Part 3. Kok Belum Nikah?

2134 Kata
"Hati-hati ya, Tik. Kapan-kapan main ke sini lagi ya," ucap Ibu Aliyah memberikan salam perpisahan pada temannya yang sudah berada di dalam mobil. "Iya. Sampai jumpa lagi, ya. Makasih loh Aliyah udah jagain Vano tadi. Sampe dia bobo lagi," ucap teman Ibunya itu membuat Aliyah tersenyum dan mengangguk sopan. "Sama-sama tante," ucap Aliyah sambil tersenyum apalagi saat melihat wajah tenang Vano yang masih terlihat lelap dalam tidur di pangkuan Omanya. "Dah Tik...," ucap Ibu Aliyah sambil melambaikan tangannya saat mobil mulai melaju pergi meninggalkan halaman rumah. "Ayah jadi pengen cepet-cepet punya cucu, deh," ucap Ayah Aliyah menggoda putrinya itu membuat Aliyah langsung memeluk Ayahnya manja di sana. "Ga mau ah. Nanti Ayah sayangnya ke anak Aya. Ayah bakalan lupa sama Aya," ucap Aliyah kemudian terlihat mendapat cubitan di pipi dari ibunya. "Masak aja masih belepotan kok mau punya anak. Janjinya yang mau bantu masak tadi pagi juga gitu, kejadiannya malah bantuin makan," ucap Ibu Aliyah yang membuat suami dan anaknya itu tertawa di sana. "Nanti pelan-pelan pasti bisa," ucap Ayah Aliyah selalu menyemangati putrinya itu agar tak pernah berputus asa. "Hehe.. iya nanti Aya belajar lagi, deh. Atau kalo Aya emang ga bisa masak sampe nikah nanti, Ibu kan bisa tuh anterin lauk ke rumah Aya dan suami Aya nanti," ucap Aliyah yang kini berganti memeluk Ibunya itu manja. "Enak aja. Nggak mau," protes Ibu Aliyah di sana membuat semua orang kembali tertawa. Skip... "Ayok Bi," ajak Aliyah pada Aditya yang sedari tadi menunggunya bersiap-siap. Aditya langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri kekasihnya yang tampak sangat cantik itu. "Udah siap? Udah yakin nggak ada yang ketinggalan, 'kan?" tanya Aditya memastikan karena ia sangat mengenal bagaimana kekasihnya itu selama ini. Nanti saat mereka sudah dalam perjalanan atau bahkan sudah berada di tempat tujuan, barulah tunangannya itu akan ingat apa saja barang-barang yang lupa dibawanya. "Yakin. Ayok!" ucap Aliyah antusias kemudian merangkul mesra lengan Aditya di sana seperti yang sudah biasa dia lakukan. "Gak mau pamit sama Ayah sama Ibu dulu?" tanya Aditya memastikan sebelum keduanya melewati pintu depan dan keluar dari rumah. "Ibu sama Ayah lagi pergi ke rumah saudara yang lagi ada hajatan. Mereka tahu kok aku mau pergi sama kamu. Disuruh hati-hati dari pergi sampe pulang ke rumah. Harus slamet," ucap Aliyah membuat Aditya tersenyum kecil dan mengelus tangannya yang tengah merangkul mesra lengannya itu. "Aku jamin kamu pasti pulang dengan selamat, Bi. Ayok," ucap Aditya kemudian mengajak Aliyah berjalan menuju mobilnya yang terparkir rapi di halaman, setelah tadi menunggu tunangannya itu mengunci pintu rumah terlebih dahulu. "Boleh ngebut nggak? Biar ga telat," ucap Aditya sengaja menggoda Aliyah di sana. Dia sendiri sebenarnya tidak pernah membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi saat sedang bersama Aliyah. Dari pada keselamatannya sendiri, keselamatan tunangannya itu adalah hal yang lebih utama. "Ga ada ngebut-ngebut! Supir taksi aja nyetirnya ga ngebut tapi sampai tujuan tepat waktu kok. Dapet duit lagi," ucap Aliyah yang seperti biasa selalu perhitungan setiap saat membuat Aditya terkikik geli. "Iya udah iya," ucap Aditya kemudian melajukan mobil Pajero yang tahun lalu berhasil dibelinya dengan kerja kerasnya sendiri. Sesaat setelah mobil melaju, sebenarnya Aliyah merasa sesuatu yang tidak enak di dalam hatinya. Entah apa itu, tapi perasaan itu cukup mengganggunya. Karenanya dia melihat ke arah Aditya sebentar dan mengamati baik-baik wajah tunangannya itu. Dia berpikir untuk mengatakan perasaan yang mengganggunya itu tapi, dia tidak mau membuat prianya itu menjadi khawatir nanti. 'Semoga semuanya baik-baik saja sampai kami pulang nanti. Amin...' • • • • • "Kalo nanti ada yang gangguin kamu di dalem, bilang aku ya. Biar nanti aku___" "Ih, aku bukan anak kecil tau, Bi. Lagian paling cuma tanya-tanyain soal kok kita belum nikah-nikah. Aku bisa kok jawab kalo cuma tanya-tanya begituan doang mah. Tenang," ucap Aliyah dengan percaya diri sengaja ingin menghilangkan rasa cemas Aditya akan dirinya yang mungkin nanti akan diganggu oleh teman-teman semasa SMA nya itu. "Ya udah. Tapi kalo emang udah ngerasa ga nyaman di sini, kamu ngomong ya. Kita pulang aja," ucap Aditya yang memang seperti itu, selalu khawatir berlebihan pada Aliyah membuat wanita itu tersenyum mendengarnya. "Iya-iya. Ayok," ucap Aliyah kemudian mengajak Aditya untuk segera masuk ke dalam hotel tempat teman-teman SMA mereka mengadakan acara reuni ini. Tepatnya di ruang pertemuan hotel yang sudah di pesan untuk acara yang akan dihadiri sekitar 156 orang itu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pasti akan ada banyak acara yang memang diadakan untuk kembali mengenang masa-masa konyol yang menyenangkan saat SMA dan juga untuk kembali mempererat pertemanan mereka setelah akhirnya kini mereka bertemu kembali. "Wah.. kayaknya temen-temen udah pada dateng, Bi," ucap Aliyah saat mendengar suara yang cukup gaduh dari balik pintu ruang pertemuan di depan mereka itu. "Yaudah biarin aja, Bi. Lagian biasanya yang paling ganteng sama yang paling cantik tuh datengnya emang belakangan, 'kan?" ucap Aditya membuat Aliyah tersenyum mendengarnya karena pria itu selalu bisa mengubah rasa gusarnya menjadi perasaan bahagia. Keduanya pun akhirnya melanjutkan langkah mereka menuju ruang pertemuan itu dan kini keduanya sudah masuk ke dalam sana. Terlihat sudah ramai sekali orang di sana. Ya, itu bukan acara resmi jadi, semua orang terlihat bersenang-senang dengan cara mereka masing-masing. Merasa teringat ada sesuatu yang ingin dibicarakannya dengan Aditya, Aliyah tentu saja langsung menatap intens prianya itu dan mengubah kecepatan langkahnya menjadi pelan agar Aditya tidak buru-buru masuk ke dalam dan menyamakan langkahnya. "Sebenernya aku mau cerita sesuatu sama kamu, Bi. Tadi pagi tuh aku_____" "Aliyah!!!" Ucapan Aliyah terpotong oleh suara seseorang yang memanggilnya dari kejauhan sana. Dan ternyata itu adalah teman karibnya sejak keduanya masih dibangku SD dulu, Risa. "Wah... Risa! Bi, aku mau ke Risa dulu, ya," ucap Aliyah terlihat antusias membuat Aditya tanpa pikir panjang langsung mengiyakan keinginan wanitanya itu. "Yaudah. Nanti kalo kamu cariin aku ga ketemu, telepon langsung aja ya. Ati-ati ya, Bi," ucap Aditya perhatian kemudian dijawab anggukan cepat oleh Aliyah sebelum akhirnya wanita itu berlari kecil untuk menghampiri temannya itu. Merasa wanitanya sudah bersama dengan orang yang tepat, Aditya akhirnya pergi dari sana dan memilih untuk mencari teman-temannya. "Risa!!! Ya ampun, kangen banget. Kamu udah dateng dari tadi? Sama siapa? Kali ini suami kamu ikut atau___" "Kebiasaan tau nggak. Tanyanya satu-satu dong," ucap Risa saat setelah Aliyah melepaskan pelukan eratnya. "Hehe... ya maaf. Loh.. udah isi aja nih. Alhamdulillah.." ucap Aliyah sambil mengelus perut Risa yang terlihat membuncit di sana. "Iya, alhamdulillah. Aku juga baru dateng kok dan ke sini juga bareng suami. Itu dia. Dia sekarang jadi beda tau, Al. Sini-sini yuk kuceritain sambil duduk," ucap Risa kemudian terlihat mengajak sahabat kecilnya itu untuk duduk di sebuah bangku yang ada di dekat mereka itu. "Gimana-gimana? Suami kamu beda gimana?" tanya Aliyah terlihat penasaran. "Jadi sejak aku hamil tuh, Hans jadi perhatian banget dan ga suka marah-marah lagi. Terus ya, sekarang aku minta apa-apa langsung diiyain sama dibolehin. Kayak sekarang ini nih. Aku tadi izin terus minta sekalian anterin ke acara reuni ini, ku kira kan ga bakal boleh kan, tapi dia bolehin dengan syarat dia ikut buat ngawasin dong. Tuh liat. Aku kayak udah bawa polisi aja ke acara ini. Dari tadi dia liatin aku mulu. Kan malu, Al," ucap Risa terlihat lucu sekali membuat Aliyah langsung menoleh ke belakang untuk melihat suami sahabatnya itu sebentar dan benar saja. Suami Risa itu terlihat mengawasi dari kejauhan. "Kok malu sih. Malah lucu tau, Ris. Cara pasangan ngasih perhatian kan emang beda-beda. Kamu dulu yang paling ngerti soal ini, 'kan? Udah nikmatin aja kenapa sih," ucap Aliyah mencoba menghibur temannya itu. "Iya juga ya. Aku tuh jadi aneh banget tau semenjak hamil. Kamu tahu kan kamu sama aku aja lebih seringan kamu kalo soal nangisin hal-hal sepele, tapi sekarang aku juga jadi gampang nangis banget. Dan kalo udah nangis suamiku langsung panik. Lucu deh. Terus-terus ibu mertua aku yang tadinya ga begitu suka sama aku, sejak aku hamil dia kayak berubah juga. Kayak jadi perhatian gitu sama aku, Al. Seneng deh. Ya siapa yang nyangka kalo punya bayi ternyata bawa berkah. Alhamdulillah," ucap Risa membuat Aliyah tak henti-hentinya mengulum senyum. "Alhamdulillah. Aku ikut seneng pas denger kamu udah baik-baik aja sekarang," ucap Aliyah kemudian menggenggam erat tangan sahabatnya yang ada di atas meja itu. "Aku jadi gak enak deh cerita ke kamu gini. Maaf ya, Al. Aku gak maksud sama sekali buat____" "Gapapa, Ris. Apaan sih. Aku beneran ikut seneng kok. Jangan pikirin gimana kondisiku sekarang. Mungkin emang belom waktunya aku nikah, 'kan? Siapa tahu tahun depan, pas kita ketemu lagi, kita udah sama-sama bahagia, 'kan? Nanti giliran aku yang cerita betapa bahagia aku pas udah punya suami. Kubales kamu entar," ucap Aliyah membuat keduanya langsung tertawa bersama di sana. "Loh loh... ada Aliyah di sini? Tahun kemarin katanya mau nikah tahun ini? Jadi gimana? Kok belum nikah juga sih?" Mendengar suara wanita yang menyebalkan dan masih belum kunjung berubah sampai sekarang membuat Aliyah menoleh ke samping dan terlihat di sana wanita itu berdiri dengan angkuh dan menatapnya seolah keduanya adalah rival abadi. Ya. Wanita itu adalah pemuja Aditya saat di SMA dulu. Wanita centil, tidak tahu malu yang ingin sekali mendapatkan Aditya dengan segala cara. Merasa diejek, Aliyah tentu saja ingin membalas tapi, Risa mencegah niatnya itu dengan menggenggam erat tangannya di sana. Aliyah kemudian mencoba mengatur emosinya di sana dan memilih untuk membalas ejekan wanita itu dengan menampilkan senyum manisnya. "Hai Anita. Lama tidak bertemu, ya? Gimana? Sekarang udah punya pasangan belum? Tahun lalu kamu bayar cowok buat pura-pura jadi tunangan kamu, 'kan? Sekarang kamu gitu lagi atau____" "Wah... kok jadi ngalihin pembicaraan sih? Berarti belum nikah sama Adit, ya? Kasihan banget sih. Jangan-jangan kalian tuh emang ga jodoh kali. Udah lepasin aja. Biar Adit bisa bahagia dan cepet ketemu wanita yang bener-bener adalah jodohnya yang asli. Kasihan tahu dia," ucap Anita yang membuat teman-teman lain yang mendengar pembicaraan mereka itu terlihat tertawa kecil karenanya. Aliyah merasa emosi tapi dia tahu mengamuk di sana hanya akan mempermalukan dirinya sendiri. Jadi, dia melakukan hal yang lebih berkelas untuk menunjukkan dan melampiaskan amarahnya. "Apakah kau tidak memiliki cermin di rumahmu, An? Lihatlah dirimu, meski kau cantik aku yakin tidak ada siapa pun yang bisa tahan denganmu karena sikap burukmu ini. Sejak dulu kau selalu menjadikanku sasaranmu. Sejak dulu kau menyerang kelemahanku. Aku tahu bagaimana rasanya tidak bisa menikah sampai sekarang, An. Aku sangat mengerti perasaanmu. Jadi berhentilah mengangguku dan lebih baik perbaiki sikap burukmu ini. Dari pada mengejek seseorang dan menyerang kelemahan mereka, kau harus bisa mengerti kondisi mereka dan mendukung mereka meski tidak banyak yang bisa kau lakukan. Perhatian dan dukungan sekecil apa pun akan sangat berarti dari pada berusaha menjatuhkan orang lain hanya untuk mendapatkan kesenangan sesaat saja. Tidakkah kau seharusnya mengerti semua ini tanpa aku harus menjelaskannya lagi? Kau harus bisa dewasa dalam usia dan sikap. Jangan usiamu saja yang sudah dewasa tapi sikapmu tidak kunjung berubah. Ayolah, An. Tidakkah kau juga lelah bersikap seperti ini?" ucap Aliyah terlihat membalas Anita dengan caranya sendiri membuat wanita itu terlihat berkaca-kaca setelah mendengar ucapannya dan pergi begitu saja dari sana. Aliyah sendiri merasa tidak enak dan melihat ke arah lain. Dia sebenarnya tidak menyukai pertengkaran seperti itu tapi, terkadang hal seperti itu diperlukan agar seseorang berhenti menghakimi yang lainnya. "Yang kau lakukan sudah benar. Jangan merasa bersalah. Anita memang selalu menyebalkan sejak dulu. Itu karena tidak ada satu pun dari keluarganya yang memperhatikannya. Dia hanya bergelimang harta tapi, kekurangan kasih sayang, suasana hangat dan juga rasa kekeluargaan yang kita dapatkan sejak kecil. Dia sepenuhnya berbeda, Al. Sudah, ya," ucap Risa berusaha membuat sahabatnya itu merasa lebih baik karena dia tahu benar jika Aliyah bukanlah orang yang gampang terpancing emosinya seperti tadi. Aliyah menghembuskan nafas beratnya dan menatap Risa sebentar di sana. Dia kemudian menunduk karena merasa bersalah. "Entah apa yang terjadi padaku hari ini. Sejak pagi hal-hal menyebalkan selalu mendatangiku," ucap Aliyah kemudian mengambil minuman yang sudah tersedia di meja itu dan meneguknya sampai habis. "Al!! Itu alkohol!!" Aliyah langsung terbatuk setelah mendengarkan teriakan sahabatnya itu tapi mau bagaimana lagi minuman itu sudah terlanjur diminumnya sampai habis. "Jadi seperti ini rasanya alkohol? Tidak buruk juga ya, Ris," ucap Aliyah kemudian mengambil satu lagi gelas minuman yang sama seperti tadi dana meminumnya tanpa ragu. "Al!! Kamu apaan sih?!! Udah berhenti!" Aliyah tidak peduli dan seolah menulikan telinganya saat Risa berusaha berulang kali mencoba mencegahnya untuk tidak meminum minuman yang sejak dulu memang berusaha dijauhinya itu. Tapi hari ini sepertinya akan menjadi pengecualian karena Aliyah seakan kehilangan akal sehatnya. Bayangkan, satu persatu hal menyebalkan menghampirinya sejak pagi. Mulai dari klien yang memprotes hasil desainnya padahal itu adalah hasil final setelah mengalami tiga kali revisi dalam 2 minggu ini. Dan tadi, bertemu dengan pria menyebalkan yang dengan mudahnya meremehkannya seolah dia wanita yang tidak bisa diandalkan dan sekarang, teman SMA nya, juga menjelekkannya dan berusaha merendahkannya secara terang-terangan di depan banyak orang. Sempurna sekali. Apakah tidak bisa semuanya lebih buruk lagi? 'Katanya mabuk bisa membuat orang-orang lupa akan masalah mereka, 'kan? Jadi biarkan aku membuktikan hal itu, sekarang,' Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN