Suasana menjadi senyap setelah keceriaan itu menghilang, setiap kali tertawa saat mendengar cerita lucu ayahnya Gisha akan berlama-lama di sana, akan tetapi ini lain dan hanya bisa memandangi foto almarhum dari pigura kecil di nakas. Sesak. Batin Gisha meronta, sudah 2 hari ini dia tidak dapat melupakan begitu saja dan bahkan tidak percaya. "Kalau Gisha punya salah, maafin ya Ayah. Tapi… Kenapa harus begini hukumannya?" rintih Gisha berkali-kali menghapus air mata, dia teringat akan janji bahwa tidak akan menangis saat ada hal yang menimpa ayahnya. Tetapi, ini terlalu berat. Dari luar kamar, Ibu Gisha. Hana, mendengar itu semua. Dia hanya menekan dadanya yang terasa sakit, atas kepergian suami hingga menyembunyikan kabar ini dari Gisha atas permintaan almarhum. Kemudian Hana mengetuk pin