Chapter 10 - Saat Tahu Kebenarannya
Satu Minggu kemudian.
Hari ini adalah pre wedding terakhir, menjelang satu minggu pernikahan Carina dan Risman. Kali ini lokasi pre wedding, di sungai seine. Sungai seine, merupakan sungai utama di Prancis bagian barat laut. Sungai ini merupakan jalan lalu lintas air komersial dan juga menjadi tujuan wisata. Khususnya bagian yang terletak dalam kota Paris. Namanya berasal dari kata sequanus dalam bahasa latin. Sungai ini membelah kota Paris menjadi dua bagian, yang dalam bahasa Prancis di sebut dengan istilah la rive droite (tepi kanan) dan la rive gauche (tepi kiri). Yang di maksud tepi kanan adalah Paris Utara, dan tepi kiri adalah Paris Selatan. Paris utara lebih makmur dari Paris selatan. Sungai ini juga menjadi icon wisata selain Eiffel tower dan Arc De Triomphe.
“Kamu tahu, tempat ini sering banget loh di jadiin tempat shooting,” ujar Clarisa.
“Ya pasti. Makanya kota ini sering di sebut kota paling romantis sedunia bukan?” ucap Rendy.
“Iya bener, beruntungnya sahabat aku ini bisa di lamar dan nikah di kota romantis ini,” sebernernya Clarisa ngasih kode tuh ke Rendy. Semoga Rendynya peka.
“Mba Clarisa, sesi terakhir kita mulai sekarang?” tanya Ana.
“Oke,”
********
07 February 2016
Hari ini adalah pernikahan Carina dan Risman. Mereka terlihat tampak bahagia. Carina memakai gaun bridal putih untuk akad nikahnya. Untuk resepsi Carina dua kali ganti baju. Yaitu gaun merah dan baju khas Jepang. Sedangkan Risman menyesuaikan kostum yang Carina pakai. Akad nikah di adakan out door, sedangkan resepsi di adakan in door. Semua terlihat bahagia di hari istimewanya Carina. Semua terlihat indah. Tim WO Molefatho terlihat kompak. Sepertinya semua berjalan dengan lancar dan sesuai rencana.
Akad selesai, giliran resepsi di mulai. Dekorasi penuh bintang dengan tempat serba putih, di padu lilin-lilin putih yang membuat kesan resepsi menjadi romatis. Clarisa juga mendambakan pernikahan seperti ini. Ya, dia harap bisa dengan Rendy.
Carina menghampiri Clarisa yang sedang bersama Rendy, “Clara, Merci beaucoup. Gue puas banget sama pernikahan ini. Gue seneng banget, makasih juga yah Ren, foto pre weddnya keren-keren. Tamu-tamu pada muji tuh hasil kamu. Kalian berdua cocok deh kenapa ga jadian aja?”
Rendy hanya tersenyum, “Syukurlah kalo lo suka. Kerjaan gue ga sia-sia,”
“Oh yah. Kalian masih tinggal satu minggu lagi kan setelah nikahan gue?” tanya Carina.
“Tentu. Kita kan mau liburan dulu hhee,”
Tidak lama Risman datang bersama seorang perempuan. “Hai guys. Ini kenalin temen gue. Dia juga dulunya designer di Indonesia,” ucap Risman.
“Je me présente, je suis Fitri MecHilefa, je suis dessinateur Indonesia. Enchanté de faire votre connaissance. (Perkenalkan saya Fitri MecHilefa, saya designer Indonesia. Senang berkenalan dengan anda semua.)” Fitri berjabat tangan dengan Carina, Clarisa dan Rendy...
“Chéri? Kamu di sini juga?” Lah Fitri bicara dengan siapa? Chèri? Sayang? Maksudnya?
“Ya ampun ternyata kamu temen Risman. Tahu gitu tadi kita bareng aja ke sininya,” ujar Rendy.
Clarisa tampak bingung. “Kalian udah saling kenal?” tanya Clarisa penasaran.
“Ia, kamu pasti yang namanya Clara yah? Rendy udah banyak cerita tentang kamu. Katanya kamu bos yang baik hati. Rendy senang sekali dengan pekerjaannya sekarang,” Fitri berceloteh.
“Bisa aja kamu. Iya sih. Itu nama panggilan aku. Nama aku Clarisa, seneng bisa ketemu sama temennya Rendy di Paris sini,” Clarisa tersenyum.
“Loh bukan bukan. Chèri, kamu ga cerita? Aku ini tunangannya Rendy,” ucap Fitri.
DEG!
Serasa ada petir menyambar di siang bolong.
“Tu.. tu.. tunangan?” Clarisa terbata-bata.
“Iya. Rendy emang ga pernah mau cerita ke siapapun. Kalo kita udah tunangan. Kami berdua LDR, sejak aku memutuskan pindah ke Paris untuk menyelesaikan S2 aku,” terangnya.
Hati Clarisa benar-benar sangat sakit, mendengar pernyataan Fitri. Ternyata sang pujaan hatinya selama ini, telah bertunangan. Dan tidak pernah bilang padanya. Cintanya kandas begitu saja. Bagaikan sampah yang di buang seenaknya. Clarisa hancur, entah apa yang harus ia katakan lagi. Yang jelas hatinya begitu perih. Bagaikan di terjang samurai kemudian di koyak dan di siram dengan air garam. Perih sekali bukan?
Mata Clarisa berkaca-kaca. Ia harus bisa menahan tangisnya sampai acara selesai. Kalau ia menangis sekarang itu akan merusak acara Carina.
“Lo engga apa-apa kan Clara?” tanya Carina pelan-pelan. Carina tahu hati Clarisa pasti sangat hancur saat ini. Secara Carina dan sahabat Clarisa lainya tahu, tentang perasaan cintanya pada Rendy.
Clarisa tersenyum kecut, “Gue ke sana dulu yah,” pamit Clarisa.
“Loh kamu mau ke mana?” tanya Fitri.
Clarisa hanya tersenyum. Kemudian berlari keluar gedung secepat mungkin.
********
Malam telah tiba. Acara pernikahan Carina dan Risman berjalan dengan lancar. Semua selesai sesuai rencana. Tapi, seketika malam berubah menjadi gelap kelam. Rintik hujan mulai turun dan kabut putih pun menyelimuti malam ini. Semakin lama hujan semakin deras dan di sertai petir.
Clarisa berlari di tengah derasnya hujan, ia sudah tidak perduli dengan suara petir yang menakutkan itu. Hari ini dia benar-benar hancur. Semuanya berantakan, tidak sesuai dengan harapannya.
“Tuhan, setelah kau ambil bunda. Sekarang kau tega ambil Rendy bersama orang lain? Apakah ini adil? Engga Tuhan. Kenapa kau tidak ambil saja aku sekalian,” jerit Clarisa dalam tangisnya.
Gedung resepsi pernikan Carina dan Risman.
“Bisa gue ngomong sebentar sama lo?” ujar Carina.
“Ada apa sih ini?” tanya Fitri kebingungan.
“Kita ga ada urusan yah sama lo tunangannya, Rendy. Tapi gue ada urusan sama dia,” Putri menunjuk Rendy. Nampaknya ia sangat kesal. Carina langsung bercerita kepada Putri dan Rini tentang kejadian tadi. Mereka menahan diri, sampai acara resepsi selesai untuk berbicara pada Rendy.
“Ya ga usah kasar juga sama Fitri,” tanpa basa basi Putri menarik Rendy keluar gedung. Di ikuti Carina dan Rini.
Plak!
Putri menampar Rendy. “Lo tuh cowok apa bukan sih? Lo ga punya perasaan ya? Kenapa lo ga pernah bilang, kalo lo udah punya tunangan. Hah!”
“Sabar Put,” Rini menenangkan.
“Sebenernya apa sih masalahnya? Masa iya gue harus memproklamirkan, kalo gue itu udah tunangan. Gue kan cuma kerja di WO Molefatho ini. Ga penting kan status gue apa,” ujar Rendy sambil memegang pipinya yang baru saja di tampar Putri.
“Status itu penting Ren, sekarang gue tanya. Katanya lo mau kasih kejutan ke Clara. Sekarang mana kejutanya? Lo malah hancurin hatinya. Dasar PHP!!” Carina ikut naik pitam.
“PHP apaan sih? Kenapa hati Clara hancur? Semua ngaco deh. Gue nyiapin kejutannya setelah nikahan lo Carina,”
“Omong kosong! Lo tuh bener-bener bego yah! Lo tahu! Clara itu SUKA SAMA LO!! CINTA SAMA LO!! Dan lo udah tunangan! Lo sengaja mau buat dia ANCUR??!!!!” hardik Putri.
DEG!
Rendy terkejut dengan ucapan Putri. Ia tak tahu sama sekali, kalau ternyata Clarisa mencintainya. Selama ini Rendy hanya menganggap Clarisa sebagai atasan sekaligus temannya. Tak lebih dari itu.
“Sekarang lo cari Clara!! Lo minta maaf sama dia karena lo udah sia-siain dia!!” Putri menangis, mungkin merasakan apa yang Clarisa sahabatnya saat ini.
“Dia dimana sekarang?”
“Aku liat tadi dia lari ke arah Eiffel tower, lebih baik kamu bicarain baik-baik sama Clara. Selesaikan semua ini dengan dewasa Ren,” ucap Rini sedikit tenang tidak seperti Carina dan Putri. Rini memang marah juga pada Rendy. Tapi ia cukup diam saja.
*********
“Aaaaaaagghhh.. huu..hhuu... gue benci semua ini gue benci. BENCCCCIIIIIIIII!!!!” teriak Clarisa sambil menagis. “Ga ada lagi cinta buat gue! Gue bodoh! Seharusnya gue tahu, gue ga bakalan lagi dapetin cinta! Gue benci!!!” tidak hentinya ia merutuki dirinya. Sumpah serapah terucap mencaci maki dirinya sendiri.
Tiba-tiba seseorang memeluk Clarisa dari belakang, “Maafin gue Clara,” Clarisa melepaskan pelukannya dan menengok kebelakang.
“Rendy,”
“Gue minta maaf sama lo,”
Clarisa tersenyum kecut, “Maaf? Apa masih ada gunanya? Ini kejutan yang lo mau kasih ke gue? Hahaa selamat Ren, lo berhasil. Lo berhasil buat hati gue hancur Ren, lo seneng kan?” Clarisa tertawa sambil menangis.
Duaaaar!! Suara petir mulai bergelegar lagi. Membuat frekuensi hujan semakin deras.
“Lo denger suara petir itu? Kejadian hari ini, lebih menakutkan dari suara petir yang selama ini gue takutin. Kejutan lo berhasil. Gue sangat terkejut Ren, bahkan lo ga pernah nyadar, kalo gue bener-bener cinta sama lo!!!” Clarisa terduduk ke tanah. Rendy mengikut duduk bersama Clarisa.
“Maaf, gue ga tahu Clara, gue cuma anggap lo sebagai temen gue aja. Soal kejutan itu gue mau kasihnya ke lo besok. Gue ga tahu, kalo kejadiannya bakalan kaya gini,” sesal Rendy.
“Haha.. udah lah ga usah ngehibur gue. Gue emang terlalu ke geeran. Harusnya gue tahu. Cewek idaman lo itu ga pernah ada dalam diri gue. GUE MEMANG BODOH!” teriak Clarisa. Rendy memeluk Clarisa, namun dengan kasar Clarisa menepis Rendy. Ia berlari dengan cepat.
“CLARA AWASSS!!” teriak Rendy.
Ckkkiiitttttt...
Clarisa terbangun dengan bercucuran keringat. Kenapa Clarisa malah bermimpi tentang Fitri. Ada apa? Malah kenangan pahit itu yang hadir dalam mimpinya. Clarisa malah menangis sesegukan. Rendy yang melihat istrinya menangis langsung terbangun.
"Kamu kenapa? Apa ada yang sakit?" Tanya Rendy khawatir. Clarisa hanya menggelengkan kepala. Namun, entah kenapa air matanya masih terus meluncur dari pelupuk matanya. Rasanya sakit sekali hatinya. Apa ini sebuah pertanda kalau Fitri tidak senang? Makanya mimpi itu hadir kambali. Clarisa buru-buru menepis pikiran itu. Pasalnya sebelum Fitri meninggal. Ia malah mendukung hubungan Clarisa dan Rendy.
"Kamu beneran enggak apa-apa sayang? Kok kamu nangis?" Selidik Rendy masih penasaran.
Clarisa menghapus air matanya. "Enggak sayang. Aku cuma mimpi buruk. Aku enggak mau kehilangan kamu," ucap Clarisa sambil memeluk erat Rendy. Ya, tidak ada orang yang siap kehilangan orang yang kita cintai. Clarisa harap setelah ini hanya ada kebahagiaan. Tidak ada lagi orang dari masa lalu. Atau orang yang mau menghancurkan hubungan Rendy dan Clarisa.
"Kamu tenang sayang, itu semua cuma mimpi. Aku di sini. Aku janji enggak akan pernah ninggalin kamu," ucap Rendy mencoba menenangkan Clarisa. Dugaan Rendy mimpinya pasti sangat menakutkan. Yang jelas tentang kehilangan dirinya. Rendy tidak meminta Clarisa untuk menceritakannya. Karena hal itu pasti akan lebih membuat Clarisa bersedih. Wajar saja karena wanita hamil muda lebih sensitif biasanya. Maka Rendy harus bisa menjaga perasaan Clarisa.