bc

Arinda dan Cintanya

book_age18+
16.9K
IKUTI
161.6K
BACA
possessive
family
goodgirl
CEO
doctor
drama
office/work place
wife
shy
like
intro-logo
Uraian

Gerimis membuatku takut. Saat gerimis aku selalu menerima berita yang membuat duniaku runtuh. Saat gerimis ibuku mengucapkan selamat tinggal dengan napasnya yang terengah-engah. Saat gerimis aku mendengarkan berita tentang kematian saudari kembarku Alysa. Aku merebahkan kepalaku digundukan tanah yang masih basah. Tak ada keluarga yang mencoba memelukku menahan rasa sakit akibat ditinggal saudariku tercinta. Tak ada Bibi dan Paman yang mencoba membujukku untuk pulang.  Aku menangis dan terus menangis namun tidak dengan bocah kecil berumur tiga tahun yang tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Arumi menatapku dengan bingung dalam diam. Bibir mungilnya memilih untuk tidak bertanya dan hanya diam mematung disebelahku.  Mengapa Alysa harus pergi dan meninggalkan Arumi kecil yang masih membutuhkan kasih sayang orang tuanya.

Alysa, kakakku tercinta aku pernah marah dengan semesta karena kau mencintai pria yang sama denganku dan kau merebut mimpiku yang ingin bahagia bersamanya. Alysa kau berjanji akan bahagia setelah aku pergi dan mengalah untuk sekian kalinya demi kebahagiaanmu. Kenapa kau pergi? Kenapa? Jika bisa aku ingin menantang semesta hingga kau segera kembali dan tersenyum padaku. Kenapa tidak salah satu dari kalian yang tetap berpijak dibumi dan menatap mentari bersama Arumi. Aryo kau masih saja egois, hingga membuatku terluka dan ikut pergi bersama belahan jiwamu menghilang tanpa ada kabar. Hidup atau kau telah benar-benar pergi seperti angin yang tak meninggalkan jejak.

Aku berjanji akan membesarkan Arumi dan menyayanginya, putrimu adalah putriku. Aku menyayangkan masa lalu yang membuat kehidupan kita berubah. Kau dan aku terpisah dan sempat saling membenci Alysa tapi dalam lubuk hatiku sebenarnya itu semua adalah rasa kecewaku. Aku tetap Menyayangimu karena kau adalah keluargaku satu-satunya yang aku miliki. Kita tumbuh bersama dan melihatmu pergi tanpa pesan seperti membuatku merasa sangat sedih dan menyesal. Kau adalah aku, wajah kita sama dan Arumi mengganggap aku adalah kamu Alysa. Demi kebahagiaan Arumi aku akan berusaha menjadi ibu yang baik padanya dan berusaha membahagiakannya. Masa lalu hanya akan aku ingat tapi masa depan ada di depan jalanku bersama tangan mungil ini, yang akan menjadi kebahagiaanku. Terimakasih kau telah membawanya ke dunia ini dan membuatku memiliki alasan untuk bertahan di dunia yang sekarang terlihat hampa tanpamu dan ibu.

Arinda…

Arinda harus segera menghentikan tangisannya demi bocah kecil yang saat ini berada disampingnya, harta yang paling berharga yang ditinggalkan saudari kembarnya Alysa yaitu Arumi keponakannya. Ia harus kuat walau harus menjadi ibu tunggal dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka. Mulai sekarang ia adalah ibu bagi Arumi dan ia harus memastikan Arumi akan selalu bersamanya, Arumi satu-satunya keluarga yang ia miliki saat ini, karena kecil ia dan Alysa hanya dibesarkan ibu mereka tanpa ayah dan tanpa kerabat. Ibu dan Alysa telah tiada dan sekarang hanya tinggal dirinya dan Arumi.

chap-preview
Pratinjau gratis
Kepergiannya
Dua jam aku menangis hingga Arumi tertidur disampingku. Aku harus bagaimana?. Hanya Arumi yang aku miliki sekarang. Ayah...andai kau menampakkan wajahmu kepadaku ingin kubagi deritaku dan akan sembuh jika kau berkenan untuk memelukku. Aku menghembuskan napas kasarku dan menghapus air mataku. Jika aku terus menangis aku dan Arumi hanya akan mendapatkan derita. Jika aku terus mengeluh cobaan ini tidak akan membangunku untuk berjuang demi kehidupan. Arumi membuka matanya karena ia terbangun karena germisi mengganggunya "Ma, udah nangisnya Lumi masih ngantuk" ucapnya. Aku mengelus pipi montoknya. Ia tidak mengerti siapa yang kutangisi. Lumi mereka kedua orang tuamu. Aku Tantemu bukan ibumu. Ingin sekali aku mengucapkannya tapi aku tahu anak sekecil itu tidak akan mengerti jika aku ibunya karena wajah Alysa dan wajahku sama persis. Wajahku tidak ada bedanya, hanya didadaku ada tahi lalat dan Alysa tidak memilikinya. Alysa yang modis dan feminim sedangkan aku memiliki penampilan sedikit tomboy. Andai saja kedua orang tua Aryo menyayangi Arumi, mungkin Arumi bisa mengenal Opa dan Omanya tapi pernikahan Aryo dan Alysa tidak direstui membuat mereka tidak ingin mengenal Arumi. Aku melihat Arumi membuka matanya. "Ma, Lumi capek" ucapnya menatapku dengan air mata yang tergenang. Jangan nangis nak, Mama akan melakukan apapun agar kamu bahagia. "Kita pulang nak!" ucapku memegang tangan mungilnya dan mencoba untuk tersenyum. "Mama Lumi janji nggak nakal lagi. Mama boleh kok jalan-jalan sama teman-teman mama kalau Lumi ke sekolah" ucapnya membuatku tersenyum. Maaf sayang Mama terpaksa menitipkanmu di penitipan anak jika Mama bekerja. Aku menaiki taksi menuju rumah kontrakkanku, tak ada peninggalan apapun untuk Arumi hanya satu tas berisi bajunya. "Mama lumahnya kecil" ia menatap kosanku yang memang hanya memilki satu kamar, dapur dan toilet. Maaf nak Mama tidak bisa memberikan rumah yang layak untukmu. "Mulai sekarang Lumi tinggal disini sama Mama!" ucapku. "Papa?" tanyanya menatapku dengan tatapan polosnya. Tenggorokan keluh, jika aku mengatakan jika ayahnya sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya. Saat kecelakaan Aryo dibawa keluarganya. Aku sudah berusaha mencari informasi tapi keluarga kaya itu menutup semua informasi mengenai Aryo. "Papa pergi ke tempat yang jauh nak" jelasku. "Papa kapan pulang?" Lumi mengkerucutkan bibirnya. "Nanti kalau Papa sudah banyak uang" ucapku. "Papa..hiks...hiks...Papa...hiks...hiks..." teriak Lumi membuatku bingung. Arumi masih membutuhkan sosok seorang Ayah dan aku tidak ingin Lumi tumbuh tanpa kasih sayang Ayah seperti aku dan Alysa. "Lumi diam nak nanti tetangga kita marah!" ucapku. Tok...tok...suara ketukan pintu membuatku segera membuka pintu sambil menggendong Lumi. "Arin...kok ribut banget sih? Anak siapa ini?" tanyanya terkejut melihat kehadiran Arumi dikamarku. "Papa hiks....hiks..." "Dia anak Alysa?" tanya Inggrit melihat kemiripan wajah Arumi padaku. "Iya..." ucapku. "Kenapa dia disini?" tanya Inggrit penasaran. "Kemarin, Aryo dan Alysa kecelakaan. Alysa meninggal dan Aryo....aku tidak tahu" jelasku. "Innalilahiwainalilahi rojiun" Inggrit segera memelukku. Satu-satunya sahabatku itu hanya Inggrit. Dia teman seperjuanganku saat SMA, kuliah hingga saat ini. Dia bekerja disalah satu bank swasta dan berbeda denganku yang bekerja disalah satu TV swasta. Aku bekerja sebagai tim kreatif iklan dan program acara TV. "Sejahat-jahatnya mereka berdua masih juga jahat setelah meninggal" ucap Inggrit membuatku mengerutkan dahiku karena bingung apa maksudnya. Dia menatapku dengan sendu "Keluarganya Aryo pasti tidak akan mau menerima anak ini dan lo yang jadi tumbal," ucap Inggrit membuatku mengela napasku karena aku tidak keberatan jika harus membesarkan Arumi. Arumi satu-satunya keluarga yang aku miliki sekarang. "Astagfirullah Nggit. Dia sekarang akan menjadi anakku Nggit...aku akan merawatnya!" ucapku sambil mengelus pipi montok Arumi. Inggrit meneteskan air matanya "Terbuat dari apa hatimu Rin, kalau aku jadi kamu mungkin aku....maaf hiks...hiks..." Inggrit memelukku dengan erat. "Gue janji bakal bantu kamu ngebesarin dia" ucap Inggrit. "Makasi Nggrit...". Ucapku. Aku sangat beruntung memiliki sahabat seperti Inggrit dan sejak dulu dia selalu mendukung apapun keputuskanku. "Gue tadi masak Rin dan ada juga kue buat Arumi, tunggu sebentar ya!" ucap Ingrit dan dia menghapus air matnya lalu segera melangkahkan kakinya masuk kedalam. Arumi menatapku dan air matanya masih menetes, "Besok kita pergi jalan ke Mall sama Mama ya nak! jangan nangis lagi dong!" bujukku. "Lumi mau es krim," ucap Arumi dan tangisannya mereda. "Oke besok Mama beliin Arumi es krim, trus mau apa lagi?" tanyaku. "Lumi mau kue, Ma," ucap Arumi dan ekspresi Arumi membuatku tersenyum haru. "Mama sayang banget sama kamu Arumi," ucapku dan aku tidak bisa menahan laju air mataku tapi dengan cepat aku segera menghapus air mataku agar Arumi tidak melihat jika saat ini aku sedang menangis. "Tada ini kue buat Arumi!" ucap Inggrit membuat Arumi tersenyum dan Arumi segera mengulurkan tangannya mengambi kue itu dari tangan Inggrit. "Maaci," ucap Arumi membuat aku dan Ingrit tertawa karena ekspresi Arumi sangat menggemaskan. setelah bercerita banyak dengan Inggrit tanpa aku dan Inggrit sadari ternyata Arumi telah terlelap. Inggrit segera pami ke kamarnya dan aku membawa Arumi masuk kedalam kamar. Aku membaringkan Arumi dikasur dan aku ikut membaringkan tubuhkku disampingnya. Malam ini kembali hujan. Aku memejamkan mataku dan mengingat masalalu. Masa dimana aku merasa sendiri dan dihianati. Masa dimana aku berpura-pura tersenyum tapi tidak dengan hatiku. Aku bukan malaikat yang bisa menerima semuanya dengan mudah. Aku bahkan sengaja pindah ke kota lain hanya untuk menghidari mereka. Bandung tempatku dilahirkan tapi juga tempat dimana sejuta kenangan masalaluku tertinggal.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
282.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
148.9K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
3.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
146.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
205.0K
bc

TERNODA

read
191.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
221.2K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook