1. Perjodohan Kedua
Hawa malam hampir mengusung rasa kesal pada wajah berbentuk hati dengan hidung lancip, rambut cokelat terang sebahu diikat penuh ke belakang dan memiliki warna mata abu-abu terang itu karena lagi-lagi Xander Ivanska harus memenuhi permintaan Ayahnya. Kali ini, syarat yang diberikan tidak main-main. Xander harus menikah dengan wanita pertama yang pernah dijodohkan.
Nathaniel Ivanska. Owner dari SKA Corp, melayangkan sebuah gugatan kepada Xander. Jika pernikahan yang lalu gagal lagi maka sosok pria berumur 60 Tahun itu akan menjamin kesengsaraan untuk Mirabelle. Putri kandung Xander. Gadis berusia 4 Tahun itu yang akan membayar kelakuan ibunya, yang sudah menyakiti perasaan keluarga Ivanska.
Ya atau tidak. Benar atau hanya sebuah omong kosong belaka, Xander tahu jika Nathan tidak pernah bermain dengan hukum. Bahkan anaknya sendiri. Maka saat hujan deras mengguyur kota Jakarta, Xander pun harus menemui wanita yang dimaksud Nathan. Alamat yang diberikan membuat kepalanya terasa panas karena gadis itu sudah berada di rumah Xander yang lain, tapi bukan melanjutkan perjalanan ia lebih memilih untuk berhenti sejenak di pinggir jembatan.
Terlintas hal gila. Xander tahu ini tidak waras namun entah bayang-bayang Adhisti sang istri masih menghuni. “Kenapa kamu harus selingkuh? Kurang apa aku ini hah?! Kenapa kamu masih bikin Papi marah?”
Sebenarnya, bisa saja Xander menyusul Adhisti ke Australia tetapi keselamatan Ibel lebih penting dari apapun. “Ok Adhisti, jangan menyesal kalau aku nikah lagi. Dan semoga kamu bahagia sama laki-laki rentenir itu.”
Xander menancap gas, ia segera pulang ke rumah satunya lagi yang memang hanya akan ditempati saat mereka berlibur. Karena suasana di sana masih sangat asri meski sama-sama di kawasan Jakarta. Tapi mendengar ada orang asing terutama Nathan yang terus menjeratnya hari demi hari semenjak Adhisti berbuat salah, Xander sudah siap menghadapi resikonya demi apapun itu.
[...]
Rumah dengan satu lantai itu terlihat benderang, tidak seperti biasa ketika tukang kebun atau bahkan asisten rumah tangga lainnya pergi saat sore rumah itu selalu sepi. Xander segera memarkirkan mobil, ia berjalan sangat cepat demi mencapai siapa orang yang dimaksud ayahnya itu. Seistimewa apakah gadis yang dijodohkan ayahnya hingga kedua kali.
“Bener-bener sialan!” Xander memaksa pintu utama terbuka.
Berulang kali Xander menekan bel pintu tapi tetap saja terkunci, karena kesal dan merasa hari ini sangat melelahkan ia pun mendobrak pintu yang berada di sisi bangunan, berdekatan dengan teras belakang. Dan ada hal di mana Xander semakin marah, tercium aroma masakan dari dalam rumah. Artinya memang ada seseorang yang sedang menempati rumah tersebut.
Pintu belakang mengarah langsung ke ruang tengah tidak terkunci sehingga Xander dengan mudah untuk masuk, tapi ketika tepat di depan pintu dapur ia dikejutkan dengan wanita mengenakan setelan piyama motif mawar kuning milik istrinya. Xander memuncak, ia pun menarik lengan wanita itu kasar.
Mereka saling berhadapan. Mempertemukan sorot mata yang pernah dilihat sebelumnya, Xander bahkan tidak pernah lupa dari bibir tipis terlihat basah juga dengan garis melingkar di leher menunjukkan betapa gadis itu sangat cantik. Tapi menyadari baju yang sedang dipakai, Xander mendorong gadis itu hingga ke dinding.
“Ngapain kamu di sini? Mana uang ku yang sudah kamu bawa lari? Dasar pencuri!” Ungkap Xander teringat jika gadis itu yang sudah mengambil dompetnya.
Wajah itu bersitegang dengan kedua tangan Xander mengunci dan membatasi ruang gerak Gisha Handoko. Ia teringat jika wajah pria berambut ikal sebahu itu yang sudah berbuat kurang ajar di klub, hari pertama Gisha mengais rejeki harus mengalami kejadian perih berujung ia dipecat oleh pemilik klub.
“Anda nggak tau malu, saya yang seharusnya rugi karena saya dipecat!” Gisha menolak napas itu dekat dengan wajahnya, ia pun berpaling.
“Hei, Nona. Kamu dipecat karena nggak bisa jadi pekerja yang profesional, harusnya kamu…,”
“Tapi saya bukan wanita yang melayani laki-laki hidung belang seperti Anda, saya cuma… Tukang beres-beres dan mengantar minuman aja.” Gisha membela diri, memang itu fakta paling mengerikan ketika bertemu dengan Xander.
Tidak percaya bahkan Xander risih dengan sikapnya waktu itu, ia sudah menarik pinggang Gisha untuk di pangkuan lalu ia dengan leluasa menyentuh bagian-bagian terasa penuh di genggaman, meski gadis itu berteriak Xander kalap dan terus melumat tengkuk Gisha.
Alasan yang membuat Gisha saat itu menampar juga memukul kepala Xander dengan botol minuman karena hal yang tidak mengenakkan, bahkan kini ia pun berusaha mendorong tubuh kekar itu ke belakang. Gagal. Tangan Gisha terlalu kecil untuk melawan, dan berusaha lari ternyata tangan itu lebih dulu menarik pinggangnya. Sekarang mereka terlihat sangat dekat, jarak dari hitungan centimeter sudah membuat Gisha tidak karuan menatap wajah tampan itu.
“Terus kamu ngapain di sini hah?! Jadi penguntit dan mau mencuri lagi?” Xander menarik rambut Gisha pelan, ia tidak ingin menyakiti namun melihat wajah itu ketakutan ini seperti hiburan baginya.
“Enggak, saya bukan pencuri! Saya datang ke sini karena dipaksa,” Gisha merasa sesak napas saat terhimpit tubuh besar Xander. “Saya… Saya…,”
“Papi yang nyuruh dia tinggal di sini mulai sekarang!”
Suara itu, tidak jauh dari tempat Xander berdiri. Perawakan sangar dengan berewok memutih juga kacamata itu berhasil memikul rasa tidak percaya, Xander pun melepas kasar pinggang Gisha dengan penuh tatapan sengit juga picik. “Oh, jadi ini yang mau aku nikahi hm? Lumayan, kamu siap-siap buat bayar hutang dari uang yang kamu ambil juga baju di tubuhmu itu!”
Dengan langkah pelan, Xander berjalan ke tempat Nathan yang sedang mendongak menikmati anggur dan seketika pria yang tak lagi muda itu terkejut. Perasaan Xander menyimpan rasa kesal tak berujung, tapi untuk melampiaskan semua ini rasanya sangat berat karena biar bagaimanapun Nathan adalah ayah kandungnya, ia sangat menyayangi keluarga besar Ivanska. Apapun sanggup dilakukan oleh Xander termasuk mengorbankan rasa cintanya kepada Adhisti demi menikahi Gisha, wanita yang sudah terluka atas perbuatan tidak senonoh beberapa Minggu lalu.