Laki--laki tampan di Agrya Tv

1426 Kata
Arinda bersiap menjalankan aktivitasnya hari ini. Ia memasak sarapan dan bekal untuk putri kecilnya yang masih terlelap. Setelah itu ia membereskan kontrakanya dan mencuci pakaian. Sejak subuh setelah sholat subuh Arinda telah sibuk dengan pekerjaan rumah. "Lumi bangun nak...!" Arinda mencium pipi Arumi. "Whua....hua....hiks...hiks..." tangisan Arumi bagaikan nayanyian indah dipagi hari yang membuat Arinda tersenyum. "Lumi kan mau sekolah nak!" bujuk Arinda mengangkat tubuh Arumi dan segera memandikan Arumi. Ia kemudian mendudukan Arumi dilantai dengan semangkuk bubur yang ia buat tadi. Tidak lupa Arinda memasukan kotak bekal Arumi kedalam tas Arumi. Arinda memakan roti tawar tanpa selai sambil meminum tehnya. Ia kemudian melihat jam dan segera merapikan pakaian kantornya. Hari ini jadwalnya sangat padat karena ia harus mengatur program TV dan rapat dengan para petinggi TV. Agriya Tv merupakan TV dengan pembawa berita terbaik dan program terbaik tahun lalu. "Lumi kita ke sekolah!" ucap Arinda. "Iya Ma..." ucap Lumi mencoba memakai sepatunya namun ia sangat sulit untuk memakainya membuat Arinda tersenyum dan segera memakaikan sepatu kepada Lumi. "Ayo nak!" ajak Arinda menggendong tubuh mungil Lumi. Inggrit dan yang lainnya yang berada disatu kos merasa prihatin dengan keadaan Arinda dan Lumi. Awalnya mereka tidak suka mendengar tangis Lumi karena dikosan ini sebenarnya diperuntukan untuk perempuan yang belum menikah, mahasiswa dan pelajar. Namun setelah mendengar penjelas Inggrit membuat mereka merasa iba dan meminta ibu kos mengizinkan Arumi tinggal bersama Arinda. Setelah mengantar Arumi kesekolah dengan menggunakan angkutan umum, Arinda segera menuju kantor yang bisa ia tempuh dengan jalan kaki dari sekolah Arumi. Suara mobil yang baru berhenti dilobi kantor membuat Arinda mempercepat langkah kakinya. Si bos yang menyeramkan pasti akan melewati kubikel-kubikel karyawan setiap pagi secara acak. Entah apa yang ada dibenak bos kampretnya yang sudah uzur hingga membuat karyawan-karyawan lain ketakutan. Dibelakang bos besar ada tiga laki-laki tampan yang mengekorinya. Ketiganya adalah cucu bos besar yang aneh dan unik bahkan kejam. Bos besar bernama Agriya wibiasurah biasa dipanggil Pak Wibi. Pak Wibi ini duda yang masih bugar dan gagah. Cucu pertama bernama Mahawira Agriya. Yang kedua Mahardika Agriya dan yang ketiga Mahendra Agriya, Muda, tampan dan pintar ketiganya merupakan calon suami ideal menurut para karyawan TV dan juga mungkin para homo yang menggilai laki-laki tampan. Ketiganya hanya berbeda umur beberapa tahun saja. Mahawira 32 tahun, Mahardika 30 tahun dan Mahendra 28 tahun. Banyak gosip mengenai ketiganya. Mahawira adalah laki-laki bermulut pedas namun pintar dan tampan melebihi keduanya. Wira terkenal membuat patah hati para perempuan yang mengejar-ngejarnya dengan mulut pedasnya. Mahardika, tampan, pintar dan sangat pembersih. Ia tidak suka dengan hal-hal yang tidah higienis. Didalam saku celananya selalu ada tisu basah. Namun ia sangat baik kepada karyawanya karena sering mentraktir mereka makan direstoran terkenal. Bagi mereka Dika itu dermawan. Mahendra, jelamaan pria yang jahil dan menyebalkan. Kerap kali mengganggu karyawan perempuan dan menganggap jika ia adalah laki-laki paling tampan. Ketiga cucu Wibi ini berasal dari ketiga ibu yang berbeda. Hanya Mahawira yang memiliki seorang adik perempuan yang saat ini memilih bekerja di Amerika. Melihat keempat pria itu memasuki lift dengan cepat Arinda segera menaiki tangga darurat bersama karyawan lainnya yang sepertinya juga terlambat seperti dirinya. Arinda akhirnya sampai dikubikelnya dan segera membersikan keringatnya yang bercucuran akibat olahraga pagi yang ia lakukan ditangga darurat. Para petinggi perusahaan ini melewati kubikel Arinda. Ia bernapas legah saat keemepatnya telah melewatinya. "Untung aja lo nggak telat Rin" ucap bisik Norma yang berada disebelah kubikelnya. "Iya aku hampir aja telat Ma..." ucap Arinda. Disebelah belakang Arinda, Bagus tersenyum "Walau kelihatan berantakkan lo tetap cantik Rin." "Gombal..." ucap Winda dan Norma bersamaan. Arinda termasuk kedalam wanita cantik yang tidak berpenampilan 'wah' dengan makeupnya. Walaupun terkadang ia tidak bermakeup, Arinda tetap kelihatan cantik. Arinda memiliki bentuk tubuh yang lebih cocok menjadi seorang model dari pada karyawan biasa. Bunyi suara operator meminta mereka para tim program amal untuk segera berkumpul diruang rapat membuat Arinda dan teman-temannya segera menuju lantai tujuh untuk ikut rapat. Mereka segera masuk kedalam ruang rapat sambil menunggu para petinggi perusahaan hadir. Ruang rapat telah tertata rapi dengan bejejer file-file diatas meja deng minuman dan sebuah proyektor yang telah ditampilkan sejak tadi. "Arinda, lo yang persentasi gue gugupan, apa lagi ngelihat mata tajam Pak Wira dan muka sinis Dika...rrrrr banget gue" bisik Winda. "Kok gue...sih Win, biasanyakan lo!" bisik Arinda. "Arinda gue lebih tua dari lo dan gue ini mau kasih lo pengalaman Rin!" ucap Winda membawa umur Winda yang saat ini berumur 28 tahun dan berbeda hanya dua tahun darinya yang masih berumur 26 tahun. "Awas ya kalau jelek presentasinya lo yang gue salahkan Win" ucap Norma kesal. "Kalian bisa pada diam nggak?" kesal Bagus karena jika presentasi mereka ini tidak bagus maka Bagus sebagai ketua tim akan dimarahi oleh si sadis Mahawira. Empat makhluk petinggi perusahaan itu masuk kedalam ruangan dan duduk di tempatnya masing-masing. Mahawira sebagai cucu tertua merupakan peganti bos besar yang sebentar lagi akan pensiun. "Selamat pagi semuanya, assalamualikum. Hari ini kita akan membahas skema bantuan pembangunan jembatan dan SD didaerah terpencil dan kali ini desa terpencil di kalimatan sebagai daerah yang akan segera kita bantu. Sinar peduli tahun ini harus benar-benar membantu masyarakat terpencil dengan beberapa bantuan yang bisa kita berikan. Kita butuh perencanaan dan skema yang matang untuk menjalankan program kita ini, termasuk artis dan aktor yang akan kita pilih untuk ikut serta dalam acara ini" ucap Wira. Inilah yang membuat para karyawan perempuan merasa kagum dengan sosok Wira. Mahawira terlihat sempurna dengan sisi agama, kecerdasan, ketampanan dan kebaikannya. "Bagian keuangan membagi berapa dana yang ada ke setiap item yang perlu dibangun dan dibenahi. jika kekurangan dana kita akan membuka program bantuan melalui masyarakat peduli" ucap Wira. "Saya persilahkan setiap bagian untuk menjelasakan program ini!" ucap Mahawira. Arinda menarik napasnya dan menghembuskannya dengan perlahan lalu ia segera berdiri kedepan dan mulai menjelaskan presentasi timnya. "Daerah yang butuh bantuan ada di Desa kalimantan utara dan desanya berada sangat jauh dari kota. Menurut informasi ada beberapa desa yang masih terpencil dan butuh beberapa fasilitas umum. Menurut data yang telah dikumpulkan ada sebuah jalur menuju sekolah yang tidak memiliki jembatan dan anak-anak harus menyeberang sungai. Jadi kita berencana akan membangun jembatan bekerjasama dengan proyek pelaksana. Bisa dilihat dari gambar dan data yang saya tampilkan" jelas Arinda. Penjelasan Arinda cukup mengesankan para peserta rapat. Selain karena ucapan Arinda yang jelas dan kepercayaan diri Arinda dengan kecakapannya dalam berkomunikasi membuat beberapa perserta kagum termasuk sang pemilik perusahaan Agriya wibiasurah. Setelah penjelasan beberapa divisi terkait program sinar peduli. Mereka semua berdikusi dan akan memulai pemberangkatan kerja yang akan mengirim beberapa wakil dari program sinar peduli. "Menurut saya, Arinda dan Winda harus dilibatkan untuk pengawasan program ini" ucap Mahardika. "Saya yang akan menentukan siapa yang akan menjadi perwakilan program karena tempat itu cukup jauh dan terpencil" ucap Mahawira. "Kalau artisnya cantik saya bersedia untuk pergi kesana atau kalau Arinda mau jadi asisten sementara saya. Saya bersedia untuk ikut kesana," goda Mahendra membuat mereka tersenyum karena sang playboy mulai dengan bualanya. "Baiklah, saya sudah mendengar semua pendapat kalian. Untuk kali ini tim program sebagai pengawas akan pergi bersama artis dua hari lagi selama satu minggu. Sekalian syuting wisata alam. Untuk terakhir kalinya saya akan ikut campur dalam pengelolaan program Tv karena untuk selanjutnya semuanya tentang pengelolaan perusahaan akan saya serahkan kepada Wira" ucap Wibi menatap cucu sulung laki-lakinya itu dengan tatapan dingin. "Wira....untuk kali ini kamu akan pergi bersama mereka ke lapangan. Pengalaman kamu sebagai relawan pasti bisa membantu program ini" ucap Wibi. "Tapi minggu ini saya akan berangkat ke Manila" Jelas Mahawira. "Berangkat ke Manila bisa ditunda!" ucap Wibi tidak ingin dibantah. "Bagus, Winda, Arinda, Wira, Monaria dan Stevan. Dika kamu menyusul bersama tim wisata" jelas Wibi. Mahawira mengepalkan tangannya. Ia sama sekali tidak menyukai sikap kakeknya yaang sering kali ikut campur dengan masalah pribadi dan pekerjaanya. Wira pernah ingin melepaskan diri dari cengkraman sang kakek tapi apa daya ia lebih menyayangi adik perempuanya. Jika ia tidak menuruti keinginan seorang Jantarnah wibiasurah maka sang adik akan di nikahkan dengan cucu salah satu sahabatnya secara paksa. "Kenapa Monaria dan stevan?" tanya Winda penasaran karena artis yang akan ikut tidaklah cocok dengan program mereka. "Mereka ingin menaikan image mereka dengan progam peduli. Manajer mereka menghubungi saya ketika Pak Wira menolak keikutsertaan mereka" ucap Wibi. "Saya rasa mereka berdua tidak cocok untuk program ini" ucap Wira disetuji Dika dan yang lainnya. "Mereka memberikan dana 200 juta dan itu cukup untuk membantu membangun fasilitas lainnya" ucap Wibi membuat ketiga cucunya menghela napasnya karena kakek reot mereka benar-benat licik. Mahardika dan Mahendra merinding karena Monaria yang mereka kenal adalah wanita agresif yang sejak lama menyukai Mahawira dan pasti mona telah menyiapkan rencana untuk menjebak Mahawira agar menjadi miliknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN