dengan Seina, ia tersenyum sambil mengusap dadanya yang terasa lega. “Kamu sedang apa?” terdengar suara wanita yang tak asing di telinga Darel. “Ah ....” Darel terkejut bukan main saat melihat Seina berdiri di belakangnya dan berada di dalam apartemennya. “Kamu, kenapa ka-kamu ada di sini!” Tak lama Diana juga menghampiri mereka. Kini Darel berhadapan dengan wanita yang begitu ia hindari dan ingin ia jauhi dalam satu frame. “Seina, se-sedang apa kau di sini?” tanya Darel gugup. “Aku baru saja selesai minum kopi bersama Diana. oh ya, makasih Diana sudah menjamuku. Kalau begitu aku permisi, bye semua.” Seina melewati Darel, tetapi langkah Seina terhenti ketika Darel menggenggam tangannya dengan erat. Keduanya saling bertatapan dan membuat Diana bingung melihatnya. Jantung Seina berdetak dengan kencang, ia tidak bisa mengendalikan gejolak yang ada di hatinya. “Ada apa?” tanya Seina memecahkan keheningan. “Bisakah kamu tetap di sini.” “Hah ....” Jantung Seina semakin bergemuruh, ia merasa tidak enak dengan Diana yang masih berdiri menatap ke arah mereka. “Tolong buatkan aku ayam asam manis seperti kemarin,” ucap Darel sembari menyunggingkan senyum. Seina memutar bola matanya, lalu menepis tangan Darel kemudian satu cubitan membekas di perutnya. “Yang benar saja, kamu pikir aku pembantumu hah! Kemarin aku baik kepadamu karena kamu sedang terluka,” kesal Seina. Seina melempar pintu apartemen Darel dengan kencang, meluapkan kekesalannya. Bagaimana tidak, ia sudah membayangkan hal yang bukan-bukan, tapi nyatanya tidak sesuai ekspektasi. “Dasar laki-laki tidak tahu diri, dia pikir aku pembantunya,” gerutu Seina lalu masuk ke dalam apartemen miliknya. Di dalam apartemen, tubuh Seina luruh ke lantai— bersandar di pintu apartemennya. Dia memegang dadanya, kemudian menatap tangan yang di pegang oleh Darel. Seperti ada aliran listrik yang menjalar di tubuh Seina hingga bergetar ketika Darel menyentuhnya. "Ada apa denganku, kenapa hatiku berdesir," desisnya. Tiba-tiba saja ponsel Seina bergetar, ia menggeser layarnya untuk mengangkat panggilan dari kakak iparnya. “Halo, ada apa kak?” “Bisakah kamu menemaniku belanja, aku bosan jika harus pergi sendiri,” memohon. “Baiklah ... kakak jemput aku ya, aku bersiap dulu.” "Oke adikku tercinta. Bersiaplah, dua puluh menit lagi kakak sampai.” "Hm, aku tunggu." Seina mengganti pakaiannya, ia menggunakan hoodie serta hot pants yang hampir tertutup oleh hoodie-nya yang berukuran jumbo. Tak lupa ia mengikat rambutnya, lalu membiarkan rambut halusnya berjatuhan. "Cream, lipstik. Wah, ternyata selama ini aku enggak punya banyak make up," gerutu Naura. Setelah siap Seina keluar dari apartemen saat melihat pesan masuk. [Stela : Kakak sudah di depan lobi.] [Seina : Aku turun.] Seina mematikan layar ponselnya lalu masuk ke dalam lift. Ting! Tepat saat lift terbuka Seina pun berjalan ke keluar menuju mobil Stela yang di parkir tepian di depan pintu lobi. "Lama banget sih!" "Maaf aku harus makeup dulu agar terlihat cantik." Kakak iparnya itu terus menatap penampilan Seina yang seperti Anak Baru Gede alias ABG, menurutnya. “Apa kamu yakin keluar menggunakan pakaian itu?” tanya Stela. “Kak jangan ketinggalan zaman, ini itu fashion yang sedang hits saat ini,” jelas Seina lalu masuk ke dalam mobil. Stela menggeleng pelan. “Ah, oke-oke. Kamu terlihat lebih muda dari usiamu,” oceh Stela sambil menginjak pedal gas. Lima belas menit perjalanan, mobil yang di kemudikan Stela sampai di parkiran swalayan. Mereka lalu keluar dari mobil, sembari membawa tas untuk barang belanjaannya nanti. Stela berdecak, saat menatap penampilan Seina yang bertolak belakang dengan penampilannya. "Aku terlihat seperti ibu-ibu yang mengajak anaknya belanja,” sindir Stela. “Mamah tolong belikan aku ice cream cokelat yang besar,” rengek Seina membuat Stela malu karena di lihat oleh orang-orang yang ada di sana. “Kau membuatku bergidik ngeri mendengarnya.” Stela berjalan lebih dulu meninggalkan Seina. “Mamah tunggu aku,” goda Seina mengejar Stela. Meski hanya kakak ipar, Stela dan Seina memiliki hubungan yang sangat dekat. Bahkan banyak yang mengira jika Seina merupakan adik kandung Stela. Keduanya melihat makanan yang tersusun di etalase. Seina pun memasukkan beberapa barang yang ingin dia beli ke troli yang di dorong Stela. “Kak aku mau beli buah dulu,” ucap Seina yang di anggukan oleh Stela. Seina mengambil plastik dan memasukkan apel yang sudah ia pilih ke dalam plastik tersebut. Sementara itu di kediaman Darel, Diana mendekati Darel membantunya mengganti pakaian. "Biar aku bantu." Dengan ragu Darel menerima bantuan Diana meski aslinya ia begitu malu di buatnya. "Biar aku saja yang membuka celana," ucap Deril. "Ah baiklah. Makan malamnya, akan aku buatkan ayam asam manis untukmu.” Diana tersenyum kemudian berjalan ke dapur, ia mempersiapkan bahan-bahan yang akan ia olah. Namun sayangnya, salah satu bahan inti tidak ada si lemari pendingin. “Sayang, ayamnya habis, bagaimana kalau kita belanja dulu?” ajak Diana. “Enggak usah masak, kita makan di luar saja. Aku mandi dulu,” ucap Darel masuk ke dalam kamarnya. "Oke," jawab Diana. Dia lalu masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian, tak lupa ia memoles make up di wajahnya agar Darel terkesan dengannya. *** Dua puluh menit berlalu, Darel memarkirkan mobilnya di depan Super Market. Awalnya ia berniat mengajak Diana untuk makan di restoran, tetapi Diana tiba-tiba saja menolaknya karena ingin memasak ayam asam manis yang Darel inginkan. Mau tidak mau Darel pun mengikuti keinginan Diana, mereka kemudian keluar dari mobil. Diana mengalungkan tangannya di lengan Darel, berjalan beriringan masuk ke dalam Super Market. "Biar aku saja," ucap Diana mendorong troli kemudian memilih ayam yang akan dia olah. Darel hanya diam mengikuti kemana Diana pergi. Namun, seperti kebetulan yang sudah di rencanakan Tuhan. Darel melihat gadis yang dulu pernah menggetarkan hatinya. Tanpa sadar ia berjalan ke arah gadis itu, memastikan jika dia tidak salah lihat. Darel begitu terkesima melihat Seina berjalan melewatinya. Seina terlihat begitu cantik dan menggemaskan seperti anak SMA. "Seina."

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN